Senin, 21 September 2020

Nasaruddin Umar: Al-Ta'lim al-Muta'allim (6) Kriteria Murid

Al-Ta'lim al-Muta'allim (6)

Kriteria Murid

Oleh: Nasaruddin Umar

 

Seperti penah diungkapkan dalam artikel terdahulu, murid ialah orang yang bersungguh-sungguh menuntut dan mencari ilmu pengetahuan kepada Allah Swt melalui syekh, khalifah, mursyid, ustaz, dan guru. Murid bukan anak sekolahan biasa tetapi orang yang telah berusaha menyiapkan diri secara lahir dan batin untuk menerima ilmu pengetahuan dari Allah Swt melalui wasilah-Nya, yaitu guru dan atau media lain yang dapat dipergunakan untuk meraih ilmu pengetahuan dari-Nya.

 

Sejak dahulu sampai sekarang, murid masih mengandalkan guru sebagai perantara. Karena itu, peran guru sangat penting di mata murid. Para murid jika ingin memperoleh berkah dari Allah Swt mereka harus menghormati para gurunya. Para ulama sering menganalogikan antara guru (mursyid) dan nabi, sehingga dikatakan: "Seorang syekh di tengah para muridnya bagaikan nabi di tengah para sahabat-sahabatnya". "Murid yang belum menunaikan hak-hak guru atau mursyid maka belum menunaikan hak-hak Allah Swt". Itulah sebabnya hubungan murid dan guru (kiyai) di lingkungan pondok pesantrean terjalin hubungan yang sangat akrab, saling merindukan satu sama lain, sehingga orang tua sering disebut sebagai orang tua biologis (ummul wiladah) dan guru disebut orang tua spiritual yang membina (ummut tarbiyyah).

 

Selain persyaratan formal, murid juga harus menyiapkan persyaratan tidak formal, terutama persiapan mental spiritual untuk menjadi murid. Dengan kata lain ada kriteria tersendiri bagi calon murid yang berbeda dengan calon pelajar biasa. Di antara kriteria dan ketentuan tersebut ialah:

 

1) Adanya keyakinan penuh bahwa guru atau mursyidnya sanggup untuk membimbing dan membinanya sesuai dengan tujuannya.

 

2) Ada keyakinan penuh kepada guru bahwa materi ajaran yang akan diajarkan gurunya sesuatu yang betul-betul bermanfaat dan sangat diperlukan.

 

3) Ada ketetapan hati calon murid untuk mendatangi guru sebagai orang yang tepat untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang bersumber dari Tuhan.

 

4) Tentu saja ia harus segan, cinta, dan mematuhi guru terhadap berbagai hal yang diperitahkan, sesuai dengan kapasitasnya sebagai guru.

 

5) Tidak melawan atau membantah guru.

 

6) Menafikan kehendak dan keinginannya sendiri terhadap proses belajar-mengajar. Ia harus mengikuti system yang berlaku di lembaga pendidikan yang dipilihnya.

 

Para murid sangat respek dan setia terhadap gurunya, sehingga jangankan gurunya, kucing guru atau kiyai saja tidak berani diusik karena diyakini guru memiliki hubungan spiritual yang khas dengan Allah Swt. Tidak mungkin seseorang akan memperoleh berkah ilmu pengetahuan jika ia ingkar dan tidak hormat dan respek terhadap gurunya. Pemandangan yang terjadi antara guru dan murid (Kiyai) di lingkungan Pondok Pesantren memang tampak sangat berbeda. Sang guru/kiyai mengawasi murid/santrinya 24 jam di lingkungan pondok.

 

Jika ada santri sakit perut tengah malam di asramanya maka sang Kiyai langsung menjenguk dan merawatnya. Bandingkan dengan guru atau kepala sekolah di sekolah, pernah kejadian seminggu muridnya telah meninggal baru ia ketahui. Hubungan batin antara murid dan guru mesti terjalin jika ingin ada berkah di dalam sebuah proses belajar-mengajar. Murid seolah merasakan adanya kehangatan bersama para gurunya sehingga ketundukan secara rohani terwujud dengan sendirinya.

 

Sementara guru atau mursyid senantiasa mendoakan muridnya dalam berbagai kesempatan seperti mendoakan anak kandungnya sendiri. Jadi betul-betul terjadi proses pendidikan, bukan hanya proses pengajaran yang bertujuan hanya untuk mentransfer ilmu pengetahuan guru kepada murid tetapi bagaimana ilmu pengetahuan itu diamalkan dengan penuh tanggung jawab. Ada asa, asuh, dan asih dari guru, ustas, atau mursyid kepada murid. Sebaliknya ada resepek, cinta, dan hormat datang dari murid kepada gurunya. Subhanallah. []

 

DETIK, 25 Juni 2020

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar