Syeikh Nawawi Diarak Keliling Ka`Bah
Kemasyhuran dan nama besar Syeikh Nawawi
al-Bantani kiranya sudah tidak perlu diragukan lagi. Melalui karya-karyanya,
ulama kelahiran Kampung Tanara, Serang, Banten pada tahun 1815 M ini telah
membuktikan kepada dunia Islam akan ketangguhan ilmu ulama-ulama Indonesia.
Tidak kurang dari 100 judul kitab berhasil
digubah oleh Ulama Nusantara yang satu ini kesemuanya ditulisnya dalam bahasa
Arab. Selain itu, Kiai Nawawi juga dikenal sebagai seorang yang sangat dicintai
baik oleh para murid maupun sesama ulama di kota Mekkah. Kiai Hasyim Asy`ari
yang juga merupakan salah seorang ulama yang sempat berguru kepada Syeikh
Nawawi, seringkali meneteskan air mata jika mengenang keluhuran pribadi dan
kedalaman ilmu gurunya itu.
Sementara para ulama di lingkungan Masjidil
Haram sangat hormat kepada kealimannya. Bahkan ketika Syeikh Nawawi berhasil
menyelesaikan karyanya Tafsir Marah Labid, para ulama Mekkah serta merta
memberikan penghormatan tertinggi kepadanya.
Ketika kitab tafsir karya Kiai Nawawi
diterbitkan, para ulama yang mengajar di Masjidil Haram berkumpul. Mereka
sepakat bahwa menafsirkan 30 Juz Al-Qur'an bukan sekedar buah dari kemampuan
seseorang, akan tetapi juga karunia yang diberikan oleh Allah. Oleh sebab itu
pada hari yang telah ditentukan para ulama Mekah dari berbagai penjuru dunia
mengarak Syeikh Nawawi mengelilingi Ka`bah sebanyak tujuh kali sebagai bukti
penghormatan mereka atas karya monumentalnya itu.
Keberhasilan Sang Kiai menyelesaikan Tafsir Marah Labid ternyata bukan saja memberikan nuansa baru di kota Mekkah namun juga diyakini turut memantik perubahan kurikulum pesantren-pesantren Indonesia pada tahun 1888. Perubahan yang dimaksud adalah maraknya pengajian yang membacakan kitab-kitab tafsir, sebuah fenomena yang disinyalir tidak pernah dilakukan sebelumnya.
Selain di Indonesia, pengaruh Syeikh Nawawi
juga mewarnai beberapa negara di sejumlah kawasan. Kitab-kitab beliau diajarkan
di pondok-pondok pesantren terkemuka yang ada di Malaysia, Filipina dan
Thailand. Bahkan di sejumlah negara Timur Tengah, kitab-kitabnya selalu
dijadikan sebagai rujukan. []
(Rifki)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar