Cara Mudah Memahami
Intisari Al-Qur’an
Judul
: Oase Al-Qur’an: Penyejuk Kehidupan
Penulis
: Dr KH
Ahsin Sakho Muhammad
Penerbit
: Qaf
Cetakan
: 1, 2016
ISBN
: 978-602-1337-35-6
Tebal
: 346 Halaman
Peresensi
: Saiful Fawait, Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Sumenep,
Jawa Timur.
Bagi sebagian orang,
memahami kandungan al-Qur’an masih terasa sulit dan bahkan tidak tahu sama
sekali. Islam menganjurkan dan mewajibkan umatnya untuk mengamalkan pesan yang
terkandung dalam al-Qur’an, tapi bagaimana cara umatnya untuk menyerap pesan-pesan
al-Qur’an, sedang mereka tidak mempunyai kemampuan dan keahlian, tidak pernah
mengenal ilmu-ilmu alat (nahwu-sharraf) sebagai pintu masuk untuk membuka
pemahaman tentang al-Qur’an.
Untung saja ada
terjemahan al-Qur’an versi bahasa Indonesia, sehingga sebagian orang bisa
membaca arti al-Qur’an walaupun tidak sampai pada pemahaman secara terperinci.
Ahsin Sakho Muhammad, seorang pakar dalam bidang ilmu-ilmu al-Qur’an mencoba
membantu para penyuka al-Qur’an agar mereka lebih mengerti dan paham tentang
kandungan al-Qur’an lewat bukunya yang berjudul Oase Al-Qur’an: Penyejuk
Kehidupan.
Dalam buku ini
dijelaskan tentang kreteria, kelompok, dan golongan orang-orang yang disayang
Allah, benar-benar menjadi hamba-Nya yang memperoleh kebahagiaan dunia-akhirat.
Pada surah al-Ahzab ayat 35 misalnya, di sana tertera 10 kelompok yang akan
mendapat ampunan dan berhak memegang tiket ke surga. Di antaranya adalah orang
yang senang bersedekah kepada yang membutuhkan, ikhlas karena Allah tanpa mengharap
pujian dan balasan. Kelompok lain yang mempunyai tiket ke surga adalah mereka
yang gemar berpuasa, baik puasa sunnah dan apalagi puasa wajib (halaman 46).
Sikap kedua kelompok
tersebut selayaknya memang harus tertanam dalam diri setiap Muslim. Keduanya
mencakup hubungan horizontal dengan sesama dan hubungan vertikal dengan Allah.
Menolong sesama, terutama kepada para kerabat dan tetangga sekitar, merupakan
salah satu langkah yang sangat baik untuk menciptakan kehidupan yang harmonis,
damai, dan sejahtera.
Orang-orang yang
sering menolong dan membantu tetangga dekatnya akan lebih disenangi dari pada
mereka yang enggan mengulurkan tangan. Penilaian dan respons masyarakat pun
akan berbeda, sehingga orang yang suka menolong dan hidup bersosial bisa
dikatakan mempunyai peluang untuk hidup lebih nyaman di tengah-tengah
masyarakat di bandingkan mereka yang hidup secara individualis.
Begitupun dengan
orang-orang yang berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya, mereka juga
mempunyai peluang untuk hidup bahagia di alam akhirat kelak. Mendekatkan diri
kepada Allah bisa ditempuh dengan berbagai hal, salah satunya bisa dengan
memperbanyak puasa sunnah seperti yang dilakukan oleh para sufi. Menurut
sebagian sufi, puasa yang dilakukan secara terus-menerus pada akhirnya akan
dapat menghilangkan nafsu yang jelek, yang ada hanyalah kesucian hati dan
kejernihan pikiran. Jika sudah demikian, kebahagiaan itu tidak hanya terjadi di
akhirat kelak, tetapi sudah mulai hadir sejak di dunia.
Kedua sikap terpuji
di atas juga tertera dalam surah al-Baqarah ayat 1-5, di sana dijelaskan
tentang lima sifat yang mencakup hubungan kita dengan Allah, dan hubungan kita
terhadap sesama. Pertama, aspek akidah (iman terhadap hal-hal gaib, kitab-kitab
suci, dan hari akhir); kedua, syariah (hubungan vertikal dengan Allah [shalat]
dan hubungan horizontal dengan sesama [infak]).
Aspek akidah dan
syariah yang tercantum dalam surah al-Baqarah: 1-5 ini oleh penulis disebut
sebagai inti ajaran Islam (halaman 32). Siapapun yang berhasil melaksanakan
kedua aspek tersebut dengan baik dan ikhlas, ia mempunyai peluang untuk menjadi
hamba Allah yang akan hidup bahagia, baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam buku ini kita
akan menemukan beberapa potongan ayat yang bisa menenteramkan suasana hati,
menjernihkan pikiran, serta menyejukkan kehidupan. Kita diajak untuk menjadi
seorang mukmin yang cerdas secara mental, sosial, moral, dan spiritual,
sehingga bisa menyejukkan hati sendiri maupun orang lain.
Setiap bab hanya
berisi satu pokok bahasan, yang didahului dengan beberapa potongan ayat
al-Qur’an dan kemudian diberi poin-poin penting yang dikandung oleh ayat
tersebut. Poin-poin tersebut tidak terlalu panjang, ringkas, dan padat,
langsung pada inti maksud dari ayat yang bersangkutan, sehingga hal demikian
tidak terlalu membingungkan bagi mereka yang awam dalam bidang ilmu-ilmu
al-Qur’an. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar