Kisah Ajaib Imam
Al-Ghazali
Judul
: Kisah-Kisah Ajaib Imam Al-Ghazali
Penulis
: Mukti Ali
Penerbit
: Mentari Media
Jumlah halaman
: 404
halaman
Cetakan Pertama
: Mei 2017
Peresensi
: Ade Faizal Alami
Dalam sebuah majlis
ilmu, Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghazali (1058-1111 M) ‘disidang’ para ulama
Baghdad. Pasalnya, Al-Ghazali seringkali mengutip sejumlah hadits yang
dinilai dla’if (lemah). Bahkan memasukkan hadits-hadits maudhu’ (palsu) dalam
beberapa karyanya.
“Kenapa anda berbuat
demikian?” tanya seorang ulama menghakimi.
Al-Ghazali yang
dijuluki Hujjatul Islam itu menjawab dengan tenang. “Para ulama yang mulia,
saya menyeleksi hadits menggunakan cara yang berbeda dengan Anda semua. Cara
saya hanya dengan mencium hadits tersebut. Jika tercium semerbak wangi, maka
hadits itu shahih. Sebaliknya, jika tidak tercium harum, maka hadits itu dla’if
atau maudhu’, Inilah yang disebut dengan thariqah al-mukasyafah (metode
penyingkapan metafisika).” Para ulama yang ada di majelis itu pun
terkagum.
Kisah tersebut
termaktub dalam buku berjudul Kisah-Kisah Ajaib Imam Al-Ghazali yang ditulis
Mukti Ali. Dalam buku setebal 404 halaman ini, penulis menghimpun 39 kisah
ajaib yang dirujuk dari sejumlah kitab-kitab klasik, baik yang ditulis oleh
Al-Ghazali sendiri ataupun dari literatur klasik lainnya seperti kitab
Nashaaihul ‘ibad karya Imam Nawawi Al-Bantani.
Di antara kisah ajaib
lainnya adalah mengenai kesaksian seorang sufi bernama ‘Arif al-Kabir al-Yamani
Ahmad Ash Shayyad yang melihat Imam Al-Ghazali dibawa Nabi Khidir dan para
malaikat menuju langit ke tujuh. Ada pula kisah mengenai kemampuan Al-Ghazali
yang mengundang para sufi melalui mimpi.
Sejumlah ulama
percaya, Al-Ghazali merupakan seorang sufi yang mencapai derajat wali. Misalnya
seperti yang dikisahkan Syaikh Al-‘Arif Abi Hasan Al-Syadzili. Mursyid
sekaligus pendiri Thariqat Syadziliyah itu bermimpi melihat Nabi Muhammad Saw
berbincang dengan Nabi Musa AS dan Isa AS.
“Apakah ada di antara
umat kalian berdua seorang alim seperti Imam Al-Ghazali ini?” tanya
Rasulullah.
Keduanya menjawab
serentak, “Tidak ada dari umat kami seorang alim seperti Imam Al-Ghazali.”
Mimpi yang
diceritakan As-Syadzili kepada Ibnu as-Subuki itu menunjukkan bahwa kewalian
Al-Ghazali diakui para Nabi.
Sebagai ulama besar,
kehidupan Imam Al-Ghazali banyak ditulis oleh sejumlah akademisi dari Timur dan
Barat. Sejumlah karya tulis itu umumnya membahas mengenai biografi Al-Ghazali
serta pemikiran-pemikirannya dalam berbagai aspek. Sebagai contoh adalah buku
berjudul Konsep Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan yang ditulis oleh Abu
Muhammad Iqbal. Namun baru buku berjudul Kisah-Kisah Ajaib Imam Al-Ghazali
ini yang memberikan sudut pandang lain dan unik mengenai sosok yang
bergelar Hujjatul Islam. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar