Motif
Puasa Umat Yahudi, Kristen, dan Islam
Puasa (Indonesia),
upawasa (Sansekerta), shaum atau shiyam (Arab), fasting (Inggris),
dan onthauding (Belanda) memiliki makna –dalam arti luas- menahan atau
mencegah diri dari sesuatu seperti makan, minum, berhubungan badan, bekerja,
berburu, keluar rumah, berbicara, dan lainnya yang dilakukan dalam waktu
tertentu dan dengan tujuan tertentu pula.
Puasa bukan hanya
semata-mata menjadi ibadahnya umat Islam. Semua agama memiliki ibadah sejenis
puasa, terutama agama samawi seperti Yahudi dan Kristen. Mungkin yang berbeda
hanya lah tata cara dan waktunya, akan tetapi esensi puasanya sama, yakni
menahan dari sesuatu.
Islam menjadi agama
samawi terakhir yang umatnya diwajibkan berpuasa, terutama setelah
diturunkannya Surat Al-Baqarah ayat 183. Puasa Ramadhan menjadi ibadah tahunan
(annual worship) bagi umat Islam. Selain itu, umat Islam juga mengenal puasa
sunah (puasa Senin dan Kamis), puasa makruh (puasa Jumat), dan puasa haram
(puasa pada hari Idul Fitri, Adha, dan Tasyrik).
Di sisi lain, umat
agama Yahudi, Kristen, dan agama lainnya juga ‘tidak mau kalah.’ Sebagian dari
mereka juga masih tetap berpuasa hingga hari ini. Bahkan, puasa mereka ada yang
lebih berat daripada umat Islam. Jika umat Islam hanya berpuasa selama rata-rata
13-14 jam, maka ada umat agama lain (Yahudi) yang puasanya sampai sehari penuh
(24 jam).
Lalu yang menjadi
pertanyaan adalah apa motif atau alasan yang menjadikan non-Muslim –terutama
umat Yahudi dan Kristen- berpuasa?
Yahudi
Sampai sekarang umat
Yahudi masih melaksanakan puasa pada hari-hari tertentu, seperti tanggal 10
Tishri (Muharram), hari Sabat, upacara pernikahan (nuptial), Yom Kippur, dan
lainnya. Seperti yang disebutkan di atas. Puasanya umat Yahudi lebih ekstrem
daripada umat Islam. Mereka bisa berpuasa –tidak makan, tidak minum, dan tidak
tidur- selama satu hari penuh (24 jam).
Seperti disebutkan
dalam buku Puasa pada Umat-umat Dulu dan Sekarang, ada banyak alasan dan motif
yang menyebabkan umat Yahudi sampai melaksanakan puasa yang seperti itu.
Diantaranya adalah merenungkan hal-hal suci yang ukhrawi, sedih atas dosa, rasa
harap akan Allah disebabkan penderitaan dan dukacita.
Selain itu, alasan
mereka berpuasa adalah meredakan kemarahan Tuhan, mengharap datangnya ilham,
menghadapi bahaya yang mengancam seperti wabah penyakit.
Umat Yahudi menandai
dan memperingati peristiwa bersejarah masa lalu dengan berpuasa. Setidaknya ada
empat puasa penting, yaitu pada saat Yerusalem dikepung (10 Tebeth), saat
tembok Yerusalem didirikan (17 Tammuz), ketika kuil Yahudi runtuh (9 Ab), dan
ketika Gubernur Yudea Gedalilah dinobatkan (3 Tishri).
Kristen
Di dalam Injil
Barnaba, puasa merupakan ibadah yang wajib bagi umat Kristen. Namun sayang,
pada 496 M Paus Galasius mengeluarkan sebuah dekrit yang isinya salah satunya
adalah melarang umat Kristen membaca Injil Barnaba. Akibatnya, ajaran puasa
dalam Kristen menjadi dihapus karena dianggap memberatkan pengikutnya.
Puasa tidak lagi
menjadi sebuah kewajiban, melainkan hanya anjuran. Namun demikian, umat Kristen
terdahulu melaksanakan puasa pada waktu Lent selama 36 hari untuk meminta
ampunan dan mengenang penderitaan Yesus. Di samping itu, puasa umat Kristen
yang terkenal adalah puasa menjelang Paskah.
Umat Kristen memaknai
puasa sebagai sebuah ungkapan duka cita, kesedihan, dosa atau cara untuk
merenungkan hal-hal suci. Hingga akhirnya puasa hanya dianggap sebagai sebuah
anjuran saja. Para pemuka Kristen juga tidak mewajibkan pengikutnya untuk
menjalankannya.
Setidaknya, ada
beberapa alasan atau motif umat Kristen berpuasa. Pertama, memperoleh
pengawasan bagi jasmani dan kesadaran yang tinggi. Kedua, mengingat Tuhan dan
beribadah kepada-Nya. Ketiga, memperoleh kepuasan jiwa atas nikmat yang
diperoleh. Bagi para biarawan, puasa merupakan sarana untuk mengontrol nafsu
agar tidak terjerumus ke dalam hubungan seksual atau perzinaan.
Islam
Makna puasa bagi umat
Islam adalah menahan diri dari makan, minum, berhubungan seksual, dan hal-hal
yang membatalkan lainnya dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa
Ramadhan merupakan puasa tahunan yang wajib dilaksanakan seluruh umat Islam.
Ada banyak motif atau
alasan yang mendasari umat Islam teguh menjalankan ibadah puasa. Pertama,
memperoleh ketakwaan. Sebagaimana yang disebutkan dalam QS. Al-Baqarah ayat
183, tujuan berpuasa adalah agar bertakwa. Bagi umat Islam, puasa menjadi
sarana untuk melatih kedisiplinan jiwa dan moral, serta mendidik agar seseorang
menjadi orang yang bertakwa –menjalankan segala perintah dan menjauhi
larangan-Nya.
Kedua, pelindung dari
neraka. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa puasa merupakan tameng yang
memagari seseorang agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang menjadikannya
terperosok ke dalam neraka.
Ketiga, mendapatkan
ampunan Tuhan. Umat Islam menjalankan puasa agar dosa-dosanya –baik yang telah
lalu atau yang akan datang- diampuni Allah sebagaimana disebutkan hadist Nabi
Muhammad.
Keempat, puasa agar
sehat. Berpuasa bisa menjadikan seseorang sehat jasmani di samping sehat
rohani. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad: berpuasalah kamu agar kamu
sehat.
Kelima, memperkuat
tiang agama. Islam memiliki lima tiang agama yaitu syahadat, salat, zakat,
puasa, dan haji. Maka jika seorang Muslim melaksanakan puasa, maka dia telah
memperkuat pilar agamanya. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar