Doa Rasulullah atas Kebaikan Orang Yahudi
Betapa sering kita dapati upaya sebagian
orang untuk melihat hubungan Muslim dan non-Muslim sebagai dua entitas yang
saling memusuhi. Ditampilkanlah beberapa fakta sejarah atau dalil yang
memperkuat relasi antagonistis tersebut: Rasulullah memusuhi atau dimusuhi,
misalnya oleh orang-orang Nasrani dan Yahudi.
Pandangan itu menjadi berbeda seandainya
fakta dan dalil itu juga digandengkan dengan data lain yang justru menunjukkan
hubungan harmonis Rasulullah dengan orang-orang yang belum secara total
mengikuti risalah beliau. Salah satunya cerita tentang seorang Yahudi yang
mendapatkan berkah dari doa Rasulullah.
Kisah itu dimulai ketika Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam merasa haus dan mencari air. Dalam kondisi
tersebut, seorang Yahudi pun memberinya minum. Atas perbuatan baik si Yahudi,
Rasulullah lantas membalasnya dengan doa: jammalakallâh (semoga Allah
memperelok dirimu).
Ajaib. Lantaran doa itu hingga akhir hayat
tak satu pun uban ditemukan di kepala orang Yahudi itu.
Demikian hadits yang diriwayatkan oleh Anas
bin Malik sebagaimana dikutip Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkâr. Sebagaimana
banyak hadits-hadits lain yang tak menyebutkan nama secara jelas dalam alur
kisah, begitu pula tentang nama orang Yahudi itu.
Riwayat tersebut lebih dari sekadar informasi
tentang seseorang yang menerima pemberian berterima kasih kepada si pemberi.
Doa Nabi kepada si Yahudi memberikan gambaran tentang bagaimana Rasulullah
membangun hubungan positif dengan pihak-pihak di luar Islam.
Memang benar bahwa konflik sudah terjadi
sejak zaman Nabi antara kaum Muslimin dan orang-orang kafir. Namun, belajar
dari cerita di atas, rasanya sangat picik bila meyakini bahwa permusuhan itu
hanya soal perbedaan dikotomis antara Muslim dan non-Muslim. Ada sebab lain
yang lebih substansial mengapa peperangan harus terjadi, seperti ketidakadilan,
perampasan hak-hak dasar, dan sejenisnya.
Rasulullah sendiri diutus sebagai rahmat bagi
seluruh ciptaan (rahmatan lil 'alamin). Beliau tidak pernah menganjurkan memusuhi
perbedaan identitas. Yang pasti adalah Islam memerangi kezaliman, sebagaimana
pesan Al-Qur’an: falâ ‘udwâna illâ ‘aladh dhâlimîn (maka tidak ada permusuhan,
kecuali terhadap orang-orang yang zalim. Wallahu a’lam. []
(Mahbib)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar