Habib Ali Kwitang
Berpidato di Muktamar NU Bandung 1932
Beberapa hari lalu,
kabar duka bagi umat Islam, khususnya daerah Jakarta. Pasalnya, Habib
Abdurrahman bin Muhammad mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Haji
Pondok Gede, Jakarta, Senin (15/1) pukul 19.10 WIB.
Ia adalah cucu dari
dari al-Alim, al-Alamah Sayyid Ali Kwitang atau disingkat Habib Ali Kwitang.
Habib Ali Kwitang merupakan salah seorang tokoh yang hadir pada Muktamar NU
ketujuh di Bandung pada tahun 1932.
Muktamar NU Bandung
berlangsung pada tanggal 12 sampai 16 Rabiul Tsani 1351 H bertepatan dengan 15
sampai dengan 19 Agustus 1932 M. Muktamar itu diakhiri dengan openbaar (rapat
umum) yang berlangsung di masjid Jami Kota Bandung.
Pada rapat umum itu,
Masjid Jami Kota Bandung dihadiri sepuluh ribu kaum Muslimin yang hadir dari
kota-kota terdekat sekitar Jawa Barat, para peserta muktamar dari berbagai
daerah di Indonesia, para pengurus Hoofd Bestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO,
sekarang PBNU).
Menurut laporan
muktamar tahun itu, hadir 197 ulama dan 210 pengiringnya dan tamu lain-lain
dari 83 daerah di Indonesia.
Para ulama itu itu
menyelesaikan beberapa persoalan yang diajukan jauh-jauh hari dari berbagai
cabang. Para ulama berhasil menyelesaikan persoalan nomor satu hingga 12 secara
berurutan. Kemudian mereka membahas langsung nomor 23 oleh karena sangat urgen segera
diselesaikan.
Selain itu, hasil
Muktamar imemberikan banyak rekomendasi untuk pemerintah dan pengurus cabang NU
sendiri.
Menurut Swara
Nahdlatoel Oelama, pada penutupan muktamar NU Bandung, beberapa tokoh terkemuka
dipersilakan untuk berpidato. Selain KH Wahab Hasbullah yang berpidato adalah
al-alim, al-alamah sayyid ‘Alawi al-Haddad, Bogor dan Tuan Raden Haji Wiranata
Kusumah. Turut berpidato juga pada kesempatan itu Al-Alim, Al-Alamah Sayyid Ali
Kwitang Batavia (Jakarta), kakek Habib Abdurrahman bin Muhammad.
Namun sayang sekali,
Swara Nahdlatoel Oelama tidak mencantumkan apa isi pidato dari tokoh-tokoh itu.
[]
(Abdullah Alawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar