Kisah Ansor Kudus Dirikan Kring Pertama
Setelah dibentuk pada tahun 1934, Ansoru Nahdlatil Oelama (A.N.O) berkembang ke
beberapa daerah, di antaranya di Kudus, Jawa Tengah. Perkembangan A.N.O hingga
ke Kudus, tentu tak lepas dari latar belakang Kudus sebagai daerah yang banyak
didirikan pesantren. Lembaga pendidikan agama di sana bahkan telah ada sejak
era Walisongo, yang salah satunya kita kenal sebagai Sunan Kudus.
Faktor jejaring pesantren ini pula yang menyebabkan NU lebih mudah diterima dan berkembang pesat di Kudus hingga sekarang. Di kota yang terkenal sebagai penghasil rokok kretek tersebut, Cabang NU didirikan pada tahun 1928, atas upaya dari Kiai Asnawi Kudus dan sejumlah tokoh kiai lainnya. Sewindu berselang, menyusul kemudian terbentuk Muslimat NU dan A.N.O di Kudus.
Ansor Cabang Kudus telah terbentuk dengan susunan pengurus yang disebutkan dalam majalah Berita Nahdlatoel Oelama’ (B.N.O) edisi tahun 1936, yakni H. Ali Sooffi (Voorzitter/Ketua), A.A. Achsien (Sekretaris I), dan M. Azhadi. Adapun kantor sekretariat A.N.O Kudus terletak di Kauman Kulon, yang tak jauh dari kompleks Menara Kudus.
Yang menarik, kantor A.N.O. Cabang Kudus ini letaknya tak jauh dari kediaman Kiai Asnawi, yang kelak pada Muktamar NU di Magelang tahun 1939, termasuk ke dalam kelompok ulama yang menentang berdirinya B.A.N.O (Barisan Ansor NO), karena soal seragam dan alat musik yang dipergunakan oleh B.A.N.O, yang dianggap menyerupai dengan kaum penjajah.
Kala itu, para pengurus dan anggota organisasi kepemudaan NU tersebut, biasa tampil dengan seragam kemeja hijau dan celana putih, dengan peci dan dasi berwarna hijau, serta berlambang NU warna putih. Saat berbaris juga menggunakan terompet dan genderang.
Soal penggunaan terompet dan genderang inilah yang memicu reaksi keras dari Kiai Asnawi. Ia bahkan sempat berikirim surat kepada Hadhratussyekh KH Hasyim Asy’ari yang dalam polemik tersebut, termasuk dalam kelompok yang memperbolehkan.
Belakangan, setelah Indonesia merdeka, ia tak lagi berpendapat keras mengenai seragam yang dikenakan para pemuda Ansor. Ketika Kiai Asnawi berkunjung ke kediaman Kiai Saifuddin Zuhri, ia membeberkan alasan: “Dulu ya dulu, sekarang ya sekarang. Lain Kedu lain Semarang, lain dulu lain sekarang. Dulu saya anti-dasi, karena ada illat yang mengharamkan. (Baca: Berangkat dari Pesantren, 2013: 513)
Memakai dasi di zaman itu tasyabbuh orang Belanda.. tetapi memakai dasi di zaman sekarang, menyerupai Bung Karno dan Abdul Wahid Hasyim!”
Dirikan Kring Pertama
A.N.O Kudus kemudian berhasil mendirikan Kring (perwakilan pengurus di bawah cabang) yang pertama, yakni Kring Kaoeman Wetan. Sebagaimana disebutkan dalam B.N.O. No. 16 Tahun ke-5 (edisi 15 Juni 1936 atau 25 Robiul Awwal 1355 H), rapat pembentukan Kring Kaoeman Wetan diselenggarakan di Madrasah Salafiah pada Sabtu malam, tanggal 9 Mei 1936.
Dalam forum pertemuan tersebut, dibacakan pesan dari KH Abdullah Oebayd, pendiri A.N.O, oleh A.A. Achsien. Juga beberapa peraturan A.N.O hingga para peserta yang hadir yang berjumlah 30 orang lebih tersebut, paham mengenai organisasi Ansor dan semakin yakin untuk bergabung di dalamnya.
Tentu, sebelum diadakan forum pertemuan ini, juga telah dilakukan persiapan, sehingga para peserta tidak terlalu kebingungan mengenai organisasi Ansor. Persiapan tersebut dilakukan oleh komite yang dipimpin oleh Djoefri.
Kemudian, setelah beberapa sesi dilaksanakan, tibalah pada sesi pemilihan pengurus, yang akhirnya terpilih M. Machsoen sebagai Ketua A.N.O Kring Kaoeman Wetan dan Soewarno sebagai sekretarisnya. Kemudian di antara 30 pemuda yang hadir berkenan untuk dicatat sebagai lid (anggota).
Maka, lengkaplah sudah susunan pengurus Kring A.N.O, yang baru pertama kali dibentuk di Cabang Kudus itu. Rencananya, setelah berhasil mendirikan Kring yang pertama itu, A.N.O Cabang Kudus akan melanjutkan program pendirian Kring di Sunggingan, Wergu, dan daerah-daerah lainnya. []
(Ajie Najmuddin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar