As-Sya’rani tidak mencatat tahun lahirnya. Ia hanya mencatat tahun wafat
Sayyidah Aisyah yang wafat pada tahun 145 H. (As-Sya’rani, At-Thabaqatul Kubra:
66). Tetapi kita dapat pastikan Sayyidah Aisyah hidup sebelum itu. Kita dapat
memperkirakan kehidupannya dari masa kehidupan ayahnya, Sayyid Ja'far
As-Shadiq.
Sayyidah Aisyah memiliki beberapa saudara kandung. Di antaranya adalah Musa
Al-Kazhim, Yahya Al-Mu’taman, Ali Al-Uraidhi, dan lain-lain.
Sayyidah Aisyah adalah putri seorang ulama besar yang menguasai ilmu agama dan
peletak dasar Mazhab Ja‘fari, yaitu Sayyid Ja’far As-Shadiq atau Abu Abdillah
(702 M/83 H-765 M/148 H) bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib.
Sayyidah Aisyah tumbuh dalam didikan beragama yang kuat dari ayahnya. Ia menjadi perempuan yang shalehah. Akhlaknya yang mulia disaksikan banyak orang. Ia dikenal sebagai perempuan yang pemurah dan penyayang terhadap orang-orang miskin dan anak-anak yatim.
As-Sya’rani mengutip sebuah perkataan Sayyidah Aisyah yang cukup jujur dan
berani. Perkataan ini berasal dari keyakinan Sayyidah Aisyah atas janji Allah.
“Demi keagungan dan kebesaran-Mu ya Allah, jika Kau memasukkanku ke dalam neraka, niscaya kugenggam tauhidku, dan kubawa keliling neraka, lalu kukatakan kepada penghuni neraka, ‘Aku mengesakan-Nya, lalu Dia mengazabku.’” (As-Sya’rani, At-Thabaqatul Kubra: 66).
Jenazah Aisyah dimakamkan di Babu Qurafah, Mesir. Makamnya dikunjungi banyak
orang. (As-Sya’rani, At-Thabaqatul Kubra: 66). Wallahu a’lam. []
(Alhafiz Kurniawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar