Kamis, 05 April 2018

(Buku of the Day) Oase Al-Qur’an: Penyejuk Kehidupan


Cara Mudah Memahami Intisari Al-Qur’an


Judul                : Oase Al-Qur’an: Penyejuk Kehidupan
Penulis             : Dr KH Ahsin Sakho Muhammad
Penerbit            : Qaf
Cetakan            : 1, 2016
ISBN                 : 978-602-1337-35-6
Tebal                : 346 Halaman
Peresensi          : Saiful Fawait, Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Sumenep, Jawa Timur.

Bagi sebagian orang, memahami kandungan al-Qur’an masih terasa sulit dan bahkan tidak tahu sama sekali. Islam menganjurkan dan mewajibkan umatnya untuk mengamalkan pesan yang terkandung dalam al-Qur’an, tapi bagaimana cara umatnya untuk menyerap pesan-pesan al-Qur’an, sedang mereka tidak mempunyai kemampuan dan keahlian, tidak pernah mengenal ilmu-ilmu alat (nahwu-sharraf) sebagai pintu masuk untuk membuka pemahaman tentang al-Qur’an.
           
Untung saja ada terjemahan al-Qur’an versi bahasa Indonesia, sehingga sebagian orang bisa membaca arti al-Qur’an walaupun tidak sampai pada pemahaman secara terperinci. Ahsin Sakho Muhammad, seorang pakar dalam bidang ilmu-ilmu al-Qur’an mencoba membantu para penyuka al-Qur’an agar mereka lebih mengerti dan paham tentang kandungan al-Qur’an lewat bukunya yang berjudul Oase Al-Qur’an: Penyejuk Kehidupan.
           
Dalam buku ini dijelaskan tentang kreteria, kelompok, dan golongan orang-orang yang disayang Allah, benar-benar menjadi hamba-Nya yang memperoleh kebahagiaan dunia-akhirat. Pada surah al-Ahzab ayat 35 misalnya, di sana tertera 10 kelompok yang akan mendapat ampunan dan berhak memegang tiket ke surga. Di antaranya adalah orang yang senang bersedekah kepada yang membutuhkan, ikhlas karena Allah tanpa mengharap pujian dan balasan. Kelompok lain yang mempunyai tiket ke surga adalah mereka yang gemar berpuasa, baik puasa sunnah dan apalagi puasa wajib (halaman 46).
           
Sikap kedua kelompok tersebut selayaknya memang harus tertanam dalam diri setiap Muslim. Keduanya mencakup hubungan horizontal dengan sesama dan hubungan vertikal dengan Allah. Menolong sesama, terutama kepada para kerabat dan tetangga sekitar, merupakan salah satu langkah yang sangat baik untuk menciptakan kehidupan yang harmonis, damai, dan sejahtera. 

Orang-orang yang sering menolong dan membantu tetangga dekatnya akan lebih disenangi dari pada mereka yang enggan mengulurkan tangan. Penilaian dan respons masyarakat pun akan berbeda, sehingga orang yang suka menolong dan hidup bersosial bisa dikatakan mempunyai peluang untuk hidup lebih nyaman di tengah-tengah masyarakat di bandingkan mereka yang hidup secara individualis.
           
Begitupun dengan orang-orang yang berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya, mereka juga mempunyai peluang untuk hidup bahagia di alam akhirat kelak. Mendekatkan diri kepada Allah bisa ditempuh dengan berbagai hal, salah satunya bisa dengan memperbanyak puasa sunnah seperti yang dilakukan oleh para sufi. Menurut sebagian sufi, puasa yang dilakukan secara terus-menerus pada akhirnya akan dapat menghilangkan nafsu yang jelek, yang ada hanyalah kesucian hati dan kejernihan pikiran. Jika sudah demikian, kebahagiaan itu tidak hanya terjadi di akhirat kelak, tetapi sudah mulai hadir sejak di dunia.

Kedua sikap terpuji di atas juga tertera dalam surah al-Baqarah ayat 1-5, di sana dijelaskan tentang lima sifat yang mencakup hubungan kita dengan Allah, dan hubungan kita terhadap sesama. Pertama, aspek akidah (iman terhadap hal-hal gaib, kitab-kitab suci, dan hari akhir); kedua, syariah (hubungan vertikal dengan Allah [shalat] dan hubungan horizontal dengan sesama [infak]).

Aspek akidah dan syariah yang tercantum dalam surah al-Baqarah: 1-5 ini oleh penulis disebut sebagai inti ajaran Islam (halaman 32). Siapapun yang berhasil melaksanakan kedua aspek tersebut dengan baik dan ikhlas, ia mempunyai peluang untuk menjadi hamba Allah yang akan hidup bahagia, baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam buku ini kita akan menemukan beberapa potongan ayat yang bisa menenteramkan suasana hati, menjernihkan pikiran, serta menyejukkan kehidupan. Kita diajak untuk menjadi seorang mukmin yang cerdas secara mental, sosial, moral, dan spiritual, sehingga bisa menyejukkan hati sendiri maupun orang lain. 

Setiap bab hanya berisi satu pokok bahasan, yang didahului dengan beberapa potongan ayat al-Qur’an dan kemudian diberi poin-poin penting yang dikandung oleh ayat tersebut. Poin-poin tersebut tidak terlalu panjang, ringkas, dan padat, langsung pada inti maksud dari ayat yang bersangkutan, sehingga hal demikian tidak terlalu membingungkan bagi mereka yang awam dalam bidang ilmu-ilmu al-Qur’an. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar