KHOTBAH JUM'AT
Khutbah Menyambut Gerhana Bulan
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا اْلإِخْوَان، أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ، قَالَ اللهُ تَعاَلَى فِي اْلقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ: وَمِنْ ءَايَٰتِهِ ٱلَّيْلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ، لَا تَسْجُدُوا۟ لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَٱسْجُدُوا۟ لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui
Lembaga Falakiyah telah mengeluarkan pengumuman prediksi bahwa pada Rabu, 31
Januari 2018, akan terjadi gerhana bulan total. Besar kemungkinannya gerhana
ini akan dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia. Hal yang menarik dari
peristiwa ini adalah bahwa pada saat gerhana terjadi posisi bulan berada pada
jarak terdekat dengan bumi, yakni sekitar 360.000 kilometer. Hal ini akan membuat
bulan tampak lebih besar dan lebih terang di langit malam. Para pakar astronomi
menyebutnya sebagai supermoon.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Di negeri Cina, dahulu orang percaya bahwa
gerhana terjadi karena seekor naga langit membanjiri sungai dengan darah lalu
menelannya. Itu sebabnya orang Cina menyebut gerhana sebagai “chih” yang
artinya “memakan”. Di Jepang, dahulu orang percaya bahwa gerhana terjadi karena
ada racun yang disebarkan ke bumi. Untuk menghindari air di bumi terkontaminasi
oleh racun tersebut, maka orang-orang menutupi sumur-sumur mereka.
Di Indonesia, khususnya Jawa, dahulu
orang-orang menganggap bahwa gerhana bulan terjadi karena Batara Kala alias
raksasa jahat, memakan bulan. Mereka kemudian beramai-ramai memukul kentongan
pada saat gerhana untuk menakut-nakuti dan mengusir Batara Kala. Bagi
orang-orang Quraisy di Arab, gerhana bulan dikaitkan dengan kejadian-kejadian
tertentu, seperti adanya kematian atau kelahiran seseorang. Kepercayaan ini
dipegang secara turun temurun sehingga menjadi keyakinan umum masyarakat di
zaman itu.
Di zaman Rasulullah SAW pun, ketika terjadi
gerhana matahari yang bersamaan dengan meninggalnya putra Rasul SAW yang
bernama Ibrahim, sebagian orang masih menganggap terjadinya gerhana itu karena
kematian putra beliau.
Semua kepercayaan itu tak lain adalah mitos
atau takhayul yang karena pengetahuan masyarakat tentang alam, khusunya bumi,
matahari dan rembulan belum cukup memadai. Sebagian dari mereka bahkan masih
memgang kepercayaan yang disebut animisme dan dinamisme. Lalu bagaimanakah
Islam memandang fenomena gerhana ini?
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Kepercayaan-kepercayaan seperti itu
diluruskan oleh Rasulullah SAW. Dalam Islam, gerhana bulan atau matahari adalah
bentuk keagungan Allah sebagai Maha Pencipta sebagaimana sabda Rasullah SAW
dalam sebuah hadits diriwayatkan Bukhari:
اِنَّ الشَّمْسَ وَاْلقَمَرَ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَصَلُّوا
Artinya: “Sesungguhnya matahari dan bulan
adalah dua tanda di antara tanda-tanda Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena
kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana
tersebut, maka lakukanlah shalat gerhana.” (Shahih Bukhari, 1042).
Dalam hadits tersebut ditegaskan bahwa tidak
ada kaitan antara gerhana dengan meninggal atau lahirnya seseorang, baik
seseorang itu dari kalangan orang-orang biasa maupun orang-orang terhormat.
Tetapi sesungguhnya gerhana adalah tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah
sebagai pencipta langit dan bumi serta seluruh alam berserta seluruh isinya.
Gerhana tidak hanya merupakan tanda-tanda keberadaan Allah, tetapi juga
sekaligus tanda-tanda kekuasaan-Nya. Adanya keteraturan alam raya ini berarti
adanya yang mengatur keteraturan itu. Yang Maha Mengatur itulah Tuhan, Allah
SWT.
Sungguhpun demikian, meski alam ini memiliki
keteraturan, seperti setiap bulan purnama rembulan dapat dilihat secara utuh
dengan sinarnya yang indah dan terang benderang dari saat tenggelamnya matahari
hingga terbit kembali, selama malam itu di alam terbuka tidak terjadi kegelapan
yang berarti meskipun tidak diterangi dengan alat-alat penerang. Di malam itu
cahaya bulan purnama cukup terang. Tetapi pada saat-saat tertentu di malam bulan
purnama bulan tidak tampak sama sekali selama beberapa waktu karena cahaya
matahari terhalang bumi hingga mengakibatkan kegelapan di bulan. Inilah yang
disebut gerhana bulan.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Gerhana merupakan kejadian luar biasa yang menyimpang
dari keteraturan-keteraturan yang diatur sendiri oleh Allah. Allah yang
mengatur, Allah pula yang mengatur kejadian luar biasa yang menyimpang dari
keteraturan-keteraturan yang ditetapkan-Nya. Ini artinya Allah Maha Berkuasa
atas apa pun yang terjadi di alam raya ini. Allah adalah Raja Diraja yang tak
satu pun makhluknya mampu melawan kehendak-Nya.
Peristiwa gerhana hendaklah menjadi
pengetahuan sekaligus keyakinan bahwa bulan purnama dapat memancarkan cahaya
indah dan terang namun lembut, itu terjadi karena Allah menghendaki demikian.
Namun, jika Allah menghendaki lain, maka kejadiannya juga akan lain. Memang
segala sesuatu terjadi atas izin Allah. Jika Allah tidak mengijinkan maka
sesuatu tidak akan terjadi. Hanya Allah yang bisa memberikan manfaat dan
madharat.
Hal seperti itu tidak hanya terjadi pada
bulan maupun matahari, tetapi juga dapat terjadi pada banyak hal lainnya.
Sebagai contoh misalnya air. Dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan
air untuk hidup. Dengan kata lain, air adalah sesuatu yang bermanfaat bagi
manusia. Kemanfaatan ini terjadi karena Allah mengijinkannya. Ketika Allah
tidak mengijinkan, maka air akan menjadi madharat yang justru dapat mengancam
bahkan merenggut jiwa manusia, yakni seperti pada saat banjir besar sebagaimana
Tsunami di Aceh pada tahun 2004 yang menewaskan ratusan ribu manusia.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Sebagaimana disebutkan dalam hadits
Rasulullah SAW di atas, bahwa ketika terjadi gerhana, kita dianjurkan melakukan
shalat gerhana, maka tokoh-tokoh masyarakat, seperti kiai, ustadz dan para
pengurus masjid hendaklah selalu mengikuti informasi mengenai gerhana, baik
gerhana bulan maupun matahari. Ketika terjadi gerhana yang sebelumnya dapat
diprediksi kapan akan terjadi, maka para tokoh bersama pengurus masjid perlu
mengajak masyarakat untuk melakukan shalat gerhana. Kegiatan shalat ini akan
mengalihkan masyarakat dari melakukan sesuatu yang besifat takhayul untuk
kemudian melakukan ibadah sebagaimana Rasulullah SAW memberikan tuntunan dan
keteladanan.
Oleh karena itu, jangan sampai selama hidup
kita, sebagai orang Islam kita tidak pernah melakukan shalat gerhana. Jangan
sampai ada masjid tidak pernah menyelenggarakan jamaah shalat gerhana.
Menyelenggarakan shalat gerhana tidak sulit. Memang ada perbedaan sedikit
terutama mengenai jumlah rukuk dan berdiri serta bacaan surah Al-Faihah beserta
surah lainnya, yakni masing-masing dua kali dalam setiap rakaatnya. Laki-laki
dan perempuan dianjurkan untuk berjamaah melaksanakan shalat gerhana meski
shalat sendirian juga dimungkinkan.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits lain
yang diriwayatkan Bukhari:
اِنَّ الشَّمْسَ وَاْلقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لَا يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذٰلِكَ ؛ فَا ذْكُرُوْا اللهَ ، وَ كَبِّرُوْا، وَصَلُّوْا ، وَ تَصَدَّقُوْا.
Artinya: “Sesungguhnya matahari dan bulan
tidak mengalami gerhana karena terkait kematian seseorang atau lahirnya
seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka berdzikirlah,
bertakbirlah, lakukanlah shalat dan bersedekahlah.” (Shahih Bukhari, 1044).
Jadi selain shalat gerhana, kita juga
dianjurkan untuk banyak berdzikir, membaca takbir dan membagikan sedekah.
Dzikir dan takbir bisa dilakukan secara khusus, atau setidaknya sudah bisa
termasuk di dalam shalat karena shalat juga merupakan dzikir yang di dalamnya
banyak diucapkan asma Allah dan takbir. Setelah shalat dan khutbah kita
laksanakan, kita bisa saling bersedekah di antara para jamaah, misalnya dengan
saling berbagi makanan yang kita bawa dari rumah masing-masing.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Diharapkan agar para tokoh beserta pengurus
masjid dapat senantiasa mengajak warga masyarakat untuk melakukan shalat
gerhana, baik gerhana bulan maupun matahari. Demikian juga para warga hendaknya
merasa tertarik dan senang untuk melakukan ibadah yang tidak banyak kita
temukan kesempatannya. Untuk itu, diperlukan kepedulian terhadap apa yang
terjadi pada kedua benda angkasa tersebut. Ini berarti pula bahwa kita sebagai
orang Islam harus memperhatikan kejadian-kejadian alam sebagai salah satu
sarana untuk meningkatkan iman dan kedekatan kita kepada Allah SWT.
جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam
Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar