Zainab binti
al-Harits, Perempuan Yahudi yang Meracuni Rasulullah
Balas dendam adalah
motif yang digunakan Zainab binti al-Harits sehingga ia sampai meracuni
Rasulullah. Zainab adalah istri Salam bin Misykam, salah seorang pemimpin Yahudi
Bani Nadhir di Khaibar. Ia memendam dendam yang mendalam terhadap pasukan umat
Islam, terutama Rasulullah, karena telah membunuh suami, ayah, dan
pamannya pada saat perang Khaibar.
Akhir abad ke-6 H,
Rasulullah beserta pasukan umat Islam pergi ke Khaibar, sebuah wilayah yang
terletak 150 kilometer ke arah laut kota Madinah dan menjadi basis kaum Yahudi.
Ketika sampai di Khaibar, Rasulullah meminta penduduknya menyerah karena
sebelumnya diketahui bahwa Khaibar dijadikan tempat konsolidasi untuk menyerang
Madinah. Namun, penduduk kaum Yahudi menolak seruan Rasulullah hingga akhirnya
terjadi perang yang memakan banyak korban.
Perang Khaibar
diakhiri dengan perundingan damai antara kaum Muslim dan penduduk Khaibar.
Mereka sama-sama sepakat untuk mengakhiri perang dengan beberapa poin
kesepakatan bersama. Salah satunya adalah penduduk Khaibar harus menyerahkan
separuh hasil panen kepada umat Islam Madinah mengingat pertempuran Khaibar
dimenangkan umat Islam. Perlahan-lahan Khaibar menjadi kota yang damai, namun
tidak sedikit penduduknya yang masih menyimpan dendam.
Zainab binti
al-Harits adalah salah satu Yahudi Khaibar yang tidak terima dengan hasil
perang Khaibar. Ia tidak rela dengan kaum Muslim karena telah membunuh
orang-orang terkasihnya. Ia mencari berbagai macam cara untuk membalas dendam
dan membunuh Rasulullah, pimpinan tertinggi kaum Muslim.
Dikutip dari buku
Para Penentang Muhammad saw., Zainab binti al-Harits mulai melancarkan
rencananya setelah perundingan damai dijalankan dan kaum Muslim masih berada di
Khaibar. Mula-mula ia bertanya kepada salah seorang sahabat perihal makanan
kesukaan Rasulullah.
Setelah mengetahui
bahwa makanan kesukaan Rasulullah adalah bagian dada depan dan pundak domba,
Zainab kemudian menyiapkan hidangan domba panggang dan menaburinya dengan racun
yang paling mematikan. Domba panggang itu kemudian diberikan kepada Rasulullah
pada petang hari, selepas sang nabi selesai menunaikan salat Maghrib.
Awalnya, Rasulullah
‘ragu’, namun Zainab meyakinkan bahwa domba panggang itu adalah hadiah, bukan
sedekah. Lalu Rasulullah menerima tanpa ada kecurigaan sedikit pun. Rasulullah
bersama para sahabat memakan domba panggang tersebut dengan lahap. Hingga ketika
hendak menyantap bagian paha depan, Rasulullah baru menyadari kalau hidangan
itu mengandung racun setelah melihat kaki domba. Riwayat lain menyebutkan bahwa
Rasulullah diberi tahu oleh tulang domba yang berada di tangannya (setelah
mendapatkan wahyu Allah) kalau makanan itu beracun.
Sontak saja
Rasulullah menyuruh para sahabat yang ikut makan domba panggang itu dibekam
untuk mengeluarkan racun. Namun demikian, insiden domba panggang beracun itu
menewaskan salah satu sahabat Rasulullah, Bisyr bin al-Barra’, meski ia sudah
dibekam.
Racun dalam peristiwa
domba panggang ini memiliki efek jangka panjang terhadap kesehatan Rasulullah.
Merujuk pada buku Sirah Nabawiyyah karangan Al-Mubarakfuri, Rasulullah
merasakan sakit yang sangat akibat racun dalam peristiwa Khaibar itu satu hari
sebelum hari wafatnya.
“Sekarang saatnya aku
merasakan terputusnya urat nadiku karena racun tersebut," kata Nabi
Muhammad saw. seperti diriwayatkan Imam Bukhari.
Setelah insiden
Zainab binti
al-Harits menjadi orang yang paling dicari setelah insiden domba panggang
beracun itu. Setidaknya ada tiga riwayat yang menceritakan keadaan Zainab
setelah insiden maut itu. Pertama, masuk Islam. Zainab langsung mengucapkan dua
kalimat syahadat setelah menyaksikan langsung bahwa Muhammad adalah benar-benar
Rasulullah (utusan Allah) dalam insiden domba panggang beracun itu. Hal ini
diceritakan oleh Imam al-Zuhri dan Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya Fath
al-Bari Syarh Shahih Bukhari.
Kedua, dimaafkan.
Banyak sahabat yang gregetan dan berniat untuk membunuh Zainab binti al-Harits
karena telah membunuh Bisyr bin al-Barra’ dan membahayakan nyawa Rasulullah.
Namun, Rasulullah melarang dan mencegah para sahabat untuk membunuh Zainab
sebagaimana yang tertera dalam hadist riwayat Muslim.
Ketiga, dibunuh. Di
riwayatkan bahwa Rasulullah menerapkan hukuman qishas (pembalasan yang sama)
kepada Zainab binti Zainab membunuh Bisyr bin al-Barra’, maka Zainab dibunuh
setelah keluarga Bisyr menuntut untuk diberlakukan hukum qishas.
Jika dicermati lebih dalam,
riwayat-riwayat tersebut tidak lah saling bertentangan, namun terjadi secara
berurutan (sequence). Pada saat Bisyr belum meninggal, Rasulullah memaafkan
Zainab. Namun ketika Bisyr meninggal akibat racun Zainab dan keluarganya
menginginkan untuk menerapkan hukuman qishas, maka Rasulullah memerintahkan
sahabatnya untuk menjalankan qishas. []
(A Muchlishon
Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar