KHOTBAH JUM'AT
Memaknai Berkah Bulan Rajab
Khutbah I
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانِ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلِ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:
يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Suatu hari Rasulullah bersama sahabatnya
mendapati situasi krisis air. Hingga waktu shalat Ashar tiba, mereka yang
berikhtiar mencarinya di berbagai tempat tidak berhasil memperolehnya. Air yang
tersedia hanyalah air sisa yang jumlahnya tak banyak.
Dalam situasi tersebut, Nabi melakukan
sesuatu yang membuat orang tercengang. Rasulullah memasukkan tangan beliau ke
dalam air sisa yang berada dalam sebuah wadah itu dan berseru kepada para
sahabatnya, "Ayo mulailah berwudhu. Barakah datang dari Allah."
Para sahabat menyaksikan di sela-sela jari
Nabi memancar air. Para sahabat tak hanya bisa wudhu dengan sempurna, tapi juga
menghilangkan rasa haus karena air juga bisa diminum. Kisah ini bisa kita
temukan dalam 'Umdatul Qari' Syarah Shahih Bukhari.
Yang menarik dari cerita tadi adalah
kata-kata Rasulullah tentang "al-barakah mina-Llâh". Kisah
tersebut menunjukkan bahwa berkah bersumber dari Allah, bukan manusia, air,
pohon, matahari, atau lainnya. Meskipun, objek yang diberkahi itu bisa apa
saja, termasuk air dan jemari Nabi. Krisis air bukan halangan bagi para sahabat
untuk beribadah, bahkan mereka bisa sekaligus menyaksikan mukjizat Nabi yang
tentu kian meningkatkan keteguhan iman mereka.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Dalam Lisanul Arab,
"barakah" dimaknai sebagai an-mâ' waz ziyâdah, tumbuh dan
bertambah. Sebagian ulama merinci lagi bahwa berkah adalah bertambahnya
kebaikan (ziyâdaatul khair). Kebaikan yang dimaksud tentu bukan kenikmatan
duniawi, melainkan tingkat kesadaran kita kepada Allah, taqarrub ilallah.
Berkah dengan demikian tidak terkait dengan
banyak atau sedikitnya harta benda. Orang yang kaya raya bisa jadi tidak
mendapat keberkahan hidup ketika harta bendanya justru membuatnya merasa perlu
dihormati, merendahkan orang miskin, berfoya-foya, atau untuk aktivitas
maksiat. Sebaliknya, kemiskinan bisa mendatangkan berkah saat hal itu
melatihnya bersabar, mensyukuri nikmat, atau bersikap baik kepada tetangga.
Berkah juga tidak harus berhubungan dengan
kesehatan. Sebab, kondisi sakit pun kadang bisa membuat orang instrospeksi diri
(muhasabah), tobat, dzikir, dan mengingat-ingat hak-hak orang lain yang
mungkin ia langgar. Meskipun, sakit pun juga bisa berbuah malapetaka ketika
seseorang justru lebih banyak mengeluh, mencibir karunia Allah, atau melakukan
sesuatu yang melampaui batas.
Tempat yang berkah tak mesti subur, sejuk,
atau yang pemandangannya indah. Buktinya Allah memberi keistimewaan kepada
tanah Makkah yang gersang. Begitu pula dengan waktu. Waktu yang berkah belum
tentu saat-saat hari raya atau hari berkabung. Tapi keberkahan waktu itu datang
manakala segenap peristiwa di dalamnya membuat kita sekain dekat dengan Allah.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Terkait dengan berkah atau barokah,
Rasulullah memberi teladan kepada umatnya untuk memanjatkan doa ketika
memasuki bulan Rajab:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Duhai Allah, berkahilah kami pada bulan
Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadlan.” (Lihat
Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Adzkâr, Penerbit Darul
Hadits, Kairo, Mesir)
Bulan Rajab merupakan salah satu bulan haram,
artinya bulan yang dimuliakan. Dalam Islam, terdapat empat bulan haram di
luar Ramadhan, yakni Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Saat tiba
waktu Rajab, yang Rasulullah minta adalah keberkahan bulan ini, lalu keberkahan
bulan Sya’ban, hingga ia dipertemukan dengan bulan suci Ramadhan.
Saat bulan Rajab tiba, Rasulullah tidak
memohon kekayaan, kesehatan, atau kenikmatan duniawi secara khusus. Beliau
berdoa agar dilimpahi keberkahan di bulan Rajab dan Sya’ban seiring dengan
menyongsong bulan Ramadhan. Secara tidak langsung, doa ini adalah permohonan
panjang umur. Tentu saja bukan sekadar usia panjang, tetapi usia yang
bermanfaat untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Inti dari berkah adalah peningkatan taqarrub
kita kepada Allah, sehingga kepribadian kita diliputi oleh sifat-sifat yang
mencerminkan perintah Allah: jujur, adil, rendah hati, peduli sesama,
penyayang, tidak serakah, tidak gemar menggunjing atau menghakimi orang lain,
dan lain sebagainya. Kita juga semakin rajin memaknai setiap aktivitas kita
atas dasar nilai ibadah. Bekerja untuk menafkahi keluarga karena Allah, ikut
kerja bakti tingkat RT karena Allah, bertegur sapa dengan tetangga karena
Allah, dan seterusnya.
Apakah kita tak boleh berdoa memohon harta
atau kesehatan di bulan Rajab ini? Tentu saja boleh. Hanya saja, yang lebih
penting dari banyaknya kekayaan dan kesehatan adalah berkah, yakni suatu
kondisi yang mampu menambah ketaatan kita kepada Allah subhanahu wata’ala.
Diterangkan dalam Shahih Bukhari, Rasulullah
sendiri pernah mendoakan sahabatnya, Anas dengan pernyataan:
اللَّهُمَّ أكْثِرْ مَالَهُ، وَوَلَدَهُ، وَبَارِكَ لَهُ فِيمَا أعْطَيْتَهُ
Artinya: “Ya Allah perbanyaklah harta dan
anaknya serta berkahilah karunia yang Engkau berikan kepadanya.”
Kata berkah di sini merupakan kunci dari
segenap nikmat lahiriah. Dengan keberkahan seseorang tidak hanya kaya harta
tapi juga kaya hati: merasa cukup, bersyukur, dan tidak tamak; tidak hanya
mementingkan kuantitas anak, tapi juga kualitasnya yang shalih, cerdas, dan
berakhlak.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Dari uraian ini jelas bahwa bulan Rajab
menjadi berkah tatkala ada perkembangan dalam diri kita terkait kedekatan dan
ketaatan kita kepada Allah. Ketika keberkahan itu datang, secara otomatis
kualitas kepribadian kita pun meningkat, baik dalam kondisi sulit maupun
lapang, sehat maupun sakit, punya banyak utang maupun dilimpahi
keuntungan.
Keberkahan di bulan Rajab dan Sya'ban ini
penting mengingat kita akan menghadapi bulan Ramadhan, bulan yang jauh lebih
mulia dan berlimpah keutamaan. Semoga kita menjadi pribadi-pribadi yang senantiasa
diberkahi, senantiasa diberi petunjuk, dan dipanjangkan umurnya hingga bisa
menjumpai Ramadhan. Wallahu a'lam.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar