Kamis, 05 Desember 2013

(Ngaji of the Day) Penghias Langit Bumi



Penghias Langit Bumi
Oleh: Muhamad Kurtubi

Apakah penghias langit dan bumi. Setidaknya dari ajaran para ulama, ada tiga hal yang menjadi penghiasnya. Ketiganya saling bersinergi dan berkesinambungan. Keseimbangan ketiganya menjadi barometer terciptanya harmonisasi dan keseimbangan yang perlu dijaga.

Bila kita perhatikan langit nan biru. Terdapat banyak sekali benda benda-benda angkasa: Matahari, bulan dan bintang. Satu dengan lainnya begitu rapih tertata. Sehingga menjadi indahlah langit itu. Demikian juga ada tiga hiasan memperindah bumi. Keharmonisan akan terjaga jika terus menerus memperhatikan keindahan hiasan itu. Apa saja hiasan langit dan bumi itu? Sepenggal informasi hasil renungan ulama dalam kitab klasik.

Salah satu kitab ulama menulis :

زين الله السماء بثلاثة: الشمس والقمر والنجوم. وزين الله الاض بثلاثة: العالم والمطر وسلطان العادل.

Artinya: “Allah menghiasi langit dengan tiga hal: matahari bulan dan bintang. Demikian pula bumi dihiasi tiga hal: ilmu, hujan dan pemerintah yang adil.“

Hiasan Bumi

Sebagaimana hadits di atas, bumi pun dihiasi oleh tiga hal: ilmu, hujan dan pemerintah yang adil. Bagaimana penjelas ketiga hal ini?

1. Ilmu

Bagaimana ilmu bisa menjadi hiasan bumi sehingga bumi menjadi indah dipandang mata hati dan mata lahir. Hal ini karena seni (hiasan) lahir dari ilmu. Artinya memperindah sesuatu harus berdasarkan ilmuwan. Karena­nya keindahan di bumi tidak terlepas dari bi­dang seni.

Misalnya, seni tata kota akan diatur oleh para arsitek yang membuat bangunan berdasarkan planing dan analisa dampak lingkungan. Kein­dahan hasil produksi diproses oleh pra ilmuwan ang ahli dibidang­nya. Misalnya bagaimana mem­buat desain kendaraan mobil yang nyaman dan aman saat dikendarai. Dibuatlah desain dan tekniknya oleh ahli rancang bangun bidang teknik mesin dan design mobil. Begitu pula hasil produksi lainnya seperti mesin-mesin, perlengkapan rumah dan lain-lain.

2. Hujan

Bagaimana hujan bisa menjadi hiasan bumi?. Fungsi air hujan memberikan kehidupan semua makhluq. Bah­kan asal kehdupan berasal dari air. Firman Allah: “Wajalna minal maa-i kulla syain hay” Kujadikan dari air itu segala sesutu menjadi hidup.“

Seorang ilmuwan yang akan mempercantik bumi mesti cerdas. Kecerdasan membutuhkan gizi dan vitamin. Nutrisi ini tidak bisa didapat kalau tidak ada air. Sebab vitamin, mineral, dan zat makanan lainnya didapat dari tumbuhan yang dihujani.

Dengan adanya hujan maka tumbuhan menghasilkan buah yang bisa dinikmati oleh manusia dan hewan. Hewanpun juga dikonsumsi ilmuwan. Maka jika tidak ada hujan, tidak ada ilmuwan. Sebab mereka memperoleh bahan tumbuh dan bahan kecerdasannya.

3. Sultonul Adil

Sulton yang adil artinya pemerintah yang adil. Menata dan mengatur kehidupan rakyat sesuai porsinya masing-masing. Kemmapuan meng­atur ini hanya dimiliki oleh pemerintah dan segenap komponennya. Lalu bagaimana sultonul adil berkontribusi sebagai hisasan bumi?

Keharmonisan sultonul adil maksud­nya adalah untuk mengatur ilmuwan. Misalnya, seorang ilmuan ahli melebur baja, besi dan plastik. Maka mesti diatur oleh oleh sulton agar baja, besi dan plastik ini menjadi indah.

Demikian pula perintah dengan sega­la kebijakannya, pelaksanaan di lapangan dijalankan oleh ilmuwan. Misalnya pemerintah ingin mem­produksi pesawat dan mobil sendiri. Maka ilmuwan teknolog itu yang menjalankannya. Mereka hanya mendesain sesuai dengan pesanan. Sedangkan bagaimana menjual dan bagaimana mengatur distrubusinya, maka pemerintah yang mengarnya kemudian. Karena itu pemerintah perlu adil dan bijaksana. Di sinilah maka, ilmuwan harus bekerja sebagu smunkgin, dan pemerintah harus konsisten dan mampu mengaturnya.

Pucaknya, pemerintah bisa mengatur benda dan mengatur manusia. Jika peran ini tidak diambil, maka para ilmuwan akan berjalan sendiri-sen­diri dan merasa sok pinter sendiri. Maka teknologi tidak menjadi sesuatu karya yang diakui dan ber­kem­bang luas karena kurang dukungan peme­rintah. Akhirnya, negara yang mam­pu mengatur ilmuwan biasanya berjaya. Sebaliknya, negara yang tak mampu mengatur ilmuwan manjadi terpuruk.

Akirnya, jikalau keindahan itu tidak ada. Teknologi tidak mampu berkembang. Maka boro-boro memikirkan perhiasan memikirkan makanan saja susah sekali. Adanya perhiasan (keindahan) karena adanya fadlam minallahi wanikmah, wamaghfira­taw­arahmah, ya wasial maghfirah. Maksudnya, adanya hiasan karena ada fadlan. Suatu ketika fadlan (karunia) diambil Allah, maka tinggal rakhmat saja. Tinggal satu benteng rakhmat. Manusia sudah putus asa tinggal rakhmat Allah yang ada. []

Wallahu a’lam.

Muhamad Kurtubi,
Santri Pondok Pesantren Buntet – Cirebon, lulusan MANU 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar