Kita sejak kecil diperdengarkan dengan peribahasa dalam bahasa Arab bahwa an-nazhafah minal iman atau kebersihan sebagian dari keimanan. Kita sedini itu telah mendapatkan pelajaran penting yang sangat bermanfaat sepanjang hayat.
Pelajaran kebersihan bersifat umum, mulai dari bersih jasmani, rohani, bersih
dari segala cacat secara administrasi, rumah, lingkungan, hutan, laut, gunung,
sungai, dan banyak lokasi lain yang telah dianugerahkan Allah swt. Pelajaran
kebersihan ini cukup penting bagi anak-anak untuk bekal hidupnya ke depan.
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad menganjurkan orang Islam untuk senantiasa
menjaga kebersihan jasmani dan rohani sekaligus. Pasalnya, seseorang akan
mencapai kesempurnaan ketika menjaga kebersihan jasmani dan rohani.
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad mengatakan bahwa makhluk yang rohaninya
bersih adalah malaikat. Ia mengilustrasikan manusia yang bersih rohaninya
sebagai malaikat yang berwujud manusia.
Menurut Sayyid Abdullah Al-Haddad, agama Islam dibangun di atas fondasi kebersihan. Dengan kata lain, kebersihan merupakan rukun Islam yang terlupakan. Ia mengutip sabda Rasulullah saw, “Agama ini dibangun di atas kebersihan.”
Dengan demikian peribahasa bahwa “kebersihan adalah sebagian dari keimanan”
harus ditingkatkan menjadi “kebersihan adalah sebagian besar dari keimanan”
atau “kebersihan adalah rukun iman dan rukun Islam.”
وعليك
بلزوم النظافة ظاهرا وباطنا فإن من كملت نظافته صار بروحه وسريرته ملكا روحانيا
وإن كان بجسمه وصورته بشرا جسمانيا وقد قال رسول الله صلى الله عليه وسلم بني
الدين على النظافة وقال عليه السلام إن الله نظيف يحب النظافة
Artinya, “Kau harus senantiasa bersih baik lahir maupun batin. Orang yang bersihnya sempurna akan menjadi malaikat rohaninya meski raganya adalah manusia. Rasulullah saw bersabda, ‘Agama ini dibangun di atas kebersihan.’ Rasulullah saw juga bersada, ‘Allah itu bersih. Dia menyukai kebersihan,’” (Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad, Risalatul Mu‘awanah, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 16).
Adapun kebersihan rohani yang dapat meningkatkan derajat manusia menjadi
malaikat adalah upaya bersih-bersih diri dari akhlak tercela dan menghiasinya
dengan akhlak terpuji. Akhlak tercela yang harus disapu bersih adalah
kesombongan, panjang angan, kedengkian, riya, ujub, hubbud dunia, kufur nikmat,
su’uz zhan kepada Allah, putus asa, intoleran, dan lainnya.
Sementara bentuk hiasan diri adalah ragam akhlak terpuji, yaitu tawadhu, sabar,
syukur, malu, ikhlas, murah hati, ridha, tawakal, husnuz zhan kepada Allah,
optimis, toleran, dan lainnya.
وتحصل النظافة الباطنة بتزكية النفس عن رذائل الأخلاق كالكبر والرياء والحسد وحب الدنيا وأخواتها وتحليتها بمكارم الأخلاق كالتواضع والحياء والإخلاص والسخاء وأخواتها
Artinya, “Kebersihan batin dianggap hasil dengan membersihkan diri dari akhlak tercela yaitu sombong, riya, dengki, cinta dunia, dan seterusnya; dan dengan menghiasi diri dengan akhlak terpuji yaitu tawadhu, malu, ikhlas, murah hati, dan seterusnya,” (Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad, Risalatul Mu‘awanah, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 16).
Dengan demikian, bersih-bersih–menurut Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad–tidak
hanya bermakna menghilangkan sampah dan kotoran, tetapi juga menata dan
mendekorasinya sehingga tampak elok baik secara lahir maupun batin.
Kita–kata Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad menganjurkan–dapat menemukan
uraian ini secara lebih rinci dalam Kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali.
Wallahu a‘lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar