Ketika Rasulullah Maafkan Orang Badui yang
Menamparnya
Dikisahkan dalam kitab Nawadhir, Hikayat 45
Mu’jizat Rasul halaman 46 karya Ahmad Syihabuddin Bin Salamah Al-Qulyuby,
begini ceritanya:
Suatu hari Rasulullah SAW datang ke rumah
putrinya Fatimah radhiallahu ‘anha, Rasul datang dalam keadaan lapar dan
meletakkan batu di dalam perutnya. Sayangnya putri kesayangnnya itu mengeluhkan
hal yang sama dan tidak memiliki makanan sedikitpun di rumahnya, Fatimah belum
makan selama tiga hari. Nabi pun keluar dari rumah kecil itu dengan rasa iba
saat melihat cucunya Hasan dan Husain menahan lapar.
Nabi berjalan hingga berada di sebuah sumur
pinggir kota Madinah. Dipandanginya sumur tersebut hingga datanglah seorang
dari suku badui ingin mengambil air. Rupanya, sosok dari pedalaman Arab
tersebut tidak tahu bahwa yang berdiri di dekat sumur tersebut adalah
Rasulullah.
فقال
له : يا اعرابي هل لك في اجير تستاجره؟ قال: نعم
قال:
تستاجره بماذا؟ قال: يستسقي من هذا البءر , فدفع الاعرابي له الدلوا فدفع له
ثلاث تمرات
Nabi berkata: “Apakah engkau butuh jasa
sewa?”
“Iya,” ucap orang Badui, disusul dengan
pertanyaan, “Engkau akan menyewakan apa?”
“Jasa untuk mengambil air di sumur ini,” ucap
Nabi. Pemuda tersebut memberi nabi timba untuk mengambil air dengan imbalan
tiga biji kurma.
Tak dinyana, Pada saat mengambil air
kesekian, tali penyambung timba terputus. Nabi berdiri senyampang melihat timba
yang jatuh ke dalam sumur. Badui itu marah besar, melihat pekerjaan Nabi yang
belum selesai dan harus terhenti karena timba tak bisa lagi dibuat untuk
mengambil air.
Kemarahan Badui berujung pada penamparan,
sembari memberikan dua puluh empat kurma pada Nabi, musafir tersebut mengambil
timba dalam sumur dan melemparnya pada Nabi.
Tak sedikitpun Nabi beranjak dari tempat
berdiri atau marah pada penyewa jasanya tersebut. Nabi hanya tersenyum dan
mengambil upah kurma yang diberikan oleh Badui.
Melihat sikap dan kesabaran Nabi itulah Badui
tersebut mulai berpikir, sambil terus melanjutkan perjalannya. Dia terheran
sosok yang menawarkan jasa tersebut hanya diam saat ditampar. Barulah Badui
merasa ketakutan, dan mulai berpikir seorang yang baru ia tampar adalah
Muhammad.
Badui didera rasa bersalah, dan ketakutan
hingga ia memotong tangan yang telah ia gunakan untuk menampar Nabi. Di
berjalan hingga sampai Masjid, banyak yang bertanya perihal tangannya yang
putus.
فقالوا
ما اصا بك ؟ فقال: لطمت وجه انسان, ثم ظننت انه محمد واخفت ان تصيبني العقوبة
فقطعت يدي التي لطمته بها.
Aku telah menampar wajah seseorang, dan aku
berpikir itu adalah Muhammad, aku takut akan tertimpa musibah, maka aku
memotong tangan yang telah kugunakan untuk menamparnya.
Pemuda dari pedalaman Arab itu terus berjalan
sembari membawa potongan tangan kanannya, dan berseru “Wahai sahabat Muhammad,
dimanakah Muhammad saat ini?” teriaknya di pelataran Masjid.
Salman datang dan mengajaknya ke rumah
Fatimah di sana, Nabi duduk seraya memangku kedua cucunya Hasan dan Husain.
Ketika melihat Nabi, wajahnya penuh rasa takut dan penyesalan.
فلما
راه قال: يا محمد اعذرني فاني لم اعرفك,
.
Wahai Muhammad maafkan aku, aku tak tau jika
yang kutemui dekat sumur adalah dirimu.
Nabi tersenyum, bahkan berujar jika pemuda
badui adalah penyelamat bagi cucu dan anaknya Fatimah.
Mengetahui Nabi tak sedikitpun menyimpan rasa
marah, pemuda badui mengajukan permintaan pada Nabi untuk mengembalikan
tangannya seperti semula. Nabi memegang tangannya dan mengusap beberapa kali.
Dengan izin dari Allah tangan kanan pemuda Badui tersebut kembali seperti
semula. []
(Diana Manzila)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar