Senin, 31 Desember 2018

(Buku of the Day) Oase Al-Qur'an: Pencerah Kehidupan


Penyegar Gersangnya Hati dan Pikiran


Judul               : Oase Al-Qur'an: Pencerah Kehidupan
Penulis             : KH Ahsin Sakho Muhammad
Penerbit           : Qaf
Cetakan           : I, Maret, 2018
ISBN               : 9786025547003
Tebal               : 267 halaman
Peresensi         : Syakir NF, santri Pondok Buntet Pesantren

Al-Qur'an merupakan samudera yang tak berdasar. Semakin kita menyelam, semakin kita meyakini kedalamannya. Tak salah jika orang berbeda memahaminya meskipun satu teks sama yang dibacanya. Sebab, beda sudut pandang akan melahirkan beda persepsi yang didapatkannya.

Di masing-masing kedalamannya, ia memiliki keindahan tersendiri. Maka, jika pun seseorang hanya mengerti dalam tataran permukaan, ia akan menikmati keindahan di atas permukannya. Lain halnya jika ia mampu menyelam dengan peralatan keilmuannya yang mumpuni, tentu ia akan mendapatkan keindahan yang berbeda dari sekadar permukaan.

Sebagai samudera, Al-Qur'an tak akan pernah habis dikuras airnya, tak berkurang jika diambil kandungannya. Ia terlalu kaya untuk dimanfaatkan oleh sekelompok manusia.

Bagi segenap masyarakat awam seperti peresensi, KH Ahsin Sakho Muhammad menjadikan bukunya sebagai kacamata yang mampu menembus kedalaman samudera. Kita yang hanya berkemampuan menikmati permukaan, dapat menikmati kedalaman Al-Qur'an melalui bukunya yang berjudul Oase Al-Qur'an: Pencerah Kehidupan.

Sebagaimana pencerah, buku ini mampu menerangi pandangan agar dapat melihat, setidaknya mengintip kandungan Al-Qur'an yang terdapat di dalam samudera tak terhingga itu. Dengan tema-tema tertentu, Kiai Ahsin menghadirkan intisari Al-Qur'an dengan tulisan yang tidak terlalu panjang di setiap babnya. Hal ini tidak membuat pembaca lekas bosan dan langsung mendapatkan pokok paling inti dari tema yang dibahasnya.

Buku ini mengarahkan kepada pemahaman dan penerapan Al-Qur'an dalam keseharian. Tema zikir dan tadabbur mendominasi buku ini. Kiai asal Cirebon itu menguraikan dalam bukunya, bahwa ada dua cara membaca Al-Qur'an, yakni tartil dengan tadabbur, dan tartil dengan cepat. Keduanya memiliki keistimewaan yang berebeda. Pertama, pahalanya tidak terlalu banyak, tetapi berbobot, sedangkan cara membaca kedua menghasilkan pahala banyak meskipun bobotnya tidak lebih baik dari pertama. Pemilihan diksi tadabbur pada buku ini mengindikasikan agar para pembaca lebih meresapi kandungan Al-Qur'an. Hal ini guna diterapkan dalam kesehariannya.

Karena tadabbur mendominasi, maka buku ini juga lebih banyak berisi cerita. Hal ini akan lebih meningkatkan kepekaan dalam menjalani kehidupan. Membaca cerita sama dengan melatih rasa. Dosen saya pernah mengatakan bahwa membaca sastra (baca juga: cerita) memberikan pengalaman tanpa harus mengalaminya sendiri. Artinya, dengan mengetahui kejadian tertentu, kita dapat belajar untuk bersikap atau bertindak seperti apa ketika hal yang sama kita alami sendiri.

Buku ini berisi Oase Qur'ani 101-200. Urutan 1-100 sudah disajikan pada buku sebelumnya, yakni Oase Al-Qur'an: Penyejuk Kehidupan yang terbit pada tahun 2016. Buku tersebut juga menghadirkan catatan-catatan khusus di beberapa halaman tertentu yang berlainan dari isi utamanya. Seolah hal ini menjadi bonus bagi para pembaca.

Di tengah kehidupan yang begitu gerah dan hati yang gersang akibat situasi politik dan problematika kebangsaan dan lingkungan, buku yang lahir dari seorang ahli di bidang Al-Qur'an ini benar-benar menjadi oase. Ia mampu memberikan penyegaran atas dahaga keimanan yang kerap kali terabaikan dan pikiran yang tak sadar mulai kehilangan nalar sehatnya. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar