Gotong Royong untuk 86,4 Juta
Orang Miskin
Senin, 21 Oktober 2013
Pagi ini di Sukabumi seluruh
direktur utama BUMN berkumpul. Di Sukabumi mereka membubuhkan tanda tangan
pertanda ikut gotong royong. Mengikutkan seluruh karyawan dan keluarga mereka
ke program BPJS Kesehatan.
Bapak
Presiden SBY hadir di acara ini. Beliau tidak hanya menyaksikan. Beliau ingin
program bersejarah yang terjadi di era kepemimpinan beliau ini sukses.
BPJS
memang akan mengubah sistem jaminan kesehatan nasional. Tahun pertama baru
menyangkut 86,4 juta orang. Tapi, inilah dasar yang kukuh untuk sistem
kesehatan negara modern nanti.
Karyawan
BUMN dan keluarganya tidak termasuk yang 86,4 juta itu. Keikutsertaan BUMN bisa
menambah kualitas layanan untuk yang 86,4 juta orang itu.
Siapakah
86,4 juta orang itu? Mereka adalah rakyat miskin dan hampir miskin. Mulai 1
Januari 2014, kesehatan mereka ditanggung pemerintah. Melalui layanan Askes
yang berganti nama BPJS Kesehatan.
Baru kali
ini terjadi dalam sejarah Republik Indonesia pengobatan untuk seluruh orang
miskin dan hampir miskin ditanggung oleh pemerintah.
Tentu
layanan yang bisa diberikan kepada 86,4 juta orang miskin itu belum akan
memuaskan. Tiap orang baru mendapatkan jatah Rp 19.000 per bulan. Rata-rata.
Artinya, kalau banyak yang tidak sakit, jatah untuk yang sakit bisa lebih besar
daripada itu.
Meski
belum memuaskan, tapi sejarah sudah dimulai. Meningkatkannya akan jauh lebih
mudah daripada memulainya. Ini bukan hanya soal uang. Tapi juga komitmen. Di
dalamnya menyangkut pembangunan sistem. Termasuk membangun kapasitas
pengelolaannya.
Sesuai dengan
UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, BPJS
Kesehatan tidak di bawah BUMN. Mulai 1 Januari nanti, PT Askes (Persero)
menjelma jadi BPJS Kesehatan dan bukan lagi BUMN.
Kita akan
punya pengalaman baru. Sebuah lembaga layanan masyarakat tidak berbentuk
perusahaan. BPJS tidak boleh mencari laba. Dana operasional BPJS Kesehatan
dijatah dari persentase dana kesehatan yang diperoleh dari APBN. Juga tidak
boleh punya anak perusahaan. Karena itu, anak perusahaan PT Askes, PT Asuransi
Jiwa Inhealth Indonesia, akan diakuisisi BUMN lain sebelum akhir tahun ini.
Banyak
yang mengkhawatirkan sistem pengelolaan yang seperti itu tidak akan merangsang
manajemen BPJS untuk maju. Tidak ada sistem insentif yang memadai. Tapi biarlah
semua berjalan dulu. Kalau BUMN mempersoalkan itu, nanti terkesan tidak rela
melepaskannya.
Mengapa
keikutsertaan BUMN disebut gotong royong? Sebab, keikutsertaan BUMN akan
memperkuat BPJS. Si kuat membantu yang lemah. Si muda membantu yang tua. Si
sehat membantu yang sakit.
Dirut PT
Askes Dr dr Fachmi Idris berhasil meyakinkan itu. BUMN akan membayar ke BPJS Rp
50.000 per bulan per orang. Karyawannya muda-muda sehingga diasumsikan masih
jarang sakit. Pendidikannya juga lebih tinggi. Kesadaran hidup sehatnya lebih
tinggi.
Dirut
Askes harus mencari sebanyak-banyaknya peserta yang seperti BUMN itu. Agar
semakin banyak yang ikut gotong royong. Dengan demikian, rakyat miskin yang
jatahnya Rp 19.000 itu bisa mendapatkan layanan lebih daripada itu.
Yang juga
sangat penting adalah disiplin pada sistem rujukan. Jangan semua orang sakit
langsung masuk RS. Rumah sakit haruslah hanya tempat rujukan dari puskesmas.
Dengan
BPJS Kesehatan ini, pengentasan kemiskinan bisa lebih berhasil. Selama ini
banyak orang yang berhasil diangkat dari kemiskinan. Namun, mereka langsung
kembali miskin manakala salah seorang anggota keluarganya sakit.
Selamat
berpisah PT Askes (Persero). Selamat datang BPJS Kesehatan. Sebanyak 86,4 juta
rakyat miskin menanti pelayananmu! (*)
Dahlan Iskan,
Menteri BUMN
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar