Penceramah yang Memaki Khalifah Al-Ma’mun
Sejak dahulu kala selalu ada saja orang yang
melontarkan kritik pedas kepada orang yang sedang berkuasa dan membuat murka
orang-orang di sekitarnya. Bayangkan, seorang manusia suci, Nabi Muhammad
shalla Allahu 'alaihi wa sallama saat membagi ghanimah (harta rampasan perang)
saja pernah dengan cara tidak santun diminta untuk bersikap adil oleh Abdullah
bin Dzi al-Khuwaishirah. Sehingga membuat sahabat dan pengikut setia beliau,
Sayyiduna Umar bin al-Khaththab naik darah dan meminta izin agar diperkenankan untuk
memenggalnya. Tetapi beliau mencegah dan meredakan amarahnya.
Ada sebagian dari para penceramah agama di
masjid-masjid atau di jalan-jalan raya atau di tempat lainnya di hadapan para
pengagumnya-- tentu dengan niatnya masing-masing--seringkali juga secara
vulgar, bahkan ada yang sangat tidak santun, menghardik, memaki-maki, melaknati
dan meluapkan amarah hingga kalap plus kehilangan akal sehat saat menyampaikan
kritiknya kepada pemerintah yang sedang berkuasa.
Lihatlah wajah-wajah beringas segerombolan
orang yang berdemo berkumpul membakar-bakar ban bekas dan sebagainya, dan lalu
api disertai asap gelap mengepul di sana sini. Dengarlah mereka yang
berteriak-teriak histeris dan berulangkali memekikkan takbir membawa-bawa nama
Tuhan demi menyuarakan berbagai tuntutan yang kadang tidak rasional.
Semua itu mereka lakukan tiada lain untuk
menuntut sebanyak mungkin hak-hak mereka sebagai rakyat atau mungkin mereka
sedang "berjihad" melawan ketidakadilan pemerintah yang sedang
berkuasa. Adapun kewajiban-kewajiban mereka sebagai rakyat terhadap pemerintah,
seperti kewajiban untuk menaatinya dan lain-lain mereka lupakan.
Di negeri manakah ada pemerintahan yang
dengan sempurna mampu memenuhi keinginan seluruh rakyatnya?
Dahulu kala, pada era Khalifah al-Ma'mun bin
Harun al-Rasyid (wafat tahun 833 M) dari Bani Abbasiyyah pada suatu hari ada
seorang penceramah agama yang menyampaikan kritik sangat keras kepadanya. Ia
memanggil al-Ma'mun,
يا
ظالم يا فاجر !
"Hai zalim, wahai pendosa..!"
Al-Ma'mun bin Harun al-Rasyid adalah seorang
yang mampu memahami dan bersikap santun, sehingga ia tidak mengganjar
penceramah tersebut dengan hukuman. Sebaliknya ia berkata kepadanya,
يا
هذا ارفق فإن الله بعث من هو خير منك إلى من هو شر مني وأمره بالرفق بعث موسى
وهارون وهما خير منك إلى فرعون وهو شر مني
"Hai (engkau) ini bersikap lembutlah,
sesungguhnya Allah telah mengutus sebelummu seorang utusan yang lebih baik
darimu kepada orang yang ia lebih buruk dariku. Sedangkan Allah
memerintahkannya untuk bersikap lemah lembut. Allah telah mengutus Nabi Musa
dan Nabi Harun 'alaihima al-salam yang mereka berdua itu lebih baik darimu
kepada Fir'aun yang dia lebih buruk dariku. Allah berfirman kepada Nabi Musa
dan Nabi Harun 'alaihima al-salam,
إذهبا
إلى فرعون إنه طغى فقولا له قولا لينا لعله يتذكر أو يخشى ( طه : ٤٣-٤٤ )
"
Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun,
sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka, berbicaralah kamu berdua
kepadanya dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat
(keagungan Allah Ta'ala) atau (ia) takut." ( Qs. Thaha: 43, 44 ).
[]
KH Ahmad Ishomuddin, Rais Syuriyah PBNU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar