Orang yang ingin melaksanakan shalat diwajibkan untuk bersuci dari hadats kecil melalui wudhu. Ia diharuskan membasuh kedua tangan dengan air secara merata sebagai salah satu rukun wudhu.
Ketentuan perihal rukun wudhu disebutkan secara jelas pada Surat Al-Maidah ayat 6. Dari sini, kemudian ulama memasukkan pembasuhan kedua tangan ke dalam salah satu rukun wudhu.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِ
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Bila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajah dan tanganmu sampai siku. Sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki,” (Surat Al-Maidah ayat 6).
Ketentuan wudhu ini diperkuat dengan hadits Rasulullah SAW. Ulama mendapatkan keterangan wudhu Rasulullah SAW dari praktik wudhu yang dicontohkan oleh sahabat Abu Hurairah RA sebagaimana riwayat Imam Muslim berikut ini:
ثُمَّ قَالَ هَكَذَا رَأَيْت رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأ
Artinya, “(Setelah menyelasaikan praktik wudhu) Abu Hurairah RA berkata, ‘Demikianlah aku melihat Rasulullah SAW berwudhu,’” (HR Muslim).
Ulama dari mazhab Syafi’i mewajibkan seseorang yang berwudhu untuk membasuh dalam hal ini kedua tangan secara merata. Ulama juga mewajibkan membersihkan sedapat mungkin kotoran yang menghalangi air wudhu dan kulit organ wudhu, dalam hal ini kedua tangan, termasuk kotoran yang melekat pada kuku tangan sebagaimana keterangan berikut ini:
(و) الثالث (غسل اليدين إلى المرفقين) ويجب إزالة ما على اليدين من الحائل كالوسخ المتراكم من خارج إلا إذا تعذر فصله ويعفى عن قليل وسخ تحت الأظافير
Artinya, “Ketiga (membasuh dua tangan sampai dua siku). (Kita) wajib menghilangkan segala penghalang yang ada di atas permukaan kedua tangan seperti kotoran yang menumpuk dari luar kecuali jika uzur untuk memisahkannya. Sedikit kotoran di bawah kuku dima’fu,” (Lihat KH Afifuddin Muhajir, Fathul Mujibil Qarib, [Situbondo, Al-Maktabah Al-As’adiyyah: 2014 M/1434 H], halaman 13).
Adapun sedikit kotoran yang melekat pada kuku dan sulit untuk dihilangkan secara total dima’fu dalam konteks bersuci atau wudhu dalam hal ini. Dengan demikian, orang yang bersuci tidak perlu mengkhawatirkan keabsahan wudhunya dengan sisa kotoran pada kuku setelah ia berusaha menghilangkannya. Wallahu a‘lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar