Selasa, 20 Februari 2018

(Ngaji of the Day) Pengertian Dosa Besar Menurut Ibnu Athaillah



AL-HIKAM
Pengertian Dosa Besar Menurut Ibnu Athaillah

Al-Quran dan hadits sudah jelas menyebut dosa besar yang harus dijauhi oleh bukan hanya pemeluk Islam, tetapi juga non-Muslim. Pasalnya, dosa besar merupakan pelanggaran hukum dan kejahatan yang sejalan dengan common sense, nalar umum. Allah menyediakan sanksi keras bagi para pelaku dosa besar.

Meskipun demikian, Allah SWT tetap membuka lapang karunia dan pintu rahmat-Nya sebagaimana keterangan Syekh Ibnu Athaillah berikut ini.

ولا كبيرة إذا واجهك فضله

Artinya, “Tak ada dosa besar ketika kau disambut dengan kemurahan-Nya.”

Pelaku dosa besar dianjurkan untuk memperbaiki diri dan tidak mengulangi kesalahan yang sama atau melakukan dosa besar lainnya. Mereka tidak perlu berkecil hati karena pintu tobat dan anugerah Allah masih terbuka.

والكبيرة هي التي توعد عليها بالعذاب أو الحد في القرآن أو في السنة وقيل غير ذلك هذا كله بالنظر لظاهر الأمر وأما باعتبار ما عند الله من أمر غيبه وبالنظر إلى حلمه وعدله فقد يبرز خلاف ما يظن قال تعالى وبدا لهم من الله ما لم يكونوا يحتسبون فمن سبقت له العناية لا تضره الجناية فاولئك يبدل الله سيئاتهم حسنات وان كانت الأعمال علامات فقد تختلف في بعض المقامات فوجب استواء الرجاء والخوف في بعض المقامات والتسليم لله في كل الأوقات إذ قد تمت كلمات ربك صدقاً وعدلاً لا مبدل لكلماته... وقيل لو وزن رجاء المؤمن وخوفه ما رجح أحدهما على الآخر بل المؤمن كالطائر بين جناحين أو كما قيل قاله الشيخ زروق رضي الله عنه. قلت وحديث الرجل الذي تمد له تسع وتسعون سجلاً كل سجل مد البصر ثم تخرج له بطاقة قدر الأنملة فيها شهادة أن لا إله إلا الله فتطيش تلك السجلات يدل على عظيم حمله ورحمته وشمول كرمه ومنته

Artinya, “Dosa besar adalah pelanggaran yang pelakunya diancam dengan siksa atau diancam dengan hudud di Al-Quran atau hadits. Sebagian ulama mengatakan, dosa besar bukan yang disebut itu. Apapun itu, semuanya ditinjau secara lahiriah. Sedangkan di sisi Allah, dosa besar ditinjau dari kemurahan dan keadilan-Nya. Kadang fakta yang terjadi tidak sesuai dengan yang kita duga seperti firman Allah dalam Surat Az-Zumar ayat 47, ‘Maka tampaklah bagi mereka dari Allah apa yang mereka tidak perkirakan sebelumnya.’

Mereka yang mendapat inayah dari Allah, tidak akan menjadi sulit karena dosa besar. Mereka adalah orang pilihan Allah yang dosanya digantikan dengan kebaikan. Amal itu memang menjadi tanda yang kadang berbeda untuk sejumlah maqam sehingga harap dan takutnya mengambil porsi 50%-50% pada sejumlah maqam. Kepasrahan mereka sepenuhnya hanya kepada Allah di setiap waktu karena ketentuan Allah telah selesai sehingga tidak berubah. Beberapa ulama mengatakan, ‘Kalau harap dan takut orang beriman ditimbang, niscaya salah satu piring timbangan takkan berat sebelah. Orang beriman itu seperti burung yang terbang dengan kedua sayapnya,’ sebagaimana dikatakan oleh Syekh Zarruq.

Menurut saya, sebuah hadits yang menceritakan seseorang yang sedang dihadapkan dengan 99 dokumen berisi catatan amal buruknya di mana tiap dokumen memiliki panjang sepandangan mata, kemudian muncul secarik kertas seukuran jari yang bertuliskan kalimat tauhid La ilâha Illallâh sehingga catatan kejahatan di banyak dokumen itu tampak keliru, menunjukkan kebesaran tanggungan dan rahmat Allah, serta keluasan cakupan kemurahan dan karunia-Nya,” (Lihat Syekh Ibnu Ajibah, Iqazhul Himam, Beirut, Darul Fikr, tanpa keterangan tahun, juz I, halaman 85).

Orang yang melakukan pelanggaran berat masih mendapat kesempatan untuk menerima kasih sayang Allah. Mereka berkesempatan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Mereka tidak boleh berputus asa karenanya mereka tidak boleh menjauh dari Allah.

ولاكبيرة شرعا أو وصفا وهي صغيرة [الكبير] إلا وهي معدومة أصلا إذا واجهك فضله بالعفو أو المغفرة والرحمة فلا مؤاخذة فضلا، فكيف إذا كنت مطيعا ولك في الطاعة إحسان وشهود وعيان وذلك بالغيبة عن شهود الصالح من الأعمال مع القيام بها

Artinya, “Tidak ada yang disebut dosa besar–baik itu menurut ketentuan syar‘i maupun secara kualifikasi. Itu menjadi kecil, tetapi justru tidak ada sama sekali ketika kau disambut dengan kemurahan-Nya melalui pemberian maaf atau ampunan, dan rahmat-Nya sehingga terlebih lagi tak ada penyiksaan. Bayangkan bagaimana jika kau adalah hamba yang taat. Pada ketaatanmu itu ihsan, penyaksian, dan penglihatanmu bekerja di mana itu terjadi karena kau lenyap dari pandangan atas amal saleh saat mengerjakannya,” (Lihat Syekh Burhanuddin Ibrahim Al-Aqshara’i As-Syadzili, Ihkamul Hikam, Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah, cetakan I, 2008 M/1429 H, halaman 54).

Rahmat dan karunia Allah begitu besar untuk mereka yang melakukan dosa besar. Kabar gembira ini sesuai dengan firman Allah SWT berikut ini.

نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (49) وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الْأَلِيمُ

Artinya, “Kabarkanlah kepada para hamba-Ku bahwa Aku maha pengampun lagi maha penyayang dan sungguh siksa-Ku adalah siksa yang pedih,” (Surat Al-Hijr ayat 49-50).

Hikmah ini bukan anjuran bagi manusia untuk melakukan dosa besar karena kita tidak tahu apakah dosa besar kita akan disambut dengan pada maghfirah dan rahmat-Nya atau dihadapkan pada keadilan dan kebesaran-Nya. Hikmah ini lebih merupakan kabar gembira bagi mereka yang terlanjur berdosa besar agar bertobat serta tidak berputus asa dari rahmat Allah dan tidak mengulangi dosa besarnya. Hikmah ini menunjukkan besarnya rahmat dan karunia Allah. Wallahu a‘lam. []

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar