Korespondensi KH
Hasyim Asy'ari dan Syekh Al-Husaini Usai Tegur Jepang
Perjuangan mengusir
penjajah dilakukan oleh seluruh komponen bangsa Indonesia dengan perjuangan
yang menguras keringat, darah, dan nyawa. Hembusan angin segar kemerdekaan
beberapa kali didapat bangsa Indonesia kala Jepang kalah perang dan menyerah
kepada pasukan sekutu.
Namun, bangsa
Indonesia, khususnya para kiai pesantren penggerak kemerdekaan seperti KH
Muhammad Hasyim Asy’ari (1871-1947) tidak mau terbuai dengan janji kemerdekaan
yang sempat dilontarkan pihak Jepang. Baginya, hal itu menjadi satu bagian
diplomasi setelah sekian lama bangsa Indonesia hidup dalam kungkungan
penjajahan.
Perjuangan KH Hasyim
Asy’ari beserta anaknya KH Abdul Wahid Hasyim dan para ulama pesantren tidak
hanya memperkuat spiritualitas, tetapi juga menanamkan cinta tanah air dan
spirit nasionalisme yang tinggi. Sebab itu, setelah Kiai Hasyim ditunjuk oleh
Jepang untuk memimpin Kantor Jawatan Agama (Shumubu, Kementerian Agama, red))
yang dijalankan oleh Kiai Wahid Hasyim, mereka berupaya mendirikan Kantor
Jawatan Agama yang berlokasi di daerah-daerah (Shumuka) yang dipimpin oleh
seorang Shumuka-cho.
Visi Kiai Wahid
Hasyim tidak lain untuk memperkuat konsolidasi urusan-urusan agama di daerah
untuk keperluan perjuangan bangsa Indonesia secara umum. Sebelumnya, Kiai Wahid
memang melakukan diplomasi dengan Jepang untuk mendirikan Shumuka meskipun pada
awalnya berdiri di Jawa dan Madura.
Setelah potensi umat
Islam terbina dengan baik melalui jalur Masyumi, Hizbullah, Shumubu, dan
Shumuka, Kiai Wahid Hasyim kembali memusatkan perhatiannya pada janji
kemerdekaan yang dipidatokan oleh Perdana Menteri Jepang Kunaiki Koiso pada 7
September 1944. (Choirul Anam, 2010)
Janji kekaisaran
Jepang untuk memerdekakan bangsa Indonesia memang menarik perhatian bukan hanya
di tanah air, tetapi masyarakat dunia Islam, khususnya Syekh Muhammad Al-Amin
Al-Husaini. Sampai pada 3 Oktober 1944, Syekh Al-Amin Al-Husaini yang merupakan
pensiunan mufti besar Baitul Muqadas Yerusalem yang juga ketika itu menjabat
Ketua Kongres Muslimin se-Dunia mengirim surat teguran kepada Duta Besar Nippon
di Jerman, Oshima. Kala itu Syekh Al-Husaini sedang berada di Jerman.
Kawat teguran
tersebut berisi imbauan kepada Perdana Manteri Jepang Kuniki Koiso agar
secepatnya mengambil keputusan terhadap nasib 60 juta penduduk Indonesia yang
50 juta di antaranya bergama Islam. Kongres Islam se-Dunia menekan Jepang untuk
segera mengusahakan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Atas teguran
tersebut, Kuniki Koiso berjanji akan mengusahakan kemerdekaan untuk bangsa
Indonesia. Jawaban Koiso itu disebarluaskan melalui Majalah Domei. Kawat
teguran dari Syekh Al-Amin Al-Husaini tersebut sampai kepada Hadratussyekh
Hasyim Asy’ari. Ia selaku Ketua Masyumi menerima tindasan kawat teguran
tersebut.
Menyikapi kawat
teguran tersebut, Kiai Hasyim Asy’ari yang juga pemimpin tertinggi di Nahdlatul
Ulama (NU) merasa perlu mengumpulkan para pengurus Masyumi yang terdiri dari
berbagai golongan umat Islam dari sejumlah organisasi pada 12 Oktober
1944.
Setelah rapat
mempelajari sedalam-dalamnya tentang kemerdekaan Indonesia, maka diputuskan
untuk menyampaikan sikap Masyumi kepada bala tentara Jepang sebagai berikut:
a)
Menyiapkan umat Islam Indonesia supaya cakap dan cukup menerima kemerdekaan
Indonesia dan kemerdekaan Agama Islam; b) menggiatkan segenap tenaga umat Islam
Indonesia guna mempercepat kemenangan akhir guna menolak tiap-tiap rintangan
dan serangan musuh yang dapat mngurungkan datangnya kemerdekaan Indonesia dan
kemerdekaan Agama Islam; c) berjuang luhur bersama-sama, lebur bersama-sama
dengan Dai Nippon di dalam jalan Allah untuk membinasakan musuh yang dzalim; d)
menyampaikan keputusan tersebut pada: 1) Pemerintah Bala Tentara Dai Nippon;
dan 2) rakyat (umat Islam) Indonesia.
Selanjutnya, KH
Hasyim Asy’ari selaku pemimpin NU dan Masyumi segera membalas kawat tindasan
Syekh Muhammad Al-Amin Al-Husaini yang telah membantu bangsa Indonesia dengan
menegur Perdana Menteri Jepang Kuniki Koiso. Adapun balasan kawat tindasan
sebagai ucapan terima kasih dari KH Hasyim Asy’ari adalah sebagai berikut:
Muhammad
Al-Amin Al-Husaini Jerman dengan antara Perdana Menteri Kunaiki Koiso di Tokyo
atas perhatian tuan dan seluruh alam Islami tentang janji Indonesia merdeka
koma Majelis Syuro Muslimin Indonesia koma atas nama kaum Muslimin se-Indonesia
koma menyatakan terima kash titik.
Asyukru
walhamdulillah
Guna
kepentingan Islam lebih perhebatkan perjuangan koma disamping Dai Nippon sampai
kemenangan akhir tercapai koma moga-moga pula perjuangan tuan untuk kemerdekaan
negeri Palestina dan negeri-negeri Arab lainnya tercapai titik
Majelis
Syura Muslimin Indonesia
Hasyim
Asy’ari
(Fathoni)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar