KHOTBAH JUM'AT
Hoaks dan Kepribadian Kaum Beriman
Khutbah I
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ
أَمَرَنَا بِتَرْك الْمَنَاهِيْ وَفِعْلِ الطَّاعَاتِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ.
اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ
Hadirin rahimakumullah
Perkembangan zaman adalah satu keadaan yang
tidak dapat dihindari oleh setiap manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia
ini. Di balik perkembangan dari satu zaman ke zaman lainnya, dari satu ke era
ke era lainnya, dari abad ke abad, dari satu satu dasawsa ke dasawarsa, maupun
dari satu dekade ke dekade, ada sesuatu yang selalu ada dan senantiasa ada, dan
sesuatu itu selalu ada serta senantiasa mengiringi di dalam setiap perkembangan
zaman. Lantas apa sesuatu itu? Sesuatu itu adalah yang kita sebut dengan
perubahan.
Begitupun dengan zaman di mana kita berada
pada saat ini, kita juga turut merasakan perubahan akibat perkembangan zaman,
khususnya perubahan akibat kemajuan dalam bidang komunikasi dan teknologi
informasi. Kini setiap orang semakin mudah dan setiap orang semakin bebas untuk
berbagi informasi. Berbagi informasi melalui berbagai macam media sosial di
internet yang sekarang telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat
Indonesia bahkan di dunia, khususnya bagi kalangan generasi muda. Dulu televisi,
radio dan koran menjadi sumber informasi, tapi sekarang media sosial menjadi
sumber informasi paling populer di tengah masyarakat kita.
Pada satu sisi, kemudahan dalam berbagi
informasi melalui media sosial sesungguhnya memberikan banyak manfaat, banyak
memberikan kemudahan, maupun hal-hal yang bersifat positif dan edukatif. Akan
tetapi pada sisi yang lain, kemudahan berbagi informasi melalui media sosial
juga telah mendorong munculnya berbagai masalah sosial dan juga banyak memicu
hal-hal yang bersifat negatif dan destruktif, diantaranya adalah merajalelanya
informasi hoaks, informasi yang berisi kebohongan dan informasi yang tidak
sesuai dengan kebenaran, bertentangan dengan fakta dan realitas.
Informasi hoaks telah merasuki berbagai
perbincangan dan pembahasan dalam kehidupan masyarakat, mulai dari persoalan
sehari-hari, persoalan sosial politik, bahkan hingga memasuki wilayah
pembahasan agama, menyentuh ke persoalan aqidah. Pada akhirnya informasi hoaks
telah memicu tumbuhnya rasa permusuhan, sikap saling curiga, perselisihan, rasa
kebencian, hingga konflik antar kelompok di tengah-tengah masyarakat. Sehingga
tidak heran bila kini ujaran-ujaran berisi kebencian, berisi ghibah dan
namimah, berhamburan di media sosial. Kondisi ini tentu amat mereshkan, karena
akan menggoyahkan tiang-tiang dan sendi-sendi kerukunan dan ketentraman yang
telah terjalin lama di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk.
Hadirin sidang Jumat yang berbahagia.
Lantas bagaimana dengan sikap kita sebagai
pribadi Muslim di tengah informasi hoaks yang merajalela. Di antara yang dapat
kita lakukan adalah dengan tidak menjadi orang yang memproduksi dan membuat
informasi hoaks itu sendiri. Hendaknya kita menjauhkan diri dari membuat
informasi yang berisi kebohongan.
Selain tidak menjadi produsen, kita juga
hendaknya tidak menjadi distributor dari berbagai informasi hoaks. Boleh jadi
kita tidak membuat kebohongan, boleh jadi kita tidak memproduksi kebohongan,
tapi bukan berarti kita sah dan boleh menyebarkanluaskan kebohongan. Boleh jadi
kita hanya menerima kiriman informasi hoaks tapi tidak berarti kita boleh
membagikan kembali informasi hoaks yang kita terima untuk kita sebarkan
kembali. Selama kita masih menjadi produsen, selama kita masih menjadi
distributor informasi hoaks, maka sampai lebaran kuda kehidupan kita akan terus
dikepung oleh informasi hoaks.
Dalam kaca mata agama, berbohong atau membuat
kebohongan adalah sikap dan perilaku yang tidak dapat menyatu dalam diri
seorang pribadi Muslim yang beriman. Dalam Surat an-Nahl ayat 105 Allah telah
memberikan peringatan dengan sangat jelas.
إنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ
“Sesungguhnya orang yang mengada-adakan
kebohongan atau membuat kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman
kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (QS an-Nahl:
105)
Maka dari itu, sesungguhnya iman dan
kebohongan ibarat air dan minyak yang tidak akan pernah menyatu dalam pribadi
seorang Muslim. Orang yang membuat kebohongan tidak dapat disebut sebagai
seorang yang beriman. Dan sebaliknya orang yang beriman bukanlah orang yang
suka membuat kebohongan.
Dalam hadits riwayat Imam Malik diceritakan,
pada suatu hari Baginda Nabi pernah ditanya:
أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ جَبَانًا؟
“Apakah ada orang yang beriman tapi dia
seorang pengecut dan penakut?”
Jawab Nabi, “Iya ada.”
أَفَيَكُونُ بَخِيلًا؟
“Apakah ada orang yang beriman tapi dia
seorang yang pelit bakhil?”
Jawab Nabi, “Iya ada.”
أَفَيَكُونُ كَذَّابًا؟
“Apakah ada orang yang beriman tapi dia suka
membuat kebohongan?”
Jawab Nabi, “Tidak ada.”
Seorang mukmin boleh jadi dia adalah seorang
yang pengecut dan penakut, seorang mukmin boleh jadi dia adalah seorang yang
pelit dan bakhil, tapi tidak ada kamusnya seseorang disebut mukmin tapi dia
seorang pembohong dan pembuat kebohongan.
Hadirin sidang Jumat yang berbahagia,
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihyâ
‘Ulûmiddîn mengatakan bahwa pada hakikatnya kebohongan tidak diperbolehkan
bukan karena kebohongan itu sendiri (lâ bi ‘ainihi). Akan tetapi
kebohongan dilarang dalam agama karena kebobongan itu menimbulkan banyak dampak
negatif.
Sama dengan hal tersebut, dalam kitab Adabud
Dunyâ Waddîn, Imam Al-Mawardi menjelaskan:
الْكَذِبُ جِمَاعُ كُلِّ شَرٍّ، وَأَصْلُ كُلِّ ذَمٍّ لِسُوءِ عَوَاقِبِهِ، وَخُبْثِ نَتَائِجِهِ؛
“Kebohongan adalah sumber dan akar dari
segala kejahatan dan kejelekan karena dampak buruk dan keji yang
ditimbulkannya.”
لِأَنَّهُ يُنْتِجُ النَّمِيمَةَ، وَالنَّمِيمَةُ تُنْتِجُ الْبَغْضَاءَ، وَالْبَغْضَاءُ تُؤَوَّلُ إلَى الْعَدَاوَةِ، وَلَيْسَ مَعَ الْعَدَاوَةِ أَمْنٌ وَلَا رَاحَةٌ
“Karena sesungguhnya kebohongan dapat
menimbulkan fitnah, dan fitnah membawa pada kemarahan. Lalu kemarahan akan
menjadi awal dari permusuhan. Dan tidak ada yang namanya rasa aman dan
ketentraman dalam sebuah permusuhan.”
Di akhir khutbah, khatib akhiri dengan
ungkapan Ibnu Muqoffa seorang pujangga kenamaan yang hidup pada zaman Dinasti
Abbasiyah yang termaktub dalam kitab Adabud Dunyâ Waddîn:
لَا تَتَهَاوَنْ بِإِرْسَالِ الْكِذْبَةِ مِنْ الْهَزْلِ فَإِنَّهَا تُسْرِعُ إلَى إبْطَالِ الْحَقِّ
“Janganlah seseorang menganggap remeh
mengirim berita bohong meski sekadar guyon dan lucu-lucuan. Karena sesungguhnya
kebohongan itu dapat dengan cepat menenggelamkan informasi yang berisi
kebenaran.”
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهََ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَتِكَ الْمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا إِنْدُوْنِيْسِيَا خَآصَّةً وَعَنْ سَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ! إِنََّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكم، وَلَذِكرُ اللهِ أَكْبَرُ
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar