Ketika Agama Kehilangan Tuhan
Oleh: A. Mustafa Bisri
Dulu agama menghancurkan berhala. Kini agama jadi
berhala. Tak kenal Tuhannya, yang penting agamanya.
Dulu orang berhenti membunuh sebab agama. Sekarang
orang saling membunuh karena agama.
Dulu orang saling mengasihi karena beragama. Kini orang
saling membenci karena beragama.
Agama tak pernah berubah ajarannya dari dulu,Tuhannya
pun tak pernah berubah dari dulu. Lalu yang berubah apanya? Manusianya?
Dulu orang belajar agama sebagai modal, untuk
mempelajari ilmu lainnya. Sekarang orang malas belajar ilmu lainnya, maunya
belajar agama saja.
Dulu pemimpin agama dipilih berdasarkan kepintarannya,
yang paling cerdas di antara orang-orang lainnya. Sekarang orang yang paling
dungu yang tidak bisa bersaing dengan orang-orang lainnya, dikirim untuk
belajar jadi pemimpin agama.
Dulu para siswa diajarkan untuk harus belajar giat dan
berdoa untuk bisa menempuh ujian. Sekarang siswa malas belajar, tapi sesaat
sebelum ujian berdoa paling kencang, karena diajarkan pemimpin agamanya untuk
berdoa supaya lulus.
Dulu agama mempererat hubungan manusia dengan Tuhan.
Sekarang manusia jauh dari Tuhan karena terlalu sibuk dengan urusan-urusan
agama.
Dulu agama ditempuh untuk mencari Wajah Tuhan. Sekarang
agama ditempuh untuk cari muka di hadapan Tuhan.
Esensi beragama telah dilupakan. Agama kini hanya
komoditi yang menguntungkan pelaku bisnis berbasis agama, karena semua yang
berbau agama telah didewa-dewakan, takkan pernah dianggap salah, tak pernah
ditolak, dan jadi keperluan pokok melebihi sandang, pangan, papan. Agama jadi
hobi, tren, dan bahkan pelarian karena tak tahu lagi mesti mengerjakan apa.
Agama kini diper-Tuhankan, sedang Tuhan itu sendiri
dikesampingkan. Agama dulu memuja Tuhan. Agama kini menghujat Tuhan. Nama Tuhan
dijual, diperdagangkan, dijaminkan, dijadikan murahan, oleh orang-orang yang
merusak, membunuh, sambil meneriakkan nama Tuhan.
Tuhan mana yang mengajarkan tuk membunuh?
Tuhan mana yang mengajarkan tuk membenci?
Tapi manusia membunuh, membenci, mengintimidasi,
merusak, sambil dengan bangga meneriakkan nama Tuhan, berpikir bahwa Tuhan
sedang disenangkan ketika ia menumpahkan darah manusia lainnya.
Agama dijadikan senjata untuk menghabisi manusia
lainnya. Dan tanpa disadari manusia sedang merusak reputasi Tuhan, dan sedang
mengubur Tuhan dalam-dalam di balik gundukan ayat-ayat dan aturan agama. []
REPUBLIKA, 14 Februari 2018
KH. A. Mustafa Bisri | Pimpinan
Pondok Pesantren Roudhotut Thalibin, Rembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar