Jumat, 23 Februari 2018

(Hikmah of the Day) Ketegasan Umar saat Mendengar Warganya Disakiti Putra Gubernur Mesir



Ketegasan Umar saat Mendengar Warganya Disakiti Putra Gubernur Mesir

Selain memiliki perasaan yang halus dan peka terhadap persoalan umatnya, salah satu sahabat Nabi Muhammad Sayydina Umar bin Khattab dikenal dengan sikapnya yang tegas terhadap segala sesuatu yang batil. Apalagi hal itu menyangkut martabat warganya yang tersakiti orang lain.

Kehidupan Khalifah Umar tidak lepas dari memperhatikan kesejahteraan, keamanan, dan keadilan warganya. Suatu ketika Umar mendapat laporan bahwa putra Gubernur Mesir telah menempeleng seorang warga negara tanpa sebab berarti dibanding perlakuan yang telah didapatnya itu.

Seketika, Umar segera memanggil sang Gubernur yang tak lain adalah ‘Amar bin Al-Ash untuk mengadapkan putranya dan mempertanggungjawabkan perbuatannya yang dinilai sewenang-wenang itu.

Di hadapan Gubernur Mesir dan putranya itu, Khalifah Umar memperlihatkan ketegasannya dengan kata-kata yang hingga kini termasyhur menjadi sebuah doktrin. Umar berkata:

Ilaa mataa ista’badtum an naasa wa qod waladathum ummahatuhum ahroron? (Sampai kapan kalian memperbudak manusia, padahal mereka dilahirkan oleh ibu-ibu mereka dalam keadaan merdeka?)
Konon, menurut riwayat yang diceritakan oleh KH Saifuddin Zuhri dalam buku karyanya Berangkat dari Pesantren (2013) itu, doktrin Sayyidina Umar tersebut yang menguatkan jalan perjuangan para kiai dan ulama di Indonesia dalam mengusir penjajah dari tanah air.

Dalam sejarahnya, keprihatinan dan peran sentral para kiai dari kalangan pesantren dalam menghidupkan kesadaran bangsa Indonesia untuk merdeka dari kungkungan penjajah begitu tinggi.

Bahkan atas langkahnya itu, pesantren selalu mendapat sorotan dari pihak kolonial karena dianggap mampu memobilisasi kekuatan rakyat untuk melakukan perlawanan. Bagi bangsa Indonesia, perlawanan wajib dilakukan kepada penjajah atas perlakukannya yang tidak berperikemanusiaan. []

(Fathoni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar