Getaran Doa Kiai
Badrun
Pada bulan September
tahun 2002, setahun setelah Peristiwa 11 September 2001, sebanyak 25 pesantren
dari berbagai daerah di Indonesia mendapatkan undangan dari State Department
(Kemenlu-nya pemerintah Amerika Serikat) untuk mengikuti Indonesia Pesantren Leader
Program di negara Paman Sam, tepatnya di kota Amherst, negara bagian
Massachusetts. Para peserta adalah para pimpinan pesantren atau seorang guru
yang ditunjuk mewakilinya mengikuti program itu.
Bahasa pengantar yang
dipergunakan dalam kegiatan yang berlangsung selama hampir satu bulan itu tentu
saja bahasa Inggris. Tetapi kemampuan berbahasa Inggris yang baik bagi peserta
tidak menjadi persyaratan karena dalam setiap kegiatan yang bersifat
resmi selalu disediakan seorang penerjemah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Dengan kata lain, tidak menjadi persoalan seseorang yang tidak bisa
berbahasa Inggris mengikuti program ini.
Salah seorang kiai
dari sebuah pesantren – sebut saja Kiai Badrun – merupakan salah seorang
peserta pogram ini yang kebetulan tidak bisa berbahasa Inggris. Beliau hanya
menguasi satu bahasa asing saja, yakni bahasa Arab. Hal ini diakui
sendiri oleh Kiai Badrun. Namun demikian Kiai Badrun berharap tidak akan
menemukan kesulitan apa-apa selama di Amerika.
Asyik Belanja di Mall
Sore itu di minggu
terkahir selama program berjalan, beberapa peserta termasuk Kiai Badrun,
sudah mulai memikirkan oleh-oleh untuk keluarga dan kolega. Bersama 4
orang temannya, Kiai Badrun memanfaatkan waktu luang untuk shopping di mall
terbesar di pinggiran kota Amherst. Mereka naik bus kota gratis menuju mall
tersebut.
Sesampai di tempat
tujuan, mereka berpencar untuk berbelanja barang-barang sesuai kebutuhan
masing-masing. Di dalam mall, Kiai Badrun keasyikan memilih barang-barang lalu
memasukkannya ke dalam trolley.
Saking asyiknya, Kiai
Badrun lupa waktu sudah berapa lama beliau berada dalam mall. Beliau juga lupa
keempat temannya yang juga berbelanja di mall itu. Bahkan beliau juga
lupa bahwa beliau sedang di Amerika di mana kemampuan bahasa Inggrisnya
yang tidak memadai bisa membuatnya dalam kesulitan.
Ketika Kiai Badrun
tiba-tiba menyadari semua hal diatas, beliau segera mengakhiri shopping-nya dan
segera menuju kasir untuk membayar. Beliau segera mencari teman-temannya kesana
kemari, namun tak seorangpun beliau temukan. Beliau yakin mereka sudah kembali
ke apartemen.
Kiai Badrun mulai
kebingungan bagaimana bisa pulang ke apatemen sementara beliau tidak tahu jalan
mencapai ke sana. Di mana alamatnya beliau juga tidak tahu. Beliau tidak bisa
mengomunikasikan masalahnya dalam bahasa yang bisa dipahami orang-orang
Amerika.
Dalam keadaan seperti
itu, Kiai Badrun mencoba menenangkan diri dengan duduk di depan mall sambil
mengamankan barang-barangnya. Tidak ada yang bisa beliau lakukan di tempat itu
kecuali berserah diri kepada Allah SWT sambil terus melafalkan doa-doa memohon
pertolongan dan keselamatan.
Saking semangatnya,
beliau melafalkan semua doa yang beliau hafal, dari yang pendek hingga
yang panjang tanpa mempedulikan apakah doa itu relevan atau tidak dengan
masalah yang sedang beliau hadapi. Beliau sempat melafalkan doa yang biasa
dibaca ketika hendak memasuki toilet. “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari godaan setan laki-laki dan perempaun.”
Getaran Doa
Allah SWT berfirman
dalam Surah Al Mukmin, ayat 60, “Berdoalah kepada-Ku, Aku akan
mengabulkannnya.” Kiai Badrun sangat yakin akan kebenaran firman Allah ini.
Keyakinan itu benar-benar terbukti ketika tiba-tiba salah seorang dari keempat
temannya, Kiai Najib, tergetar hati dan kesadarannya bahwa Kiai Badrun tidak
bersama rombongan di dalam bus kota yang sudah menempuh setengah perjalanan
menuju apartemen.
“Mana Kiai Badrun?”
Tanya Kiai Najib tiba-tiba kepada ketiga temannya dengan wajah kecemasan.
Kesemua kiai itu
tidak menemukan Kiai Badrun ada bersama rombongan di dalam bus. Mereka yakin
Kiai Badrun masih di Mall dan dalam kesulitan. Mereka sepakat turun dari bus
dan berganti bus lain kembali ke mall.
“Kasihan Kiai
Badrun”, kata Kiai Zarkasyi yang diiyakan Kiai Faruq.
Benar. Keaadan Kiai
Badrun di depan mall sudah cukup memelas. Wajahnya pucat pasi, duduk sendirian
di sana. Tetapi begitu terlihat dari kejauhan beberapa laki-laki mengenakan
peci sedang berjalan kaki menuju Mall, Kiai Badrun mulai yakin doanya
terkabul.
“Alhamdulillah...,”
kata Kiai Badrun sambil memeluk Kiai Najib. “Syukran, jazakumullah...!” []
Muhammad Ishom, dosen
Fakultas Agama Islam Univeristas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar