Jumat, 11 September 2020

(Ngaji of the Day) Tafsir Surat Al-Fatihah

Tafsir Surat Al-Fatihah

 

Surat Al-Fatihah terdiri atas tujuh ayat. Tetapi ada sebagian orang, salah satunya Amr bin Ubaid, berpendapat bahwa surat ini terdiri atas delapan ayat. Orang lain lagi yaitu Husein Al-Ju‘fi berpendapat bahwa surat ini terdiri atas enam ayat. Namun, dua pendapat terakhir, kata Ibnu Katsir, adalah pendapat yang tidak umum. 


سْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)


Artinya, “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (1), Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam (2), Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (3), Yang menguasai Hari Pembalasan (4), Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan (5), Tunjukilah kami jalan lurus (6), (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (7).”


Tafsir Jalalain menyebutkan model penghitungan tujuh ayat pada Surat Al-Fatihah. Tafsir Jalalain yang ditulis oleh Syekh Jalaluddin Al-Mahalli (wafat 864 H) dan Syekh Jalaluddin As-Suyuthi (wafat 911 H) mengatakan bahwa Surat Al-Fatihah terbilang Makkiyyah. Surat ini terdiri atas tujuh ayat. Jika lafal bismillah masuk itungan, maka ayat ketujuh berawal dari lafal shirātalladzīna hingga selesai. Tetapi jika lafal bismillah tidak masuk itungan, maka ayat ketujuhnya berawal dari lafal ghayril maghdhubi hingga selesai. Kata qūlū seakan hadir di awal surat agar lafal sebelum iyyāka na‘budu menjadi sesuai dengannya karena lafal ini merupakan perkataan hamba, (Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsirul Qur’anil Azhim, [Beirut, Darul Fikr: tanpa tahun], halaman 2).

 

Kandungan Surat Al-Fatihah

 

Surat ini mengandung makna agung Al-Qur’an. Kandungan Surat Al-Fatihah ini mencakup tujuan asasi Al-Qur’an secara umum, yaitu prinsip dan turunan ajaran agama yang meliputi aqidah, ibadah, syariah, keyakinan atas hari akhir, keimanan atas sifat mulia Allah, pengesaan dalam penyembahan, permohonan pertolongan melalui doa, permohonan atas hidayah agama yang lurus kepada-Nya, permohonan ketetapan iman di jalan orang-orang saleh terdahulu, dijauhkan dari jalan orang yang dimurka dan orang sesat. Surat ini juga mengandung kabar umat terdahulu, penglihatan atas tangga kebahagiaan, dan jurang-jurang kesengsaraan, penilaian ibadah atas perintah-Nya, penjauhan larangan-Nya, dan banyak tujuan serta maksud lainnya. Dalam kaitannya dengan surat-surat mulia lainnya dalam Al-Qur’an, Surat-Al-Fatihah layaknya ibu karena ia mengandung prinsip-prinsip asasi semua surat dalam Al-Qur’an sehingga tidak heran Surat Al-Fatihah dinamai juga Ummul Kitab, (Syekh Muhammad Ali As-Shabuni, Shafwatut Tafasir, [Jakarta, Darul Kutub Al-Islamiyah: 1999 M/1420 H], cetakan pertama, juz I, halaman 24).


Abul Fida Ibnu Katsir, ahli tafsir yang bermazhab Syafi’i dalam tafsirnya mengatakan bahwa Surat Al-Fatihah terdiri atas 25 kata dan 113 huruf. Ibnu Katsir menyebutkan belasan nama lain Surat Al-Fatihah, yaitu Al-Fatihah (pembuka Al-Qur’an), Ummul Kitab (induk al-kitab), Ummul Qur’an (induk Al-Qur’an), As-Sab‘ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang), Al-Hamdu (pujian), As-Shalah (shalat), As-Syifa (obat), Ar-Ruqyah (jampi/mantra), Asasul Qur’an (fondasi Al-Qur’an), Al-Waqiyah (pelindung), Al-Kafiyah (yang mencukupi), Suratus Shalah (bacaan shalat), Al-Kanzu (perbendaharaan). 


Surat Al-Fatihah terbilang Makkiyyah, atau turun di Mekkah. Surat ini turun setelah surat Al-Muddatsir (Syekh Wahbah Az-Zuhayli, Tafsir Al-Munir fil Aqidah was Syariah wal Manhaj, [Beirut, Darul Fikr Al-Mu‘ashir: 1418 H], cetakan kedua). Ibnu Katsir menjelaskan perbedaan pendapat di kalangan sahabat perihal status makkiyyah dan madaniyyah surat ini. 


Surat Al-Fatihah terbilang Makkiyyah. Ini pendapat Ibnu Abbas RA, Qatadah dan Abul Aliyah. Ada juga yang mengatakan bahwa Surat Al-Fatihah terbilang Madaniyah. Pendapat kedua ini dipegang oleh Abu Hurairah RA, Mujahid, ‘Atha bin Yasar, dan Az-Zuhri. Ada lagi yang berpendapat bahwa Surat Al-Fatihah turun dua kali, sekali di Makkah, dan sekali di Madinah. Pendapat pertama lebih dekat pada firman Allah Surat Al-Hijr ayat 87, “Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al-Qur'an yang agung.” Wallahu a‘lam.

 

Sementara Abul Laits As-Samarqandi berpendapat bahwa setengah Surat Al-Fatihah turun di Makkah. Setengahnya lagi turun di Madinah. Tetapi pendapat ini sangat jarang dikemukakan orang. Demikian dinukil oleh Al-Qurthubi. (Ibnu Katsir, Tafsirul Qur’anil Azhim, [Beirut, Darul Fikr: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 8).


Surat Al-Fatihah mengandung banyak keutamaan antara lain digambarkan dalam hadits berikut ini:


حديث آخر: روى مسلم في صحيحه، والنسائي في سننه، من حديث أبي الأحوص سلام بن سليم، عن عمار بن رُزَيق، عن عبد الله بن عيسى بن عبد الرحمن بن أبي ليلى، عن سعيد بن جبير، عن ابن عباس، قال: بينا رسول الله صلى الله عليه وسلم وعنده جبريل، إذ سمع نقيضًا فوقه، فرفع جبريل بصره إلى السماء، فقال: هذا باب قد فتح من السماء، ما فتح قط. قال: فنزل منه ملك، فأتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: أبشر بنورين قد أوتيتهما لم يؤتهما نبي قبلك: فاتحة الكتاب، وخواتيم سورة البقرة، ولن تقرأ حرفًا منهما إلا أوتيته. وهذا لفظ النسائي

 

Artinya, “Hadits lain riwayat Imam Muslim dalam Shahih-nya dan An-Nasa’i dalam Sunan-nya dari hadits Abul Ahwash Salam bin Salim, dari Ammar bin Ruzaiq, dari Abdullah bin Isa bin Abdurrahman bin Abu Layla, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia bercerita, ‘Ketika kami bersama Rasulullah SAW dan di dekatnya ada Jibril AS, tiba-tiba ia mendengar suara dari atas. Jibril memandang ke langit dan berkata, ‘Pintu langit ini dibuka, pintu yang belum pernah dibuka sama sekali.’ Satu malaikat turun melalui pintu langit tersebut dan mendekati Rasulullah SAW lalu berkata, ‘Selamat. Berbahagialah atas dua cahaya yang diberikan kepada Anda, anugerah yang tidak pernah diberikan kepada nabi sebelum Anda, yaitu Fatihatul Kitab dan akhir Surat Al-Baqarah. Tiada satu huruf pun yang Anda baca dari keduanya, melainkan ia akan diberikan kepada Anda.’’ Ini lafal redaksi An-Nasai,” (Ibnu Katsir, Tafsirul Qur’anil Azhim, [Beirut, Darul Fikr: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 11).


Surat Al-Fatihah memiliki banyak keutamaan. Banyak hadits menunjukkan keutamaan Surat Al-Fatihah, antara lain sebagai obat, jampi, pembacaan hadiah untuk orang yang wafat, bacaan mulia yang diulang-ulang pada setiap rakaat shalat. Wallahu a’lam. []

 

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar