Ali Ahmad Ba-Katsir,
Ulama Nusantara Pelopor Sastra Drama Arab
Direktur Islam
Nusantara Center (INC) A Ginanjar Sya’ban, diantara ulama Nusantara yang
memiliki kontribusi besar dalam peradaban Islam namun kurang dikenal adalah Ali
Ahmad Ba-Katsir. Ia merupakan putra Nusantara asal Surabaya yang memiliki karir
yang gemilang di Kairo pada paruh pertama abad kedua puluh. Ia lahir pada 1910
dan wafat pada 1969.
“Beliau dicacat dalam
seluruh dunia kesusasteraan Arab modern sebagai Raid Al Misrihiyah Al Arabiyah
atau pelopor sastra drama Arab di Arab,” kata Ginanjar di Sekretariat INC di
Tangerang Selatan, Sabtu (18/11).
Bapak Ba-Katsir
adalah orang Yaman, sementara Ibunya adalah orang Jawa. Saat kecil, Ba-Katsir
pergi ke Mesir untuk belajar. Selama di Mesir, ia menggeluti dan menekuni dunia
sastra. Usai menamatkan studinya, Ba-Katsir tidak pulang ke Indonesia lagi. Ia
berkiprah di Mesir sampai dinaturalisasi oleh Pemerintah Mesir.
“Dikasih
kewarganegaraan Mesir oleh Raja Fuad dan dipatenkan sebagai sastrawan besar
Mesir,” terangnya.
“Semua sastra Arab
modern dengan turunannya itu muncul di Mesir. Walaupun yang menjadi pelopor
sastra modern bukan orang Mesir asli, tetapi orang Surabaya,” tambahnya.
Ba-Katsir banyak
menulis karya sastra seperti novel, puisi, dan drama. Dari Diantara karya Ali
Ahmad Ba-Katsir adalah Al Tsair Al Ahmar, Salamah Al Qis, Siratu Syuja’, Wa
Islamah, Al Faris Al Jamil, Lailah Al Nahr, dan Audah Al Musytaq.
“Beberapa karyanya
bahkan difilmkan. Salamah Al Qis dan Wa Islamah itu difilmkan,” tukasnya. []
(Muchlishon Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar