Sejarah Hidup KH
Ngali Hasyim
KH Ngali Hasyim
adalah kiai kharismatik asal Lampung Tengah, Mursyid Thariqah An-Naqsyabandiyah
Al-Kholidiyah di provinsi Lampung. Ia adalah pendiri pondok pesantren Baitul
Mustaqim, Punggur Lampung Tengah Lampung.
KH Ngali Hasyim
adalah putra pertama dari lima bersaudara, ia merupakan putra dari pasangan
Mbah Hasyim dan Siti Khofiyah. KH Ngali Hasyim dilahirkan dan dibesarkan di
desa Kelutan, kecamatan Ngrongkot, kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Mengenai usianya, terdapat
beberapa pendapat dari keterangan narasumber. Sebagian berpendapat mencapai
usia 105 tahun. Dalam keterangan lain, ia pernah mengatakan sebaya dengan
Presiden Soekarno.
Untuk mendekati data
yang akurat, dalam buku Agenda Santri TA 2015/2016 Istihsan pondok pesantren
Baitul Mustaqim, dilakukan perhitungan mundur, yang dimulai dari Abah KH
Muchtar Ghozali. Perhitungan ini menggunakan asumsi jarak kelahiran anak
pertama dengan jarak tahun pernikahan setelah dua tahun.
•
Abah KH Muchtar Ghozali lahir tahun
1968
•
Mbah Was Menikah tahun ± 1966 (Saat
berumur 17 tahun), mbah Was adalah anak keenam (lahir ± 1949)
•
Anak kelima bernama Maslikhatun (lahir
± 1946)
•
Anak keempat bernama Haris (lahir ±
1943)
•
Anak ketiga bernama Khoiriyah (lahir ±
1940)
•
Anak kedua bernama Siti Mutamimmah
(lahir ± 1937)
•
Anak Pertama bernama Siti Komariyah
(lahir ± 1934)
•
KH Ngali Hasyim menikah pada tahun ±
1932 (saat beliau berumur 30 tahun)
•
KH Ngali Hasyim lahir ± 1932 dikurangi
umur beliau ketika menikah yakni 30 tahun, maka hasilnya tahun 1901
Dengan perhitungan di
atas, bahwa KH Ngali Hasyim sebaya dengan Soekarno lebih mendekati kebenaran,
karena Presiden Soekarno lahir pada tahun 1901. Kemudian diperoleh informasi
dari Usman, menggunakan kalender komputer bahwa KH. Ngali Hasyim lahir pada
hari Sabtu Wage 5 Oktober 1901. Dengan demikian sampai saat ini umur beliau
sudah mencapai 108 tahun (dalam buku yang ditulis tahun 2016).
Riwayat Pendidikan
dan Keluarga
KH Ngali Hasyim
pertama kali menimba ilmu agama di pesantren yakni di Pondok Pesantren Tremas.
Di situ ia banyak dipercaya menangani berbagai urusan. Ketika pulang kampung,
tak lama kemudian, ia membina rumah tangga dengan menikahi seorang wanita
bernama Siti Khalimah.
Untuk mencukupi
kebutuhan rumah tangganya, ia berjualan bumbu dapur yang dibawa dari desanya
untuk dijual ke kota Surabaya. Perjalanan menuju Surabaya dengan melalui sungai
Brantas. Perjalanan melewati sungai ini biasanya ditempuh selama tiga hari tiga
malam, bahkan bisa lebih, dengan menggunakan perahu rakit bambu yang
dihanyutkan.
Selama membina rumah
tangga dengan Ibu Nyai Siti Khalimah. Beliau dikaruniai 7 anak diantaranya dua
putra dan 5 putri.
Hijrah ke Lampung
KH Ngali Hasyim
hijrah ke Lampung ± tahun 1955. Daerah yang pertama kali dituju adalah desa
Banjarsari Metro. Setahun kemudian beliau berpindah ke Sido Rahayu Punggur.
Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, ia membuat usaha home industry yakni
pembuatan tempe.
Pada masa G 30S PKI,
suasana yang sangat amat mencekam membuat masyarakat sangat membutuhkan
perlindungan para alim ulama, salah satunya KH Ngali Hasyim. Saat itu, ia cukup
aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan. Bahkan, ia pernah ditangkap aparat
saat memimpin pembacaan Shalawat Nariyah.
Setelah peristiwa itu
ia kembali ke pulau Jawa untuk mencari bekal di pondok pesantren Mbaran. Saat
itu pondok pesantren Mbaran di asuh oleh KH Umar Sofyan. Niat awal yang hanya
10 hari menjadi 40 hari. Ia diminta KH Umar Sofyan untuk memperdalam ilmu
thoriqoh hingga diangkat sebagai mursyid.
Setelah selesai, ia
kembali ke Lampung. Saat itu kegiatan pesantren dipimpin oleh KH Abdillah.
Setelah ia wafat, KH Ngali Hasyim menggantikan posisinya sekitar tahun 1970-an.
[]
Sumber:
Muhtar Al-Maksum,
Istihsan Agenda Santri TA 2015/2017. PP Baitul Mustaqim, Lampung Tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar