Jumat, 25 September 2020

Nasaruddin Umar: Al-Ta'lim al-Muta'allim (10) Iqra' Bi Ismi Rabbik!

Al-Ta'lim al-Muta'allim (10)

Iqra' Bi Ismi Rabbik!

Oleh: Nasaruddin Umar

 

Iqra' bi Ismi Rabbik! (bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu!), demikian ayat pertama Al-Quran yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad melalui Jibril di Gua Hira. Mengapa ayat pertama diturunkan dalam Al-Quran langsung kalimat perintah?

 

Kenapa perintah itu Iqra' (bacalah!) untuk seorang yang buta huruf (ummy)? Kenapa kalimat perintah itu tanpa maf'ul, obyek yang harus dibaca? Kenapa Jibril tiga kali harus mengulangi kepada Nabi Muhammad? Dan kenapa harus dengan menyebut nama Tuhan? Ada rahasia apa antara membaca dan menyebut nama Tuhan?

 

Analisis Prof Hull menarik untuk dihubungkan dengan ayat tersebut. Ia menyimpulkan dalam kajiannya bahwa setiap enam abad terjadi pergumulan antara ilmu pengetahuan dan agama. Abad VI SM sampai abad 1 M ditandai dengan kemenangan ilmu pengetahuan dan tenggelamnya agama. Dalam periode ini ditandai dengan lahirnya tokoh-tokoh filsafat Yunani yang amat tersohor seperti Tales, Pytagoras, Aristoteles, Plato, dan lain-lain. Periode kedua, abad 1M-VIM kemenangan agama dan tenggelamnya ilmu pengetahuan. Periode ini ditandai dengan merosotnya pengaruh dan popularitas filosof/ilmuan dan menguatnya peran penguasa yang berkoalisi pemimpin gereja. Periode ini orang-orang tidak berani berfikir dan mengkaji ilmu pengetahuan, karena bisa saja berarti malapetaka baginya, terutama jika teori dan hasil pemikirannya berbeda, apalagi bertentangan dengan pendapat istana dan gereja. Akibatnya muncullah zaman kegelapan dan kebodohan (jahiliyyah). Periode jahiliyah inilah yang menjadi back ground lahirnya agama Islam. Dari sini dapat dipahami mengapa Iqra' menjadi starting point ajaran Islam.

 

Periode ketiga, bersandingnya agama dan ilmu pengetahuan. Periode ini diawali dengan lahirnya Nabi Muhammad (abad VI M) sampai abad kebangkitan Eropa (abad XIII M). Periode ini diawali dengan abad kegelapan Kristen Eropa sebagai akibat dominannya Raja yang mengambil alih otoritas gereja. Figur Nabi Muhammad menjadi central factor dalam periode ini. Ia mendapatkan direction brerupa perpaduan antara ilmu pengetahuan dan agama, yang disimbolkan dalam Iqra' bi ismi rabbik! (Bacalah dengan membaca nama Tuhanmu). Iqra' simbol ilmu pengetahuan dan bi ismi rabbik sebagai simbol agama. Iqra' tanpa bi ismi rabbik atau bi ismi rabbik tanpa Iqra', terbukti tidak mengangkat martabat manusia dan kemanusiaan.

 

Periode keempat, diawali dengan melemahnya pusat-pusat kerajaan Islam dan kebangkitan Eropa di abad ke XIII. Periode ini ditandai dengan kebangkitan hellenisme jilid II di Barat yang begitu cepat. Kedudukan agama pada periode ini mengalami stagnan. Satu persatu dunia Islam takluk di bawah kekuasaan penjajah Barat. Dunia Barat hanya mengembangkan sains dan teknologi tetapi melupakan agama sebagai pembimbingnya. Inilah mereka, merampas kekayaan intelektual dunia Islam tetapi meninggalkan agama sebagai pembimbingnya. Mereka baru sadar setelah bom Atom meledak di Hirosima dan Nagasaki. Ternyata benar bahwa iqra' tanpa bi ismi Rabbik adalah malapetaka kemanusiaan.

 

Periode kelima ditandai dengan kejenuhan manusia memuja pikirannya sendiri. Akhirnya muncul berbagai gerakan dan filsafat yang bertema kemanusiaan, seperti gerakan posmodernisme, new age, dan gerakan humanisme lainnya. Pada akhirnya menurut Prof. Hull, manusia tidak akan pernah mungkin melepaskan diri dari agama. Persoalannya ialah, agama mana yang dapat membimbing ilmu pengetahuan modern? Hipotesa Hull agama yang tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan tidak punya tempat di masa depan. Prof Hull melihat peluang besar agama Islam untuk menjadi pemandu masyarakat modern karena doktrinnya tidak bertentangan dengan prinsip sains. []

 

DETIK, 29 Juni 2020

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar