KH. Madiyani
Iskandar, Ulama NU Bersahaja dari Pasuruan
KH Madiyani Iskandar
lahir pada tanggal 28 Desember 1949 dari pasangan Bapak Iskandar dan Ibu
Painah, dan cucu dari Mbah Mustari. Riwayat pendidikan dia dimulai pada Sekolah
Rakyat (1962) dan Langgar Kiai Zakariya Gading Tahun 1962 (sore).
Lalu, dilanjutkan
pada Pondok Pesantren Sidogiri (1969). Setelah di Sidogiri, dia melanjutkan
ngangsu ilmunya di Pondok Pesantren Al-Hidayah Lasem pada KH Maksum Lasem dan
KH Mansur Kholil Lasem (1969-1975). Sepulangnya ke Pasuruan, dia masih mau
menimba ilmu pada Kyai Ghofur di Pondok Al-Ghofuri Bugul Kidul.
Selain pendidikan
nonformal, dia juga menempuh pendidikan formal, yang antara lain diselesaikan
di MTs Darumafatihil Ulum Podokaton Bayeman Gondangwetan (1984), MA
Darumafatihil Ulum Podokaton Bayeman Gondangwetan (1987), dan Universitas Islam
Pasuruan sampai semester 7 (1986-1990).
Pengabdian dia di
masyarakat diwujudkan dalam berbagai kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan.
Berbagai majelis taklim dia asuh, seperti pengajian rutin di Taman Nongkojajar
setiap hari Jumat selepas waktu dluhur, pengajian rutin di Telaga Sari
Nongkojajar, pengajian rutin di Tanjung Gempol.
Selain itu, ada pula
pengajian rutin di rumah Bapak Mahfudz Gading Kidul, pengajian rutin di
Jambangan (selatan Lapangan Wijaya), pengajian rutin di Gayaman Jambangan Kebon
Agung.
Pengajian yang juga
dia rutin asuh adalah Pengajian di Taman Sari Wonorejo, pengajian rutin di
Pondok Pesantren Raudlotus Salamah Wironini, pengajian rutin di Pondok
Pesantren Al-Munawwarah Kebonsari, pengajian rutin di Langgar Nurul Qodim
Wonorejo.
Selain mengabdi di
masyarakat, dia dikenal banyak berkiprah di organisasi, seperti Ketua
Tanfidziyah Ranting NU Cabang Gadingrejo Pasuruan (1989-1991), Ketua Syuriyah
MWCNU Cabang Gadingrejo Pasuruan, Katib Syuriah NU Cabang Kota Pasuruan, Ketua
Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Kota Pasuruan, dan Pembina RMI Kota Pasuruan.
Bahkan, beberapa kali
dia mengikuti Muktamar NU sebagai utusan NU Kota Pasuruan, beberapa kali
mengikuti kegiatan RMI tingkat nasional sebagai Ketua RMI Kota Pasuruan,
beberapa kali mengikuti Bahtsul Masa'il sebagai utusan NU Kota Pasuruan.
Dia juga pendiri
Jamiyah Istighotsah di Gadingrejo, pelopor Khataman Bin-Nazhar di Wilayah
Gadingrejo (bersama dengan Ustadz Najib (alm.) dan Ustadz Salim (alm.), dan
penasihat ISHARI Ranting Gadingrejo
Pengabdian untuk
pendidikan, dia wujudkan dengan bersedia menjadi Kepala Sekolah Madrasah
Tsanawiyah Sunan Ampel (1984-2002), Kepala Sekolah Madrasah Diniyah Raudhatul
Mustariyah, Kepala Sekolah Madrasah Darul Ulum Kisik Kali Rejo (1981-1985),
pendiri Madrasah Miftahul Huda Gadingrejo (1976). Dia pula pendiri Pondok
Pesantren Terpadu Raudhatul Mustariyah.
Dia menghadap ke
haribaan Allah pada tanggal 4 Syawal 1424 H. Dia menikah dengan Ibu Suaibah
Fakhriah, yang melahirkan putra-putri sebagai berikut: Moch. Syarif
Hidayatullah, Ummu Salamaturrohmah, Kholilur Rokhman, M.M, Shochibul Hujjah,
Fathira Nadia Mekka.
Perjalanan hidup dia
kiranya bisa dirangkum dalam beberapa bait bijak berikut:
Hidup sederhana dan
bersahaja
Kemana-mana tidak
malu memakai sepeda
Tetap sabar meski ada
yang tidak suka
Rela berjuang meski
tak mendapat rupiah
Menikmati hidup meski
difitnah
Dengan orang tidak
punya mau menyapa
Dengan orang kaya
tidak menghamba
Semua sama di
hadapannya
Pendidikan adalah
pengabdiannya
NU adalah
organisasinya
Pondok Pesantren
adalah kehidupannya
Pribadinya tegas
berwibawa
Sosoknya rendah hati
suka tertawa
Tidak pernah
berambisi untuk selalu di muka
Amanah umat selalu
ditunaikannya
Selalu memberi contoh
pada keluarga dan lingkungannya
Selalu memberi
teladan tidak dengan kata-kata
Lisanul hal afshahu
min lisanil maqal, katanya.
[]
(Abu Avzalea)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar