Benarkah Nabi
Mengeksekusi Abi Sarah Penghina Al-Qur’an?
Biasanya para
orientalis dan para pembenci Islam mengedarkan berita tentang kebengisan dan
kekejaman Rasulullah. Tujuannya satu: mereka hendak membantah bahwa Rasulullah
itu welas asih dan rahmat bagi semesta alam. Sayangnya, di kalangan Muslim
sendiri juga banyak yang senang dengan berbagai kisah “seram” dan “kejam” yang
sebenarnya dapat mencederai keluhuran budi dan nama baik Rasulullah. Kita harus
membaca kisah semacam itu dengan kritis.
Saya pernah
mengkritisi tiga riwayat soal kisah pembunuhan terhadap penghina Nabi di sini.
Tadi pagi saya
dikirimi kisah lain oleh seorang pembaca mengenai Abi Sarah yang semula penulis
wahyu Nabi tapi kemudian mengubah wahyu yang Nabi terima dalam tulisannya dan
melecehkan Nabi serta kemudian murtad. Dalam kisah yang diedarkan ini disebut
Rasulullah mengeksekusi Abi Sarah saat Fathu Mekkah. Tentu diedarkannya cerita
ini untuk menunjukkan sikap tegas yang harus kita ambil terhadap penista
Al-Qur’an. Tapi benarkah kisahnya seperti itu? Pelacakan saya menunjukkan bahwa
kisah yang beredar itu tidak lengkap. Mari kita kaji bersama dan mengawalinya
dengan membaca shalawat kepada Baginda Rasul: allahumma shalli wa sallim wa barik
‘alaih.
Surat al-An’am: 93
Dan siapakah yang
lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang
berkata: “Telah diwahyukan kepada saya”, padahal tidak ada diwahyukan
sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: “Saya akan menurunkan seperti apa
yang diturunkan Allah”.
Tafsir al-Thabari
mengabarkan telah terjadi perbedaan pendapat siapa yang dimaksud dalam ayat di
atas. Sebagian mengatakan ayat itu ditujukan kepada Musailamah. Sebagian lagi
mengatakan ditujukan kepada Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarah. Kita fokus pada
nama terakhir. Al-Thabari mengutip dari riwayat Ikrimah bahwa Abi Sarah memang
sempat murtad tapi dia kembali memeluk Islam SEBELUM Fathu Makkah. Kalau
riwayat ini benar maka jelas bertentangan dengan kisah yang diedarkan bahwa
Rasul mengeksekusi Abi Sarah saat Fathu Makkah.
Kalaupun kita tolak
riwayat Ikrimah di atas, ada fakta menarik bahwa dalam Sunan Abi Dawud (hadits
nomor: 2308, 3792 dan 3793) dan Sunan al-Nasa’i (hadits nomor 4001) dikisahkan
bahwa Abi Sarah ini diampuni oleh Rasul SAAT Fathu Makkah atas permintaan
Utsman bin ‘Affan yang merupakan saudara sepersusuan Abi Sarah. Jadi, tidak
benar bahwa Abi Sarah dieksekusi saat Fathu Makkah, baik riwayat Ikrimah yang
dicantumkan dalam Tafsir al-Thabari maupun teks Hadits dalam kedua kitab Sunan
tersebut.
Cerita lebih lengkap
ada dalam Tafsir al-Qurtubi mengenai apa yang terjadi dengan Abi Sarah SETELAH
Fathu Makkah:
“Saat bai’atnya
diterima Rasul, Abi Sarah kembali memeluk Islam dan apa yang dia lakukan untuk
Islam sungguh luar biasa. Pada masa Khalifah Utsman, beliau diangkat menjadi
Gubernur Mesir pada tahun 25H. Abi Sarah menaklukkan Afrika tahun 27H dan Nuba
pada tahun 31H dan meneken perjanjian gencatan senjata yang berlaku sampai
sekarang. Abi Sarah menaklukkan Pasukan Romawi dalam pertempuran Sawari di
tahun 34H. Beliau tinggal di Asqalan sampai wafatnya Khalifah Utsman.”
“Ada juga yang mengatakan beliau menetap hingga wafatnya di Ramlah. Abi Sarah berdoa: ” Ya Allah jadikan shalat subuh ku sebagai amalan terakhirku. Dia berwudhu dan shalat. Pada rakaat pertama beliau baca surat al-Fatihah dan al-‘Adiyat, di rakaat kedua membaca al-Fatihah dan surat lainnya, lantas hendak mengakhiri shalatnya dengan mengucap salam ke kanan, dan beliau wafat sebelum mengucap salam ke kiri. Ini semua diriwayatkan oleh Yazid bin Abi Habib dan lainnya.”
“Abi Sarah memilih tidak ikutan konflik Ali dan Muawiyah. Beliau wafat sebelum masyarakat menyetujui Muawiyah menjadi khalifah. Riwayat berbeda mengenai wafatnya Abi Sarah, ada yang bilang di Afrika, tapi yang benar di Asqalan tahun 36 atau 37H”
Jadi, Abi Sarah ini
adalah contoh tokoh yang pernah dekat dengan Nabi bahkan sampai menjadi penulis
wahyu, tapi syetan menggelincirkannya hingga ia murtad, namun ia kembali masuk
Islam dan kemudian mengabdi pada agama Allah ini. Dengan demikian kisah yang
beredar dan dibroadcast kemana-mana mengenai Nabi mengeksekusi Abi Sarah
tidaklah benar. Kisahnya dipotong –entah kenapa.
Muhammadku, Rasulku,
kekasihku….adalah pribadi yang welas asih, tidak pendendam dan rahmat bagi
semesta. Kita harus bersihkan beliau SAW dari kisah-kisah yang bisa mencederai
keagungan akhlak beliau. Sungguh aneh kalau umat beliau SAW lebih senang
mengambil kisah “kejam” dan “seram” seolah dari beliau SAW ketimbang kisah dan
pelajaran tentang ketinggian akhlak beliau SAW.
Ya Allah…sudah
kutunaikan tugas ini untuk meluruskan kisah NabiMu. Semoga ini menjadi wasilah
bagi kami mendapatkan syafaat kelak di hari akhir. Amin Ya Allah. []
Nadirsyah Hosen, Rais
Syuriyah PCINU Australia – New Zealand
Tidak ada komentar:
Posting Komentar