KHOTBAH JUM'AT
Lima Keistimewaan bagi Umat Islam di Bulan
Ramadhan
Khutbah I
اْلحَمْدُ
للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ
النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك
لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى
سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى
يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي
اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال
تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صَدَقَ
اللهُ العَظِيمْ
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Rasulullah ﷺ bersabda dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa umat Islam mendapatkan lima
keistimewaan dengan datangnya bulan Ramadhan sebagaimana beliau tegaskan
berikut ini:
أُعْطِيَتْ
أُمَّتِي خمسَ خِصَالٍ في رَمَضَانَ لَمْ تُعْطَهُنَّ أمَّةٌ من الأُمَمِ
قَبْلَهاَ
Artinya: “Di bulan Ramadhan umatku diberi
lima keistimewaan yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya.”
Kelima keistimewaan tersebut adalah sebagai
berikut:
Pertama,
خُلُوْفُ
فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ اْلمِسْكِ
Artinya: “Bau mulut orang yang berpuasa di
hadapan Allah lebih baik dari pada minyak misik.”
Secara jujur kita mengakui bahwa bau mulut
orang berpuasa tidak sedap. Hal ini terjadi karena produksi air liur dalam
mulut dan dalam saluran pencernaan berkurang sehingga menjadi lebih kering.
Akibatnya timbul halitosis atau bau mulut yang khas yang tak jauh berebeda
dengan ketika kita baru bangun tidur. Salah satu kiat untuk mengatasinya adalah
perbanyak konsumsi air putih selama berbuka hingga sahur. Kiat lain adalah
menggosok gigi sehabis sahur atau paling akhir sebelum masuk waktu dzuhur.
Setelah dzuhur, menggosok gigi ataupun siwak tidak dianjurkan karena hukumnya
makruh. Oleh karena itu setelah dzuhur bau mulut yang tak sedap itu tidak perlu
dirisaukan karena bagi Allah ﷻ bau seperti itu lebih
baik dari pada bau minyak misik.
Selain itu, perlu kta sadari bahwa bau mulut
yang tak sedap itu sesungguhnya memiliki hikmah atau manfaat tertentu.
Misalnya, bau itu menjadi salah satu pembeda antara orang berpuasa dengan yang
tidak berpuasa. Dengan bau seperti itu orang yang berpuasa akan cenderung lebih
banyak diam dari pada bicara yang tidak perlu. Apalagi berkata jorok atau
misuh-misuh, jelas hal seperti itu sangat tidak pantas keluar dari mulut orang
yang berpuasa karena hanya akan mengurangi kualitas ibadah puasanya.
Maka dengan bau tak sedap seperti itu
orang-orang berpuasa diharapkan dapat menyadari keadaanya sehingga bisa menjaga
mulutnya dengan baik dari kata-kata kotor, misalnya dengan memperbanyak tadarus
Al-Qur’an, membaca dzikir, istighfar, shalawat dan sebagainya. Dengan
memperbanyak ibadah lisan seperti itu sudah pasti bau tak sedap itu akan
mendapat perimbangan dan kemudian diganti oleh Allah dengan bau-bau wangi yang
bahkan lebih wangi dari pada minyak misik atau yang juga dikenal dengan minyak
kasturi yang berasal dari rusa jantan.
Kedua,
وَتَسْتَغْفرُ
لَهُمْ اْلمَلاَئِكَةُ حَتىَّ يُفْطِرُوْا
Artinya: “Orang-orang yang berpuasa semuanya
dimintakan ampunan oleh para malaikat hingga mereka berbuka.”
Keistimewaan kedua ini, menjadi keuntungan
besar bagi orang-orang yang berpuasa. Kita semua tahu bahwa malaikat adalah
makhluk yang tak kenal maksiat kepada Allah ﷻ sehingga doa-donya
mudah dikabulkan. Para malaikat itu dari saat imsak hingga berbuka senantiasa
memintakan ampunan kepada Allah ﷻ agar orang-orang
berpuasa diampuni dosa-dosanya. Sekali lagi ini merupakan keuntungan besar bagi
kita karena kita sendiri terkadang merasa was was apakah istighfar kita
diterima Allah ﷻ karena faktanya kita
sering megulang kesalahan atau dosa yang sama setelah berkali-kali memohon
ampun atas dosa-dosa yang sama.
Oleh karena itu sekali lagi di bulan puasa
ini kita mendapat anugerah yang luar biasa dimana para malaikat mendoakan
orang-orang yang berpuasa secara terus menerus dari saat imsak hingga saat
berbuka yang durasinya mencapai kira-kira 14 jam. Kita sendiri tak mampu
melakukan istighfar secara terus menerus hingga selama itu.
Ketiga,
وَتُصَفَّدُ
فِيْهِ مَرَدَّةُ الشَّياَطِيْنِ ، وَلاَ يُخْلِصُوْنَ فِيْهِ إِلَى مَا كاَنُوْا
يُخْلِصُوْنَ فِي غَيْرِه
Artinya: “Di bulan ini para setan dibelenggu
yang semuanya tidak bisa lepas seperti di bulan lainnya.”
Kita semua tentu merasakan di bulan Puasa
kita menjadi seperti malas untuk berbuat apa saja kecuali ibadah. Semangat kita
untuk beribadah meningkat dibandingkan dengan di.luar Ramadhan. Hal ini terjadi
karena setan-setan dibelenggu hingga selesainya Ramadhan. Ini semua merupakan
kemurahan Allah ﷻ dalam rangka memberi
kesempatan kepada kita untuk menambah pundi-pundi amal ibadah kita. Di luar
Ramadhan mungkin kita lebih banyak berpikir dan melakukan hal-hal yang bersifat
duniawi saja.
Dengan dibelenggunya setan-setan di bulan
Ramadhan, maka secara teori setidaknya kemaksiatan bisa ditekan
serendah-rendahnya. Kemaksiatan-kemaksiatan yang ada tentu sulit dikaitkan
dengan keterlibatan setan. Mereka alibi dalam hal ini. Jika demikian halnya,
maka kemaksiatan-kemaksiatan itu timbul karena kesalahan kita yang tidak mampu
mengendalikan nafsu yang ada dalam diri kita sendiri.
Keempat,
وَيُزَيِّنُ
اللهُ لَهُمْ كُلَّ يَوْمٍ جَنَّتَهُ، ثُمَّ يَقُوْلُ : يُوْشِكُ عِبَادِيْ
الصَّائِمُوْنَ أَنْ يُلْقُوْا عَنْهُمْ الْمَئُونَةَ وَاْلأَذَى وَيَصِيْرُوْنَ
إِلَيْكَ.
Artinya: “Setiap hari di bulan Ramadhan Allah
memperindah surga untuk orang-orang yang berpuasa. Kemudian Allah berfirman:
“Para hamba-Ku yang melakukan puasa hampir menemukan hasil dan jerih payahnya
hingga sampai kepadamu (wahai surga).”
Keistimewaan keempat ini dimana Allah
menghiasai surga dengan indahnya untuk menyambut para hamba-Nya yang berpuasa
menunjukkan bahwa ibadah puasa memiliki nilai spiritualitas yang sangat tinggi.
Kepada surga Allah berfirman, “Para hamba-Ku yang berpuasa hampir menemukan
hasil dari jerih payahnya hingga sampai kepadamu.” Kalimat ini mengandung arti
bahwa tak ada balasan bagi orang-orang berpuasa kecuali surga karena ibadah
puasa memang untuk Allah sehingga Allah sendiri yang akan membalasnya
sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari:
كُلُّ
عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
Artinya: “Semua amal manusia adalah miliknya,
kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah milik-Ku dan Aku yang akan memberikan
balasannya.”
Hadits tersebut mengungkapkan bahwa ibadah
puasa urusannya dengan Allah ﷻ. Allah yang memerintahkan, Dia pula yang mengatur segala
sesuatunya. Tidak ada orang sakit atau bahkan mati karena puasa. Justru yang
terjadi orang bisa sakit atau bahkan mati karena makan terlalu banyak atau over
dosis. Manfaat puasa juga diakui oleh dunia kedokteran yang dikenal dengan
puasa medis selama waktu tertentu sebelum seorang pasien menjalani pemeriksaan darah
di sebuah laboratorium.
Kelima,
وَيَغْفِرُ
لَهُمْ فِيْ آخِرِ لَيْلَةٍ ، قِيْلَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ : اَهِيَ لَيْلَةُ
اْلقَدَرِ ؟ ، قَالَ : لاَ ، وَلَكِنَّ الْعَامِلَ إِنَّمَا يُوَفَّى
أَجْرُهُ إِذَا قَضَى عَمَلَهُ
Artinya: “Dan di akhir malam bulan Ramadhan
Allah memberikan ampunan. Kemudian Rasul ﷺ. ditanya apakah itu malam Lailatul Qodar? Beliau. menjawab:
“Bukan, hanya saja bagi orang yang beramal maka akan mendapatkan pahala ketika
sudah usai mengerjakannya.”
Dalam keistimewaan kelima ini, Allah
mengampuni orang-orang berpuasa pada setiap akhir malam, dan itu bukan
merupakan lailatul qadar. Lailatul qadar adalah satu hal dan ampunan Allah pada
setiap akhir malam di bulan Ramadhan merupakan hal lainnya. Artinya Orang-orang
berpuasa berhak mendapatkan ampunan sebagai imbalan ibadahnya kepada
Allah ﷻ.
Sedangkan Lailatul qadar diberikan kepada orang-orang tertentu sesuai dengan
pilihan Allah sendiri. Maka beruntunglah mereka yang selain mendapatkan ampunan
dari Allah tetapi juga mendapatkan kebaikan lailatul qadar yang nilainya lebih
tinggi dari pada kebaikan seribu bulan.
Jika keistimewaan kelima ini dihubungkan
dengan keistimewaan kedua diatas, yakni Malaikat memintakan ampunan kepada
Allah untuk orang-orang yang berpuasa, maka menjadi klop dan jelas bahwa
orang-orang berpuasa diampuni dosa-dosanya sebagaimana juga disabdakan
Rasulullah ﷺ dalam hadits beliau
yang diriwayatkan dari Abi Hurairah:
مَنْ صَامَ
رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barang siapa menjalankan ibadah
puasa di bulan Ramadhan semata-mata karena Allah dan mengharap ganjaran dari
pada-Nya, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lewat.”
Kelima hal diatas sebagaimana telah diuraikan
merupakan keistimewaan bulan Ramadhan yang hanya diberikan kepada umat Nabi
Muhammad ﷺ.
Kita bersyukur bahwa kita semua menjadi umat beliau. Untuk itu semoga
kita semua dapat menjalankan ibadah puasa tahun ini dan tahun-tahun berikutnya
dengan sebaik-baiknya sehingga kelima keistimewaan diatas dapat kita raih
seluruhnya. Amin ya rabbal alamin.
جَعَلَنا
اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ
عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
باَرَكَ
اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ
وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ
رَحِيْمٌ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ
وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا
وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ
ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam
Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar