Nabi Muhammad saw. memiliki beberapa saudara sepersusuan dari Halimah as-Sa’diyah. Salah satunya adalah Syaima. Sebagai anak tertua Halimah, Syaima ditugaskan untuk menjaga dan memperhatikan Muhammad kecil. Mereka berdua kerap kali menghabiskan waktu bersama untuk bermain, layaknya anak-anak pada zaman itu.
Kadang Muhammad kecil menarik dan mendorongnya. Kemudian Syaima membalasnya. Mereka main-main dengan riang gembira. Hingga suatu ketika, Nabi Muhammad saw. menggigit punggung Syaima lantaran saudara sepersusuannya itu menginjak kakinya. Syaima kesakitan dan kemudian mengadu kepada ibundanya, Halimah.
“Memangnya kau apakan Muhammad sampai ia menggigit punggungmu?” respons Halimah sambil tertawa-tawa setelah mendengar aduan Syaima, seperti dikutip Sahabat-sahabat Cilik Rasulullah (Nizar Abazhah, 2011).
Nabi Muhammad tinggal bersama Halimah di kampung Bani Sa’ad hingga usianya lima tahun. Banyak pengalaman dan kenangan manis yang dilalui Nabi Muhammad bersama dengan Halimah dan anak-anaknya –termasuk Syaima. Nabi Muhammad selalu mengingat perlakuan baik Halimah dan keluarganya. Juga membalas mereka dengan kebaikan-kebaikan serupa.
Suatu ketika Halimah datang ke pernikahan Nabi Muhammad dan Sayyidah Khadijah. Mereka saling bercengkerama dan bertanya tentang kabar masing-masing. Halimah bercerita kalau keluarganya sedang dalam keadaan kelaparan karena paceklik. Seketika itu Nabi Muhammad memberinya hadiah 10 ekor kambing dan beberapa ekor unta. Maka kemudian Halimah pulang dengan membawa hadiah dari Nabi Muhammad dan Sayyidah Khadijah dengan menunggangi unta –yang juga merupakan hadiah dari anak asuhnya itu.
Pada saat perang Hunain, Nabi Muhammad kembali bertemu dengan salah seorang keluarga Halimah, Syaima. Ketika itu Nabi Muhammad memerintahkan pasukan Muslim untuk menangkap Bujad dari Bani Sa’ad karena tindakannya yang menakutkan umat Islam. Singkat cerita, Bujad dan seluruh anggota keluarganya berhasil ditawan pasukan Muslim. Mereka kemudian diarak untuk menghadap Nabi Muhammad.
Salah seorang wanita dari kabilah Bujad yang ikut ditawan adalah Syaima. Dia mengaduh kesakitan karena diperlakukan dengan keras oleh prajurit Muslim. Dia kemudian memprotes dan mendeklarasikan bahwa dirinya adalah saudara sepersusuan Nabi Muhammad. Para prajurit tidak percaya dengan pernyataan perempuan tersebut. Mereka menganggap apa yang dilakukan perempuan itu hanya sebagai siasat belaka agar diperlakukan lebih baik.
Saat rombongan tiba di hadapan Nabi Muhammad, Syaima kembali mengaku kalau dirinya adalah saudara sepersusuannya, anak Halimah. Nabi Muhammad tidak langsung percaya dan meminta buktinya. Maklum, Nabi dan saudara sepersusuannya itu sudah 50 tahun lebih tidak bertemu. Mungkin beliau lupa dengan muka saudarinya itu.
“Ingatkah kau, Nabi Allah, ketika aku memukul pangkal pahamu, kita bermain di dekat tenda, tenda keluarga kita Bani Sa’ad. Ketika kau naik ke punggungku dan menggigitku dengan gigitan kasih sayang?” kata Syaima mencoba menggugah ingatan Nabi Muhammad, dikutip buku Bilik-bilik Cinta Muhammad (Nizar Abazhah, 2018).
Nabi Muhammad langsung teringat dengan Syaima seketika itu juga. Beliau kemudian melepaskan dan memperlakukan Syaima dengan penuh hormat. Bahkan, Nabi Muhammad memberikan tawaran kepada Syaima untuk tinggal bersamanya. Akan tetapi, Syaima memilih pulang dan tinggal bersama dengan keluarganya di kampung Bani Sa’ad. Nabi Muhammad kemudian memberikan hadiah empat orang budak untuk Syaima sebelum melepas saudarinya itu pulang. []
(A Muchlishon Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar