Jumat, 11 November 2016

(Ponpes of the Day) Pondok Pesantren Darul Falah Be – Songo, Ngaliyan, Semarang – Jawa Tengah



Pondok Pesantren Darul Falah Be – Songo, Ngaliyan, Semarang – Jawa Tengah


Sejarah Perkembangan Pesantren Besongo

Berdirinya Pondok Pesantren Darul Falah Besongo bermula dari sebuah fakta bahwa tantangan modernitas bagi mahasiswa yang semakin besar. Banyak mahasiswa yang menampilkan aktivitas kesehariannya kurang sesuai dengan ajaran keagamaan, misalnya pacaran secara bebas, sering pulang malam di tempat kots masing-masing, tata etika yang tidak mencerminkan sopan santun yang terdapat pada nilai Islam. Hal ini sangat memprihatinkan ketika mahasiswa-mahasiswa tersebut notabene adalah mahasiswa dari perguruan tinggi islam. Tata etika yang kurang mencminkan pada kode etik Islam, membawa pada penurunan citra mahasiswa Islam.

Fakta ini mengantarkan pada semangat untuk memperbaiki citra moralitas mahasiswa Islam, dengan menyelenggarakan model pendidikan pesantren di tengah masyarakat. Pesantren menjadi salah satu solusi untuk membangun keunggulan moralitas. Di samping itu, pesantren ini sebagai wadah untuk meningkatkan sisi spiritualitas dan intelektualitas santri. Karena itu, penyelenggaraan pendidikan pesantran ini banyak difokuskan pada mengisi dan melatih spiritualitas, keluhuran akhlak, keunggulan pengetahuan dan kecakapan hidup agar mampu menghadapi tantangan zaman.

Pesantren Darul Falah Besongo berdiri sejak tahun 2008. Secara fisik pesantren ini bermula dari pengadaan rumah kos yang menampung mahasiswa yang bertempat tinggal. Rumah kos ini cukup sederhana dengan fasilitas perumahan yang apa adanya, yang tidak menggambarkan sarana pendidikan. Pada perkembangan berikutnya, mulai dilakukan penataan fisik yang mendukung penyelenggaraan pendidikan model pesantren.

Dari tahun ke tahun perkembangannya melaju dengan cepat, baik dari jumlah santri, fisik bangunan dan kegiatan santri secara lambat laun semakin bertambah dan semakin padat. Bangunan pesantran ini pada tahun 2008 hanya bangunan yang berupa rumah satu lantai dengan jumlah 5 kamar. Sering berjalannya waktu, pada tahun 2009 bangunan direnovasi menjadi 3 lantai berisi 8 kamar, 1 ruang halaqoh dan 1 aula. Akan tetapi seiring bertambahnya santri, bangunan direnovsi lagi menjadi 3 lantai yang berisi 13 kamar, dan 1 ruang aula yang begitu luas untuk pusat kegiatan santri.

Kini pondok pesantren Darul Falah Besong mampu merubah “image” kos putri yang menjadi pondok pesantren  yang konsern akan akhlakul karimah kecakapan hidup dan wawasan keagamaann. Darul Falah Besongo dilekatkan pada nama pondok sebagai tafa’ul  dari pondok pesantren Darul Falah Jekulo Kudus. Karena pada sejatinya, Ponpes Darul Falah adalah milik Romo KH. Ahmad Basyir Jekulo Kudus (pengasuh Ponpes Darul Falah Jekulo Kudus). Ponpes Darul Falah Be-Songo diasuh oleh putra menantu beliau, yaitu Dr. KH. Imam Taufiq, M.Ag, suami dari Ibu Hj. Arikhah, M.Ag, yang bertempat tinggal di perumahan bank niaga komplek B-13 sekaligus sebagai Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.

Secara historis, be-songo merupakan tempat bersejarah bagi pengembangan agama dan ilmu pengetahuan. Sebelum menjadi pesantren Darul Falah Be-songo, pada tahun 1997-2000, tempat ini pernah menjadi pusat kegiatan Mahasiswa Islam dengan nama Raisyan Fikr, dimana menjadi tempat kajian dan diskusi mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang. Setelah itu, pada tahun 2001-2005 menjadi pesantren “Bismillah” di bawah asuhan Habiburrahman Sirazy, beliau adalah pengarang Novel Islam, diantaranya Novel Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih dan lain-lain.

Saat ini tempat yang mempunyai nilai historis tersebut, telah berubah menjadi pondok pesantren Darul Falah Be-Songo yang memiliki harapan luar biasa dalam mencetak karakter santri dalam mengembangkan kecakapan hidupnya untuk memepersiapkan diri di masa yang akan datang. Perkembangan selanjutnya Dr. KH. Imam Taufiq, M.Ag bekerja sama dengan Dr. Muhyar Fanani untuk menghidupkan pesantren sehingga jumlah santri menjadi bertambah dan tempat asrama santripun ditambah dan bertempat di Blok C-9.

Bertambahnya santri yang mendaftar untuk belajar di pesantren ini pada tahun 2012 membuat pengasuh berinisiatif untuk  menambah gedung pondok. Dengan kondisi wilayah pesantren yang terletak di perumahan, tidak memungkinkan untuk melebarkan gedung pondok, sehingga penambahan gedung terletak di lokasi berbeda pada perumahan yang sama yakni di Blok A-7. Gedung ini dibangun dengan 3 lantai yang terdiri 1 aula dan 7 kamar. Selain itu, pada awal tahun 2013 bertambah satu gedung lagi, letaknya di Blok B-5 yang merupakan amanah dari salah seorang relasi pengasuh bernama Bapak Yoga Sadana, salah seorang Direktir di Cimb-Niaga Jakarta. Rumah 2 lantai yang terdiri dari 5 Kamar dan 1 aula ini sebelumnya adalah rumah kos untuk mahasiswa, karena para anak kos yang kurang bisa merawat rumah tersebut, akhirnya Bapak Yoga Sadana berinisiatif untuk memberi amanah kepada pengasuh pondok untuk mengelola rumah tersebut menjadi bagian dari Pesantren Besongo.

Perkembangan selanjutnya, di awal bulan Oktober tahun 2013 Pesantren Besongo mendapatkan amanah mengelola Pendidikan Kader Ulama (PKU) dari Direktorat Jendral Pendidikan Diniyah dan Pesantren Kementerian Agama RI. Design pendidikan ini merupakan integrasi model pesantyren salaf dengan pendidikan ilmiah ala perguruan tinggi. Pesantren Besongo dipilih dikarenakan memiliki model pendidikan dan kekhasan dalam pengelolaan pesantren. Model pendidikan ditandai denga semaraknya kegiatan yang berbasis kajian kitab kuning bahasa dan keterampilan. Selain itu kuatnya pengembangan keterampilan bagi santri juga menjadi karakter Pesantren ini. Dengan model asrama yang tersebar di beberapa titik, menjadikan Pesantren mampu menyemaikan nilai kepesantrenan di lingkungan perumahan yang menjadi lokasi pondok ini.

Dengan ragam pendidikan dan kajian di Pesantren ini menjadikan Besongo salah satu pesantren terkemuda yang mengatarkan santri-nya menjadi insan-insan yang cakap, berbudi bekerti luhur serta memiliki wawasan dan pengetahuan agama yang mumpuni. Diharapkankan nantinya akan menghasilkan santri dan alumni yang bermanfaat untuk bangsa agama dan masyarakat dengan perpegagang teguh pada nilai-nilai Islam yang damai, santun dan egaliter.


VISI

Berakhlak Mulia dengan Kompetensi Keagamaan dan Kecakapan Hidup Yang Handal

MISI

1.     Melaksanakan pembelajaran agama Islam dengan mengutamakan pengalaman untuk mewujudkan lulusan yang memiliki keteguhan spiritualitas dan keluhuran akhlak.
2.     Melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif melalui diskusi, debat ilmiah dan pemecahan kasus.
3.     Mengembangkan kegiatan pelatihan ketrampilan untuk mewujudkan lulusan yang memiliki kecakapan hidup agar mampu menghadapi tantangan zaman.

KURIKULUM

Kurikulum
1.     Sesuai dengan cita-cita dan impian yang terangkum dalam visi dan misi, ponpes Darul Falah be-Songo menyusun kurikulum yang meliputi berbagai bidang, seperti:
2.     Bidang Keagamaan Kitab Kuning
3.     Tauhid: kitab Tijanud Durori, Aqidatul Awam, dan Kifayatul Awam
4.     Fiqh: kitab Fathul Qorib, Safinatun Naja dan Hidayatul Mujtahid dan
5.     Akhlaq Tasawuf: kitab Minhajul Abidin dan Ihya’ Ulumuddin
6.     Hadits: kitab Arba’in Nawawi dan Bulughul Maram
7.     Tafsir maudhu’i al-Qur’an
8.     Tartil dan tahfidz al-Qur’an

Bidang Keilmiahan
1.     Halaqoh dan Bahsul masa’il
2.     Pelatihan: jurnalistik, ICT
3.     Kursus bahasa asing (Bahasa Arab dan Bahasa Inggris)
4.     Aktifitas website
5.     Studium general

Bidang Kecakapan Hidup
1.     Sulam: benang, pita, dan kruistik.
2.     Rajut
3.     Flanel
4.     Baki lamaran
5.     Menjahit
6.     Memasak: lauk, kue (basah dan kering), dll.
7.     Membatik
8.     Holtikultura
9.     Kecantikan: tata rias, potong rambut.
10.  Keterampilan manik-manik.

Bidang Hidmah dan Kemasyarakatan
1.     Membantu pelaksanaan posyandu
2.     Membantu operasional Madrasah Diniyah
3.     Bakti lingkungan: bersih-bersih kampung, musholla, dll.
4.     Mengikuti kegiatan di musholla: shalat berjamaah, dziba’an, tahlil, kultum pada bulan Ramadhan.
5.     Mengentaskan buta aksara al-Qur’an
6.     Mengikuti kegiatan masyarakat: senam, kerja bakti, dll.

Bidang Kecakapan Lain
1.     Pelatihan MC, resolusi konflik, mediasi, kesehatan reproduksi, dan gender mainstreaming.
2.     Khitobah
3.     Tilawah
4.     Seni rebana
5.     Mengenal masakan daerah
6.     Strategi planning

[]

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar