Alasan Rasulullah
Menikahi Aisyah
Aisyah adalah
satu-satunya istri Rasulullah yang dinikahi dalam keadaan masih gadis. Ia
merupakan istri ketiga Rasulullah. Sebelumnya, istri Rasulullah yang pertama,
Khadijah wafat. Kemudian Rasulullah menikahi Saudah binti Zam’ah, seorang janda
berusia 30an tahun, sebelum akhirnya mempersunting Aisyah.
Aisyah merupakan
seorang putri dari pasangan Abu Bakar al-Siddiq dan Ummu Ruman. Jika nasabnya
ditelurusi hingga ke atas, maka nasab Aisyah bertemu Rasulullah yaitu pada
Murrah bin Ka’ab. Dalam struktur masyarakat Quraish, marga Ummahatul Mukminin
ini adalah Bani Taim.
Al-Husaini dalam buku
Baitun Nubuwwah, Rumah Tangga Nabi Muhammad saw. menyebutkan bahwa wanita marga
Bani Taim terkenal patuh, lemah lembut, dan dapat bergaul dengan baik.
Sementara kaum lelakinya dikenal berpikir cerdas, dermawan, jujur, dan
pemberani.
Humaira (pipinya yang
merona) merupakan julukan Aisyah. Ia adalah seorang perempuan yang memiliki
perangai yang sangat baik, berkulit putih, berparas elok, bermata besar,
berambut kriting, dan bertubuh langsing. Dan tentunya memiliki pipi yang merona
dan kemerah-merahan.
Ada banyak versi
terkait dengan usia Aisyah ketika dinikahi Rasulullah. Ada yang menyebut bahwa
usia Aisyah adalah 6 atau 7 tahun ketika dinikahi dan 10 tahun saat diajak
Rasulullah untuk tinggal satu rumah. Pendapat lain –yang didasarkan pada
riwayat Abdurrahman bin Abu Abi Zannad dan Ibnu Hajar al-Asqalani- menyebutkan
bahwa usia Aisyah ketika berumah tangga adalah 19 atau 20 tahun.
Terlepas dari itu
semua, Quraish Shihab dalam Membaca Sirah Nabi saw. dalam Sorotan Al-Qur’an dan
Hadis-hadis Shahih menyatakan bahwa tidak ada kritikan atau cemoohan dari
musuh-musuh Rasulullah tentang pernikahan Rasulullah dan Aisyah pada saat itu.
Namun anehnya, kritikan dan cemoohan itu –dengan tujuan melecehkan dan
mendiskreditkan Rasulullah- datang ratusan tahun setelah kejadian itu. Artinya,
seseorang yang sudah sepuh menikah dengan ‘perempuan muda’ adalah sesuatu yang
wajar dan lumrah terjadi pada zaman masyarakat waktu itu.
Rasulullah menikahi
Aisyah tepat pada bulan Syawwal tahun ke-10 kenabian di Makkah atau sekitar
tiga tahun setelah sang istri pertama, Khadijah binti Khuwailid, wafat. Mahar
yang diberikan Rasulullah untuk Aisyah sebesar 12 uqiyyah atau 400 dirham.
Lalu, apa yang
membuat Rasulullah mempersunting Aisyah? Padahal Rasulullah juga sudah menikahi
Saudah binti Zam’ah. Di sisi lain, sahabat Muth’im bin Adiy juga pernah
menanyakan kepada Abu Bakar akan mengawinkan Aisyah untuk anaknya, Jubair,
sebelum utusan Rasulullah menanyakan hal yang sama.
Dalam sebuah riwayat,
Aisyah pernah mengungkapkan bahwa alasan Rasulullah menikahinya adalah 'karena
mimpi.' Suatu ketika, Rasulullah bermimpi didatangi malaikat membawa Aisyah
dengan dibalut kain sutera. Malaikat tersebut mengatakan kepada Rasulullah
bahwa perempuan yang dibalut kain sutera tersebut adalah istrinya. Mimpi
Rasulullah ini berulang hingga tiga kali.
“Jika mimpi ini dari
Allah, tentu Dia akan mengabulkannya,” kata Rasulullah merespons ucapan
malaikat itu. Dan benar saja, akhirnya Allah mengabulkannya.
Sebelumnya, Abu Bakar
keberatan ketika Khaulah, utusan Rasulullah, datang untuk melamar Aisyah karena
Muth’im sudah datang terlebih dahulu. Namun, setelah mengetahui keburukan
keluarga Muth’im, Abu Bakar tidak lagi menghendaki anak lelaki Muth’im untuk
menikahi Aisyah. Walhasil, Abu Bakar mempersilahkan Rasulullah untuk menikahi
anaknya. []
(A Muchlishon
Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar