Kisah Bani Salimah Ingin Pindah Rumah Dekat
Masjid Nabawi
Adalah Bani Salimah, sebuah keluarga yang
tinggal di salah satu ujung Kota Madinah. Mereka sangat ingin sekali untuk
selalu bisa shalat berjamaah di Masjid Nabawi bersama Rasulullah. Namun mereka
mengeluhkan jauhnya rumah mereka dari masjid sehingga cukup merepotkan bila
harus bolak-balik ke masjid dengan jarak yang cukup jauh.
Keinginan dan keadaan ini menjadikan Bani
Salimah berkeinginan berpindah rumah ke tempat yang lebih dekat dengan masjid.
Apalagi masih banyak tanah kosong di sekitaran Masjid Nabawi.
Kabar perihal keinginan pindah rumah ini
sampai ke telinga Rasulullah. Maka ketika bertemu dengan Bani Salimah beliau
mengonfirmasi kabar tersebut dan ketika mereka membenarkannya beliau
menitahkan, “Tetapilah rumah kalian, jejak kalian akan ditulis. Tetapilah rumah
kalian, jejak kalian akan ditulis.”
Mendengar titah Rasulullah ini Bani Salimah
berujar, “Tak ada yang menggembirakan kami untuk pindah rumah.” Ya, mereka tak
jadi pindah rumah.
Kisah ini banyak direkam oleh para ulama
hadits seperti Imam Bukhari, Muslim, Ahmad, Baihaki dan lainnya.
Imam Muslim sebagaimana dikutip oleh Imam
Nawawi dalam kitab Raudlatus Shâlihîn meriwayatkan kisah tersebut sebagai
berikut:
وعن
جابر رضي الله عنه قَالَ: خَلَت البِقاعُ حولَ المَسْجِدِ، فَأَرَادَ
بَنُو سَلمَةَ أَنْ يَنْتَقِلُوا قُرْبَ المَسْجِدِ، فَبَلَغَ ذَلِكَ النبي
صلى الله عليه وسلم فَقَالَ لَهُمْ: انه بَلَغَنِي أنَّكُم تُريدُونَ
أَنْ تَنْتَقِلُوا قُرْبَ المَسْجِدِ قالوا: نعم، يا رَسُول اللَّهِ، قَدْ
أرَدْنَا ذَلِكَ. فَقَالَ: بَنِي سَلِمَةَ دِيَارَكُم تُكْتَبْ آثارُكُمْ،
دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثارُكُمْ فقالوا: مَا يَسُرُّنَا أنَّا كُنَّا
تَحَوَّلْنَا
Artinya: Dari Jabir radliyallâhu ‘anhu ia
berkata, “Ada beberapa petak tanah yang kosong di sekitar masjid Nabawi. Maka
Bani Salimah berkeinginan untuk berpindah ke dekat masjid. Hal itu sampai
kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, maka kepada mereka beliau berkata,
“telah sampai kepadaku berita bahwa kalian ingin berpindah ke dekat masjid?”
Mereka menjawab, “Benar, wahai Rasulullah. Kami menginginkan itu.” Maka Rasul
bersabda, “Wahai Bani Salimah, tetapilah rumah kalian, akan dicatat jejak
kalian. Tetapilah rumah kalian, akan dicatat jejak kalian.” Mereka berkata,
“Tak ada yang membahagiakan kami untuk berpindah rumah.”
Demikianlah para sahabat Nabi, generasi
terbaik umat ini yang mesti menjadi teladan bagi umat masa kini. Dalam hadits
yang lain mereka berharap menjadi kaya bukan karena ingin menikmati hidup yang
penuh dengan kemewahan, namun karena dengan melimpahnya harta mereka bisa
bersedekah sesuka hati dan sebanyak-banyaknya. Dalam hadits ini mereka
berkeinginan berpindah rumah pun bukan karena jeleknya rumah yang mereka
tempati kemudian ingin membeli rumah baru yang lebih bagus dan megah. Keinginan
mereka untuk berpindah rumah ke dekat masjid termotivasi karena keinginan
ukhrawi bukan duniawi, yakni agar dapat selalu melaksanakan shalat berjamaah di
masjid bersama Rasulullah tanpa kesusahan dan kepayahan karena jauhnya jarak
yang harus ditempuh.
Adalah sebuah motivasi yang sangat baik.
Namun meski demikian mereka kemudian mengurungkan niatnya, tak jadi pindah
rumah. Pun juga karena motivasi ukhrawi yang bagi mereka dirasa lebih
menguntungkan. Ketika Rasulullah mengabarkan bahwa setiap langkah yang
ditapakkan dari rumah ke masjid akan ditulis sebagai pahala maka ini menjadi
motovasi yang kuat bagi para sahabat untuk mengurungkan niatan berpindah rumah
ke dekat masjid. Bagi mereka biarlah rumah mereka tetap jauh dari masjid,
asalkan setiap langkah yang mereka tapaki setiap kali pulang dan pergi ke masjid
dihitung ibadah dan berpahala di sisi Allah. Semakin jauh rumah dari masjid,
semakin banyak langkah kaki, semakin banyak pula tabungan pahala yang ditulis
dan didapatkan.
Kuatnya motivasi para sahabat nabi dalam
mendapatkan kebaikan ukhrawi ini juga ditunjukkan dalam sebuah hadits yang juga
diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dalam hadits ersebut Ubay bin Ka’b menceritakan
ada seorang sahabat yang rumahnya sangat jauh dari masjid Nabawi, tak ada yang
lebih jauh darinya. Namun demikian ia tak pernah melewatkan shalat berjamaah di
masjid. Seseorang menyarankan kepadanya untuk membeli seekor himar yang bisa ia
tunggangi ketika pergi ke masjid di waktu gelapnya malam dan di saat panas yang
terik. Atas saran ini sahabat tersebut berujar, “Aku tak merasa senang bila
rumahku ada di samping masjid. Aku ingin setiap langkahku ketika pergi ke
masjid dan ketika pulang ke rumah dicatat oleh Allah.” Mengetahui hal ini
Rasulullah bersabda, “Sungguh, Allah telah mengumpulkan semua itu untukmu.”
Membaca itu semua di manakah motivasi umat
masa kini dalam hal shalat berjamaah di masjid dibanding semangat para sahabat
yang begitu besar dalam meraih kenikmatan ukhrawi dan keridloan Allah yang
abadi. Melihat realita yang ada, mereka yang rumahnya dekat tak datang, yang
rumahnya jauh tak bertandang. []
(Yazid Muttaqin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar