Al-Ta'lim al-Muta'allim (9)
Antara Hukama dan Kuhana
Oleh: Nasaruddin Umar
Hukama ialah ahli hikmah atau makrifah, yaitu orang-orang yang diberi anugrah oleh Tuhan mengetahui yang gaib atau menyingkap rahasia-Nya. Upaya-upaya yang dilakukan untuk memahami makrifah dan ilmu-ilmu tingkat tinggi itu antara lain dengan melakukan olah batin (mujahadah, riyadhah), seperti menekuni ibadah-ibadah wajib dan sunnat, menjauhi seluruh larangan-larangan Tuhan, dan melakukan berbagai amal kebajikan dengan setulus-tulusnya. Sebagai imbalannya, Tuhan menganugrahkan kepadanya berbagai keutamaan, seperti atas kehendak-Nya ia mampu mengobati penyakit dengan doa, mampu menunjukkan tanda-tanda karamah (kekeramatan) seperti kemampuan untuk berpuasa berhari-hari, berjalan di atas air, memberikan ketenteraman dan pemenuhan hajat-hajat orang lain melalui melalui doanya.
Sedangkan kuhana lebih dekat pengertiannya kepada paranormal atau dukun, yaitu orang-orang yang diberi berbagai kemampuan supernatural sebagai akibat amalan-amalan khusus yang telah diperoleh melalui guru atau pembimbing spiritualnya. Kuhana pada umumnya dikenal lebih dekat kepada black magic atau paling tidak guru tempatnya belajar menempuh cara-cara yang tidak lazim di dalam agama, sehingga sejumlah praktek perolehan ilmunya kontroversi menurut pandangan agama. Kuhana lebih populer karena banyak didatangi para selebriti. Para selebriti yang datang ada yang dari kalangan politisi yang mau meminta bantuan untuk memperoleh kedudukan lebih baik, dari kalangan artis yang ingin produknya lebih disukai masyarakat, dan kalangan bisnisman yang ingin usahanya lebih maju.
Perbedaan antara hukama dan kuhana beda-beda tipis.
Bahkan fungsinya pun juga memiliki persamaan. Kadang-kadang juga penampilan
keduanya mempunyai kemiripan. Ada hukama yang juga dipanggil sebagai kiyai
karena memang memiliki pondok pesantren, tetapi pada saat yang bersamaan kiyai
atau hukama itu juga seniman, sehingga sulit membedakannya dengan tokoh kuhana
yang lain. Sebaliknya ada beberapa kuhana yang penampilan sehari-harinya alim,
menyerupai ustaz Apalagi memang ada sejumlah tokoh yang sulit dibedakan dirinya
sebagai hukama atau kuhana.
Perbedaan antara keduanya bisa terlihat dari pengamalan
syari'ah yang bersangkutan bersama para murid atau pelanggannya. Para hukama
umumnya memilki kekuatan syari'ah dan dan hakekat yang dalam. Amalan-amalan,
wirid, dan doa yang diberikan kepada muridnya umumnya diracik dari ayat-ayat
Al-dan hadis. Para murid dan santrinya selain mendapatkan doa dan wirid khusus
juga mendapatkan wawasan dan ilmu pengetahuan agama, karena hukama lebih sering
menjadi penceramah ketimbang membuka praktek pengobatan dan penyembuhan. Bahkan
tidak sedikit di antaranya yang menyembunyikan kemampuan-kemampuan supranatural
yang dimilikinya.
Berbeda dengan kuhana, seringkali ditemukan
mendramatisasi kemampuan yang dimilikinya kepada orang lain, bahkan ada yang
mengiklankan dirinya serba bisa untuk mengobati berbagai macam penyakit dan
menyelesaikan berbagai konflik dan tekanan batin. Kadang-kadang juga di antara
mereka memiliki semacam impresario, lembaga jasa yang mengorbitkan dirinya.
Para kuhana tidak diragukan lagi orientasinya profit dan bisnis. Ada di antara
mereka memasang tarif yang besar dan itu bisa dimaklumi karena mereka juga
melibatkan banyak pihak lain. Hukama lebih banyak memberikan pencerahan dan
nilai manfaat kepada orang banyak. Sedangkan kuhana banyak di antaranya yang
meresahkan masyarakat, bahkan tidak sedikit diadukan ke pihak berwajib karena
ada unsur penipuan, pelecehan seksual, dan kriminal lainnya. []
DETIK, 28 Juni 2020
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar