Membangun Cara
Berpikir Aswaja NU
Judul
Buku
: Manhaj Aswaja NU: Berakar Tradisi, Merajut Toleransi dan Menjaga NKRI
Penyusun Buku
: KH Basyir
Fadhlulloh, M.Pd.I
Penerbit Buku
: Gading Press
Kota Terbit
: Jogjakarta
Tahun
Terbit
: 2017
Tebal Buku
: 158 halaman
ISBN
: 978-602-0809-39-7
Buku, memang sudah
terkenal menjadi salah satu jendela ilmu. Dengannya, wawasan semakin bertambah
dan ilmu semakin mendalam serta pandangan akan agama, dunia dan akhirat semakin
arif dan bijak.
Buku Manhaj Aswaja
NU: “Berakar Tradisi, Merajut Toleransi dan Menjaga NKRI” hadir di
tengah-tengah kita guna menjawab pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan
ke-Aswaja-an yang dewasa ini sedang dan semakin terusik akan keilmiahannya.
Buku ini hadir menguak berbagai problematika umat, NU. Buku ini menggunakan
metode tanya jawab yang mudah dimengerti. Buku ini mengulas apa dan bagaimana
ahlu as-sunah wa al-Jamaah dan penafsiran kontekstualnya dalam kehidupan
modern.
Buku Manhaj aswaja
ini terdiri dari 5 tema pembahasan, yakni Pengantar Manhaj Aswaja NU, Manhaj
Aswaja NU dalam bidang Akidah, Manhaj Aswaja NU dalam bidang Fiqih, Manhaj
Aswaja NU dalam bidang Tasawuf, Manhaj Aswaja NU dalam bidang Dakwah, Manhaj
Aswaja NU dalam bidang Politik. Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa
buku ini hadir dengan metode tanya jawab, disana terdapat 34 pertanyaan
berkaitan dengan masing-masing bidang manhaj aswaja NU itu sendiri.
Pengantar Manhaj
Aswaja NU terdiri dari 8 pertanyaan. Bidang akidah terdiri dari 9 pertanyaan.
Bidang Fiqih terdiri dari 4 pertanyaan. Bidang tasawuf terdiri dari 3
pertanyaan. Bidang dakwah terdiri dari 5 pertanyaan. Bidang politik terdiri
dari 4 pertanyaan. Semua pertanyaan disajikan dengan jawabannya beserta rujukan
yang menguatkannya.
Buku ini akan
mengantarkan kita pada pengertian Islam yang menjadi rahmat lil ‘alamin. Yakni
Islam yang menjadi agama kasih sayang, baik kepada umatnya, yang teguh meyakini
dengan keimanan dan ketakwaanya, maupun kepada seluruh umat manusia.
Uraian-uraian kata dan kalimat di dalamnya akan mampu menguatkan keyakinan pada
amaliyah-amaliyah yang sudah mentradisi di lingkungan NU.
Buku ini merupakan
pengiring hadirnya kegiatan ngaji manhaj aswaja NU yang akan dilaksanakan
sebagai program kerja LD PCNU Kabupaten Purbalingga. Dan tidak menutup pintu
bagi rekan-rekan di kabupaten lain bila ingin membedah buku ini sehingga dapat
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam, karena dapat berdialog langsung
dengan penyusun buku.
Selain itu, buku ini
sangat cocok untuk kaum akademis, baik alumnus pesantren maupun nonpesantren.
Buku ini akan membantu anda dalam memahami keaswajaan NU dan membangun mindset
dalam mengembangkannya dan mengejawantahkan dalam kehidupan sosial kontekstual
dan modern.
Kelebihan buku ini
adalah disusun secara sistematik, sangat mudah dipahami pembaca. Materi disusun
secara teratur mulai satu bidang ke bidang yang lainnya dengan metode tanya
jawab diserta sumber rujukan yang valid.
Buku ini menampilkan
epistimologi keilmuan aswaja NU yg menghantarkan pada pola berpikir dan
bertindak moderat guna mewujudkan Islam rahmatan lil alamin.
Desain sampul buku
menarik dan penuh warna sehingga sangat tertarik untuk lebih mengetahui isi
dari buku tersebut. Jenis huruf yang dipakai menjadikan mata betah untuk
membaca baik untuk usia muda, terlebih usia tua. Kalimat-kalimat atau
penggunaan bahasa yang disajikan dalam buku ini tidak sulit untuk dimengerti.
Sementara kekurangan
buku ini terdapat tulisan arab dalam berbagai ayat, hadits maupun qoul ulama
yang hurufnya tidak nyambung dengan huruf yang lainnya. Inkonsistensi jenis
huruf arab yang terdapat dalam paragraph. Dan masih terdapat kata-kata yang
tidak menyambung dengan kata didepannya. Masih terdapat kata-kata yang
bergandeng dengan kata di depannya.
***
Agama tidak lahir
untuk timur atau barat, agama lahir untuk manusia. Mengapa Islam bisa diterima
di barat dan di timur? Hal ini karena Islam membawa misi kemanusiaan untuk
manusia. Tak heran bila nabi sendiri dalam sabdanya mengatakan bahwa Aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak (adab) manusia. Jauh sebelum para pemikir dunia
mencoba memprediksi masa depan agama, nabi sendiri sudah memperkirakan aka nada
masa dimana manusia berada pada krisis besar.
Islam lahir sebagai
agama rahmat bagi seluruh alam, yakni kasih sayang yang dapat memberikan
kesejahteraan bagi seluruh alam. Misi Islam ini tidak akan terwujud kecuali
dengan landasan berpikir dan bertindak adil, proporsional dan bijak. Adil,
proporsional dan bijak tidak akan terwujud kecuali dengan ditopang oleh sikap
moderat, toleran, seimbang dan tetap konsisten untuk mengatakan mana yang benar
dan mana yang salah.
Sikap-sikap yang
bersifat manhaji/sistematis inilah yang dalam keilmuannya, berada pada
kevalidan data dengan ditunjukkan kuatnya ketersambungan sanad keilmuannya yang
sampai kepada Rasulullah SAW. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengna petikan
teks hadits yang berbunyi “ma ana alaihi wa ashabi” yang kemudian masyhur
disebut Ahlussunah wal-Jamaah.
Bagi NU, sebagai
organisasi besar di dalam bangsa yang besar ini, menyadari bahwa kurun waktu
yang sudah begitu jauh, ditambah kadar kemampuan umat Islam sebagai individu
sangat beragam, maka para ulama menyepakati dengan bermadzhablah. Bermadzhab
diartikan dengan mengikuti hasil ijtihad para ulama mujtahid baik yang berupa
metode maupun produk hukumnya. Hal ini dipercaya akan lebih meminimalisir
ketersesatan dan keluar dari “ma ana alaihi wa ashabi”.
Para mujtahid yang
telah menghasilkan metode dan produk hukum ini didukung oleh sumber dalil
as-sam’iyyah, yakni berupa al-Qur’an, hadits dan perkataan para ulama,
ad-dalail al-‘aqliyyah, yakni berupa rasio dan panca indera (empiris) dan
ad-dalail al’aqliyyah. Yaitu kasyaf dan ilham dalam menyelesaikan berbagai
masalah. Memanfaatkan ketiga potensi sumber dalil ini dapat menjadikan
konstruksi keilmuan lebih mapan dan tidak mudah dibongkar seenaknya oleh pihak
yang tidak bertanggung jawab.
KH Basyir Fadlulloh,
menegaskan bahwa NU dalam menengarai dan menyelesaikan berbagai persoalan umat,
baik dalam bidang akidah, fiqih, tasawuf, dakwah maupun yang bersifat
kenegaraan khususnya dalam bidang politik, merumuskan bagaimana menjadi insan
kamil yang memiliki kasih sayang dan dapat mensejahterakan, baik untuk agama
Islam sendiri maupun untuk bumi ini, khalifatulloh fi al ardli, sesuai
dengan misi Islam yang lahir dan sampai di bumi nusantara.
Penyusun buku yang
merupakan alumnus Magister Pendidikan Islam IAIN Sunan Kalijaga memberikan
pengantar Manhaj Aswaja NU dalam buku ini bahwa tersusunnya buku ini bertujuan
memberikan pemahaman tentang Manhaj aswaja NU, sebagai jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan dan klaim-klaim yang menyerang terhadap keaswajaaan NU,
baik secara amali maupun secara manhaji, dan buku ini menjadi salah satu
pegangan dalam berdakwah, menyebarkan paham “Islam rahmatan lil ‘alamin”.
Selain sebagai ketua
LD PCNU Purbalingga, KH Basyir Fadlulloh yang menjadi Ketua Yayasan Pendidikan
Islam Minhajut Tholabaha Kembangan Purbalingga, berusaha memberikan kemudahan
bagi para pembaca dengan menyajikan buku ini berupa stimulus-respon; pertanyaan
dan jawaban agar para pembaca dari semua kalangan dengan mudah bisa membaca dan
memahaminya.
Lebih lanjut,
penyusun memperkuat bahwa dalil-dalil yang diambil adalah bersumber dari
al-dalail al-sam’iyyah; Al-Qur’an, al-Hadits dan qoul ulama didukung beberapa
dalil rasional dan hanya beberapa dalil yang bersumber dari data empiris karena
berdasarkan beberapa pertimbangan.
Menutup beberapa
petikan buku ini, penyusun mengucapkan selamat membaca. Semoga buku ini
bermanfaat. Adapun kritik dan saran yang membangun demi perbaikan, baik dari
isi maupun literature secara EYD, sangat kami harapkan. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar