Rabu, 12 Desember 2018

(Ngaji of the Day) Inilah Cara Mengetahui Kesahihan Hadits


MUSTHALAH HADITS
Inilah Cara Mengetahui Kesahihan Hadits

Hadits sahih ialah hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang berkualitas dan tidak lemah hafalannya, di dalam sanad dan matannya tidak ada syadz dan illat.

Mahmud Thahan dalam Taysiru Musthalahil Hadits menjelaskan hadits sahih adalah sebagai berikut:

ما اتصل سنده بنقل العدل الظابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا علة

Artinya, “Setiap hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di dalamnya syadz dan ‘illah.”

Dilihat dari definisi di atas, terdapat lima kriteria hadits sahih yang harus diperhatikan. Demikian pula ketika ingin mengetahui apakah hadits yang kita baca atau dengar sahih atau tidak, lima kriteria tersebut menjadi panduan utama. Kalau kelima kriteria itu ada dalam sebuah hadits, maka haditsnya sahih. Kalau tidak ada salah satunya berati hadits dhaif.

Sebagaimana dijelaskan Mahmud At-Thahan dalam Taysiru Musthalahil Hadits, kelima kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

Ketersambungan Sanad

Ketersambungan sanad (ittishâlul sanad) berati masing-masing perawi bertemu antara satu sama lain. Salah satu cara yang digunakan untuk membuktikan masing-masing rawi bertemu ialah dengan cara melihat sejarah kehidupan masing-masing perawi, mulai dari biografi guru dan muridnya, tahun lahir dan tahun wafat, sampai rekaman perjalanannya.

Perawi Adil (Kredibilitas)

Setelah mengetahui ketersambungan sanad, langkah berikutnya adalah meneliti satu per satu biografi perawi dan melihat bagaimana komentar ulama hadits terhadap pribadi mereka. Perlu diketahui, adil (‘adalah) yang dimaksud di sini berkaitan dengan muruah atau nama baik.

Perawi yang semasa hidupnya pernah melakukan perbuatan yang melanggar moral dan merusak muruah, hadits yang diriwayatkannya tidak bisa diterima dan kualitasnya rendah.

Hafalan Perawi Kuat

Selain mengetahui muruah perawi, kualitas hafalannya juga perlu diperhatikan. Kalau hafalannya kuat, kemungkinan besar haditsnya sahih. Tapi kalau tidak kuat, ada kemungkinan hadits tersebut hasan, bahkan dhaif.

Tidak Ada Syadz

Syadz berati perawi tsiqah bertentangan dengan rawi lain yang lebih tsiqah darinya. Misalkan, ada dua hadits yang saling bertentangan maknanya. Untuk mencari mana kualitas hadits yang paling kuat, kualitas masing-masing perawi perlu diuji, meskipun secara umum sama-sama tsiqah. Dalam hal ini, perawi yang paling tsiqah dan kuat hafalannya lebih diprioritaskan.

Dengan demikian, untuk memastikan kesahihan hadits, perlu dikonfirmasi dengan riwayat lain, apakah tidak bertentangan dengan hadits lain atau tidak.

Tidak Ada ‘Illah

Illah yang dimaksud di sini adalah sesuatu yang dapat merusak kesahihan hadits, namun tidak terlalu kelihatan. Maksudnya, ada hadits yang dilihat sekilas terkesan sahih dan tidak ditemukan cacatnya. Namun setelah diteliti lebih dalam, ternyata di situ ada sesuatu yang membuat kualitas hadits menjadi lemah. Hal ini dalam musthalah hadits diistilahkan dengan ‘illah.

Itulah lima kriteria yang perlu diperhatikan pada saat menguji apakah sebuah hadits sahih atau tidak. Kalau hilang salah satu dari lima kriteria tersebut, kualitas hadits bisa jatuh pada kedhaifan.

Misalnya hadits riwayat Al-Bukhari tentang Rasulullah membaca Surat At-Thur saat magrib. Al-Bukhari meriwayatkan hadits sebagai berikut:

حدثنا عبد الله بن يوسف قال أخبرنا مالك عن ابن شهاب عن محمد بن جبير بن مطعم عن أبيه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم قرأ في المغرب بالطور

Artinya, “Abdullah bin Yusuf meriwayatkan dari Malik bin Anas, dari Ibnu Syihab, dari Muhammad bin Jubair , dari Muhammad bin Jubair bin Math’am, dari bapaknya (Jubair bin Math’am) yang berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah membaca Surat At-Thur saat magrib,’” (HR Al-Bukhari).

Riwayat di atas dihukumi sahih oleh para ulama hadits karena memenuhi kriteria hadits sahih. Dilihat dari ketersambungan sanad, masing-masing perawi terbukti bertemu antara satu sama lain; dilihat dari kualitas perawi semuanya dhabit dan ‘adil; serta tidak terdapat syadz dan illat dalam sanad hadits. Wallahu a‘lam. []

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar