Jalan untuk Penghafal
Al-Qur’an
Judul
: Jalan Penghafal Al-Qur’an
Penulis
: Ulin Nuha Mahfudhon
ISBN
: 717101894
Tebal
: 197 halaman
Terbit
: November 2017
Peresensi
: A Muchlishon Rochmat
Tidak ada kitab suci
suatu agama yang dihafal jutaan orang kecuali Al-Qur’an. Sejak diturunkan -15
abad lalu- hingga hari ini, penghafal Al-Qur’an tidak surut namun malah terus
bertambah. Sehingga andaipun Al-Qur’an yang ada di dunia ini hilang atau
dihilangkan, maka otentisitas Al-Qur’an akan terjamin karena itu sudah tertanam
di dalam memori setiap penghafal Al-Qur’an.
Ada yang mengatakan
kalau menghafal Al-Qur’an itu gampang-gampang susah. Gampang kalau hanya
menghafalnya saja, susahnya adalah menjaganya. Sebetulnya, menghafal Al-Qur’an
juga tidak gampang-gampang amat –apalagi mereka yang tidak memiliki kekuatan
menyimpang ingatan yang kuat, setidaknya butuh waktu bertahun-tahun untuk
menghatamkan 30 juz Al-Qur’an. Pasti ada banyak rintangan selama menghafalkan
kitab suci tersebut, mulai dari malas, tidak konsisten, hingga ragu dengan
niatnya menghafal Al-Qur’an di ‘tengah jalan.’
Ditambah, sulitnya
menjaga Al-Qur’an. Butuh konsistensi dan komitmen yang kuat untuk menjaga
Al-Qur’an. Tidak semua orang bisa melakukannya. Hanya orang-orang yang
diberikan anugerah saja yang mampu menjaga Al-Qur’an hingga akhir hayatnya dan
mengamalkannya. Orang yang tidak memiliki komitmen kuat pasti akan ciut duluan.
Mereka yang hanya sebatas ikut-ikutan atau mengikuti tren menghafal Al-Qur’an
tentu akan terpental dengan sendirinya.
Banyak yang hafal
Al-Qur’an, namun apakah semuanya memahami isi, mempraktikkan, dan
mengamalkannya? Mereka yang hanya ‘mempraktikkan’ Al-Qur’an di bibir saja juga
tidak sedikit. Sementara tindak-tanduknya masih jauh dari Al-Qur’an, bahkan
bertentangan dengan Al-Qur’an. Ini yang seharusnya menjadi ironi.
Di dalam bukunya ini,
Ulin Nuha Mahfudhon berupaya untuk memaparkan liku-liku perjuangan menghafal
Al-Qur’an. Pun dijelaskan pula upaya, langkah, atau tips menjaga Al-Qur’an agar
terus ada di hati. Pemaparan yang ada tidak hanya didasarkan kepada pengalaman
penulis semata, tapi ia juga mengutip dari beberapa referensi yang terkait
dengannya sebagai penguat daripada apa yang ia alami.
Buku setebal 197
halaman ini berisikan lima bab. Bab pertama membahas tentang proses penjagaan
Al-Qur’an hingga hari kiamat. Pada bagian ini, penulis banyak mengutip
sumber-sumber yang ada, baik dari Al-Qur’an itu sendiri atau pun hadist. Bab
kedua mendiskusikan tentang menghafal Al-Qur’an sejak usia dini. Pada bagian
ini, penulis banyak menceritakan pengalaman menghafal Al-Qur’an sewaktu ia
masih kecil. Di bagian ini, ia juga mengulas bagaimana pentingnya peran keluarga
dan lingkungan bagi seorang anak dalam menghafal Al-Qur’an.
“Selain melarang
tidur setelah salat Subuh Ayah juga mewajibkan kami ber-talaqqi (mengaji)
Al-Qur’an kepada beliau setelah salat Subuh.” (hal. 32)
Bab ketiga mengkaji
tentang cara dan strategi menghafal Al-Qur-an. Di dalam menghafal Al-Qur’an,
penulis mengingatkan bahwa yang utama dan pertama adalah niat. Mereka yang
hendak menghafalkan Al-Qur’an harus memiliki niat yang lurus dan tulus karena
Allah. Bukan untuk pamer, apalagi untuk menghasilkan uang. Di samping itu,
penulis juga menekankan pentingnya belajar agama, terutama menghafal Al-Qur’an,
kepada seorang guru sehingga sanad keilmuannya tersambung kepada Nabi Muhammad.
Jangan sampai menghafal Al-Qur’an tanpa bimbingan seorang guru.
Bab keempat mengupas
tentang suka duka dalam proses menghafal Al-Qur’an. Menghafal Al-Qur’an tidak
semudah yang dibayangkan. Ada masanya -di tengah-tengah proses menghafal
Al-Qur’an- dimana orang merasa bosan, tidak sabar ingin cepat selesai, putus
asa, konsistensinya menurun, dan lainnya. Suka duka tersebut dijelaskan secara
cukup komprehensif dalam bagian ini.
Bab terakhir menelaah
tentang keutamaan bagi penghafal Al-Qur’an. Pada bagian ini, penulis
mengingatkan agar mengamalkan apa yang ada dalam Al-Qur’an, setelah dibaca dan
dipahami isinya. Membaca Al-Qur’an seharusnya bukan dimaksudkan untuk mencari
pembenaran atas tingkah laku kita, namun membaca Al-Qur’an semestinya untuk
memperbaiki perbuatan kita.
Buku ini bisa menjadi
semacam 'jalan' bagi orang-orang yang hendak menghafal Al-Qur'an. Mereka tidak
akan bimbang lagi mau memulai darimana atau bingung ketika
'persoalan-persoalan' dalam proses menghafal Al-Qur'an menderanya, karena
jawabannya tersaji dalam buku ini. Selamat membaca. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar