Selasa, 10 November 2020

Nasaruddin Umar: Ilmuan Muslim Populer di Barat (9) Ibn Haitsam (Alhazen)

Ilmuan Muslim Populer di Barat (9)

Ibn Haitsam (Alhazen)

Oleh: Nasaruddin Umar

 

Ibn Hatsam yang bernama lengkap Abu 'Ali al-Hasan ibn al-Haitsam al-Bashri al-Mishri, yang di Barat lebih dikenal dengan nama Alhazen, lahir di Bashrah tahun 965M dan wafat di Kairo pada tahun 1039M. Namanya mulai dikenal ketika ia diundang ke Mesir, pusat kerajaan Fatimiyah, untuk memecahkan persoalan banjir di sungai Nil, walaupun pada akhirnya tidak berhasil memecahkan persoalan itu. Ia mengembangkan kariernya sebagai ilmaun sejati dalam masa pemerintahan Al-Hakim Ibn Amir Abdullah dari Dinasti Fatimiyah. Namanya sangat tersohor sebagai penemu ilmu Optik. Ia digelari sebagai The Father of Modern Optics (Bapak Optik Modern). Professor George Sarton dari Harvard University dalam karyanya: "A History of Science" memberi pengakuan Ibn Haitsam sebagai ilmuan sejati muslim di abad pertengahan, di samping para ilmuan muslim lainnya.

 

Sebenarnya Ibn Haitsam keahliannya bukan hanya Optik tetapi juga matematika dan fisika.Ia disebut Bapak Optik karena berhasil memecahkan problem Optik dengan analogi matematik tingkat empat yang sampai sekarang masih diabadikan dengan Alhazen's Problem. Inti problem itu ialah sebuah kaca yang berbentuk silinder cekung bulat atau cembung bundar, dapat digunakan untuk mencari di mana letak sebuah benda. Dari kaca tersebut dapat diperoleh pantulan cahaya pada mata yang letaknya tertentu". Ibn Haitsam kemudian mengembangkan fungsi Optik sebagaimana dapat dilihat dalam Kitab al-Manazir (Book of Optics), untuk memecahkan berbagai promlem lain, termasuk mengubah telaah Optik yang sebelumnya didasarkan atas teori Euclide dan Ptolemeus menjadi sains yang betul-betul baru.


Keunikan Ibn Haitsam juga sekaligus memahami lebih dalam ilmu-ilmu tasawuf di samping ilmu-ilmu filsafat. Di antara 37 list of work Ibn Haitham, salahsatu di antaranya: Mizan al-Hikmah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris: Balance of Wisdom, berisi tentang ilmu-ilmu hikmah-kearifan. Mazhab teologi Ibn Haitsam lebih cenderung ke Mu'tazilah dengan aviliasi aliran ke Syi'ah. Ini bisa dimaklumi karena kawasan pengembangan intelektual di abad pertengahan ialah berkisar di kawasan Iran dan Bagdad, yang dulu menjadi kawasan Syi'ah.


Dalam artikel terdahulu tentang Optic juga dijelaskan bahwa Ibn Haitsam mengevaluasi sekaligus mengembangkan teori Euclides-Ptolemeus yang beranggapan bahwa benda terlihat karena mata memancarkan sinar kepada benda. Ia menegaskan dengan melalui berbagai eksperimen bahwa sinar cahaya bergerak mulai dari obyek dan berjalan menuju mata. Benda terlihat karena ia memantulkan sinar ke mata. Teorinya inilah kelak menjadi cikal bakal temuan rekayasa Optik yang hingga sekarang sudah sedemikian fantastic. Teori ini pun juga mempunyai andil di dalam penelaahan anatomi dan penyakit mata.


Sulit dibayangkan di abad pertengahan sudah ada ilmuan seperti Ibn Haitsam yang menguasai ilmu-ilmu keagamaan seperti teologi, filsafat, dan ilmu fikih tetapi juga sekaligus menguasai ilmu-ilmu sains khususnya Optik. Dalam karyanya, Kitab al-Manazil (Book of Optics) yang terdiri atas tujuh jilid dan setiap jilidnya berisi rata-rata 1000 halaman. Buku ini menurut Charles merupakan buku sains modern pertama tentang Optik. Buku ini juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke 16 dengan judul Opticae Thesaurus. Dari buku inilah mempengaruhi lahirnya karya-karya berikutnya. Menurut Will Durant (1952), tanpa buku Ibn Haitsam tidak mungkin ada Rogel Bacon dan Kepler. Bahkan ada yang menuding Roger Bacon yang terkenal sebagai nabinya ilmuan Barat, yang popular dengan dengan buku Optics-nya, sesungguhnya hampir merupakan terjemahan sempurna dari karya Ibn Haitsam. Beberapa artikel ilmiah bahkan menghujat Roger Bacon sebagai seorang plagiator besar di zamannya.


Mungkin amal jariah paling besar Ibn Haitsam ialah Optic. Kini pengetahuan tentang teknologi optic semakin berkembang. Tentu itu semua tidak bisa dilepaskan dari sosok Ibn Hatsam sebagai sang penemu ilmu-ilmu Optic. []

 

DETIK, 28 Juli 2020

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar