Al-Ta'lim al-Muta'allim (5)
Antara Mursyid dan Guru
Oleh: Nasaruddin Umar
Dalam artikel terdahulu dibedakan antara murid dan pelajar. Murid padanannya ialah mursyid dan pelajar atau siswa padanannya ialah guru. Mursyid dalam literatur tasawuf berarti pembimbing spiritual bagi orang-orang yang menempuh jalan khusus mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah Swt.
Tugas dan fungsi mursyid ialah membimbing, mendidik, menempa, dan sekaligus idola para murid dalam memahami jalan-jalan spiritual menuju Allah Swt. Mursyid dengan tekun menuntun murid mulai proses pembersihan dan penyucian diri (tadzkiyah al-nafs) hingga di antara mereka mencapai pemahaman mendalam (ma'rifah). Tugas dan fungsi mursyid di hadapan para salik menyerupai Rasulullah Saw di depan para sahabatnya. Jika para sahabat dengan tekun dan penuh tawadlu' di hadapan Rasulullah, maka para salik juga melakukan hal yang sama di hadapan mursyidnya.
Tugas pertama mursyid ialah melakukan seleksi siapa
yang bisa menjadi murid penuh atau semacam pra-murid. Banyak metode ditempuh
mursyid dalam menyeleksi calon salik. Di Konya, Turki, calon murid yang akan
bergabung dalam tarekat Jalaluddin Rumi dan selanjutnya menjalani latihan
tarian sufi (Whirling Darwishes) diuji secara lisan di depan mursyid di maktab,
dalam bentuk balai-balai yang berjejer di dalam suatu kompleks. Di antara cara
penentuan diterima atau ditolaknya seorang calon murid ditandai dengan arah
sandal. Jika sandal calon murid menghadap pintu balai-balai maka pertanda calon
itu lulus. Sebaliknya jika sandal membelakangi pintu maka sang calon ditolak
atau masih harus mempersiapkan diri.
Menjadi mursyid lebih berat daripada menjadi guru.
Menjadi mursyid juga lebih berat ketimbang menjadi murid. Selain sifat-sifat
standar sebagai seorang Ishalihin/shalihat, seperti 'alim, amanah, tawadhu',
terpercaya, wara', sabar, teladan dalam pengamalan syari'ah, dan tentunya
berakhlak mulia. Posisi dan kedudukan mursyid terkadang juga ditentukan oleh
sistem dan organisasi setiap tarekat. Tarekat yang dikenal secara umum
(mu'tabarah) biasanya memberikan kriteria mursyid dengan sangat ketat. Berbeda
dengan tarekat yang tidak populer (gair mu'tabarah) biasanya lebih longgar.
Secara khusus seorang mursyid selalu berusaha
membersihkan niat dan meluruskan tujuan hidup murid, mengetahui kemampuan
murid, mendidik tanpa pamrih, menyesuaikan ucapan dan tindakan, menyayangi
orang lemah, menyucikan ucapan, berbicara dengan bijaksana, selalu mengingat
dan memuliakan Allah sewaktu berbicara, menjaga rahasia murid, memaafkan
kesalahan murid, mengabaikan haknya sendiri, memberikan hak-hak murid, mampu
membagi waktu untuk menyendiri (berkhalwat) dan beramal, selalu mengerjakan
ibadah-ibadah mahdhah dan ibadah-ibadah social.
Sejatinya mursyid juga memiliki sifat-sifat lebih
khusus seperti merasa faqir setelah kaya, merasa rendah setelah tinggi, merasa
sepi setelah populer, memuliakan ilmu pengetahuan dan mengamalkannya, bersih
jiwanya, dan lurus jalan pikirannya. Tentu saja sifat-sifat tersebut sudah
menjadi sifat-sifat alamiah para musryid. Jika mursyid menyimpang jauh dari
kriteria maka sudah barang tentu akan menimbulkan dampak luas di dalam
masyarakat. []
DETIK, 24 Juni 2020
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar