Beberapa Peristiwa Penting Para Nabi pada 10
Muharram
Masa kebangkitan, keemasan, dan kehancuran
suatu umat terjadi silih berganti, dari satu generasi ke generasi yang lain,
dari suatu abad ke abad yang lainnya. Peristiwa-peristiwa itu terus bergulir
dengan pasti, sesuai dengan sunnatullah. Semua peristiwa tersebut
merupakan pelajaran yang amat berharga bagi kita dan bagi generasi yang akan
datang, untuk memilih mana yang baik yang harus diikuti dan mana yang buruk
yang harus dihindari.
Hari sepuluh Muharram atau hari Asyura
merupakan hari bersejarah. Menurut beberapa riwayat disebutkan, banyak
peristiwa penting terjadi di hari itu pada masa yang lalu, di antaranya
disebutkan sebagai berikut: (1) Nabi Adam 'alaihissalam bertobat kepada
Allah dari dosa-dosanya dan tobat tersebut diterima oleh-Nya. (2) Berlabuhnya
kapal Nabi Nuh di bukit Zuhdi dengan selamat, setelah dunia dilanda banjir yang
menghanyutkan dan membinasakan. (3) Selamatnya Nabi Ibrahim 'alaihissalam dari
siksa Namrud, berupa api yang membakar. (4) Nabi Yusuf 'alaihissalam dibebaskan
dari penjara Mesir karena terkena fitnah. (5) Nabi Yunus 'alaihissalam selamat,
keluar dari perut ikan hiu. (6) Nabi Ayyub 'alaihissalam disembuhkan
Allah dari penyakitnya yang menjijikkan. (7) Nabi Musa 'alaihissalam dan
umatnya kaum Bani Israil selamat dari pengejaran Fir’aun di Laut Merah. Beliau
dan umatnya yang berjumlah sekitar lima ratus ribu orang selamat memasuki gurun
Sinai untuk kembali ke tanah leluhur mereka. Banyak lagi peristiwa lain yang terjadi
pada hari sepuluh Muharram itu, yang menunjukkan sebagai hari yang bersejarah,
yang penuh kenangan dan pelajaran yang berharga.
Sayyidah Aisyah, istri Nabi shallallahu
'alaihi wassalam menyatakan bahwa hari Asyura adalah hari orang-orang
Quraisy berpuasa di masa Jahiliyah, Rasulullah juga ikut mengerjakannya.
Setelah Nabi berhijrah ke Madinah beliau terus mengerjakan puasa itu dan
memerintahkan para sahabat agar berpuasa juga. Setelah diwajibkan puasa dalam
bulan Ramadhan, Nabi s.a.w. menetapkan:
مَنْ
شَاءَ أَنْ يَصُومَهُ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ أَنْ يَتْرُكَهُ فَلْيَتْرُكْهُ
“Barangsiapa yang menghendaki berpuasa Asyura
puasalah dan siapa yang tidak suka boleh meninggalkannya." (HR. Bukhari,
No: 1489; Muslim, No: 1987)
Ibnu Abbas seorang sahabat, saudara sepupu
Nabi yang dikenal sangat ahli dalam tafsir al-Qur’an meriwayatkan bahwa saat
Nabi berhijrah ke Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi di sana
mengerjakan puasa Asyura. Nabi pum bertanya tentang alasan mereka berpuasa.
Mereka menjawab:
هُوَ
يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَ مُوسَى
شُكْرًا لِلَّهِ فَقَالَ أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ
بِصِيَامِهِ
“Allah telah melepaskan Musa dan Umatnya pada
hari itu dari (musuhnya) Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Musa berpuasa pada
hari itu, dalam rangka bersyukur kepada Allah”. Nabi bersabda : “Aku lebih
berhak terhadap Musa dari mereka." Maka Nabi pun berpuasa pada hari itu
dan menyuruh para sahabatnya agar berpuasa juga." (HR. Bukhari; No: 1865
& Muslim, No: 1910)
Abu Musa al-Asy’ari mengatakan:
كَانَ
يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَتَتَّخِذُهُ عِيدًا فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوهُ أَنْتُمْ
“Hari Asyura adalah hari yang diagungkan oleh
orang-orang Yahudi dan dijadikan oleh mereka sebagai hari raya, maka Rasulullah
shallallahu 'alaihi wassalam bersabda: “Berpuasalah kamu sekalian pada
hari itu." (H.R. Bukhari, No: 1866; Muslim, No: 1912)
Dari uraian di atas nyatalah bagi kita, bahwa
hari Asyura merupakan hari bersejarah yang diagungkan dari masa ke masa. Kita
hendaknya menyambut hari itu dengan banyak mengambil pelajaran yang bermanfaat
dari sejarah masa lalu. Kita menyambutnya sesuai dengan tuntunan Rasulullah,
agar senantiasa berada dalam bimbingannya, yaitu dengan jalan:
Pertama, mengerjakan puasa
sunnah pada hari Asyura atau tanggal 10 Muharram. Keutamaan puasa pada hari ini
diantaranya disebutkan dalam hadits Nabi:
سُئِلَ
عَنْ صِياَمِ يَوْمِ عَاشُوْرآءَ؟ قَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ditanya
tentang puasa hari Asyura, beliau menjawab: “Puasa pada hari Asyura
menghapuskan dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim, No: 1977)
Dalam hadits yang lain, Rasulullah
menjelaskan:
أَفْضَلُ
الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ الصَّلَاةُ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ
وَأَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ صِيَامُ شَهْرِ اللَّهِ
الْمُحَرَّمِ
“Sesungguhnya shalat yang terbaik setelah
shalat fardhu adalah shalat tengah malam dan sebaik-baiknya puasa setelah puasa
Ramadhan adalah puasa di bulan Allah yang kamu menyebutnya bulan
Muharram." (HR. Nasa’i, No: 1614)
Kedua, mengerjakan puasa
Tasu’a atau puasa sunnah hari kesembilan di bulan Muharram. Mengenai puasa ini
Ibnu Abbas meriwayatkan:
حِينَ
صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ
وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ
الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا
الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (رواه مسلم وأبو داود)
“Pada waktu Rasulullah dan para sahabatnya
mengerjakan puasa Asyura, para sahabat menginformasikan kepada Nabi shallallahu
'alaihi wassalam bahwa hari Asyura diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan
Nasrani. Maka Nabi bersabda : “Tahun depan Insya Allah kami akan berpuasa juga
pada hari kesembilan”. kata Ibnu Abbas, akan tetapi sebelum mencapai tahun
depan Rasulullah s.a.w. wafat”. (H.R. Muslim, No: 1916, Abu Daud, No: 2089).
Dengan demikian, kita melakukan puasa Asyura
dengan menambah satu hari sebelumnya yaitu hari Tasu’a, atau tanggal 9 di bulan
Muharram. Kita disunnahkan berpuasa selama 2 hari, yaitu tanggal 9 dan 10
Muharram.
Ketiga, memperbanyak
sedekah. Dalam menyambut bulan Muharram diperintahkan agar memperbanyak
pengeluran dari belanja kita sehari-hari untuk bersedekah, membantu anak-anak
yatim, membantu keluarga, kaum kerabat, orang-orang miskin dan mereka yang
membutuhkan. Semua itu hendaknya dilakukan dengan tidak memberatkan diri
sendiri dan disertai keikhlasan semata-mata mengharap keridhaan Allah.
Mengenai hal ini Rasulullah bersabda:
مَنْ
وَسَّعَ عَلى عِيَالِهِ وَ أَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ
سَائِرَ سَنَتِهِ
“Siapa yang meluaskan pemberian untuk keluarganya
atau ahlinya, Allah akan meluaskan rizki bagi orang itu dalam seluruh
tahunnya.” (HR Baihaqi, No: 3795)
Dengan memperingati hari Asyura, kita dapat
mengambil pelajaran dari perjuangan para Nabi dan Rasul terdahulu. Misi mereka
pada dasarnya adalah sama menegakkan aqidah Islamiyah, meyakini ke-Esaan Allah subhanahu
wata'ala yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Peristiwa masa lalu
merupakan cermin bagi kita untuk berusaha memisahkan kebenaran dan kebathilan,
memisahkan yang baik dan buruk, agar dapat meratakan jalan bagi kita untuk
menjangkau masa depan. Semua peristiwa dan kejadian-kejadian yang ada dalam
alam semesta ini merupakan pelajaran yang bermanfaat bagi orang-orang yang
mempergunakan akalnya. Pergantian siang dan malam, pergantian musim dan pada
segala sesuatu di alam ini terdapat tanda, bahwa sesungguhnya Allah itu adalah
Maha Esa dan Maha Kuasa. []
KH Zakky Mubarak, Rais Syuriyah PBNU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar