Ini Empat Tipe Pasutri, Pasangan
Manakah Anda?
Di dalam catatan sejarah Islam, ada beberapa
tipe pasangan suami istri (pasutri). Ada pasangan yang sama-sama baik, salah
seorang baik, sementara yang satunya bertabiat buruk, ada pula yang sama-sama
buruk.
Pertama, tipe Fir’aun dan Asiah. Tipe ini
menunjukkan suami yang sombong, bahkan mengaku sebagai Tuhan. Namun, sang istri
kebalikannya, ia sangat taat pada Allah, bahkan dimasukan dalam waliyatullah
Kedua, tipe Abu lahab dan istrinya (Arwa binti
Harb bin Umayyah/Ummu Jamil). Pasutri ini kompak menghalangi jalan dakwah
Rasulullah SAW, kompak dalam maksiat, sampai-sampai diabadikan dalam Al-Qur’an
(surah Al-Lahab):
تَبَّتْ
يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (١) مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ (٢) سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (٣) وَامْرَأَتُهُ
حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (٤) فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ (٥(
1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan
sesungguhnya dia akan binasa.
2. Tidaklah berfaidah kepadanya harta bendanya
dan apa yang ia usahakan.
3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang
bergejolak.
4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu
bakar.
5. Yang di lehernya ada tali dari sabut.
Ketiga, tipe Nabi Luth dan Wa’ilah. Ketaatan
Nabi Luth sangat berseberangan dengan istrinya yang durhaka pada suami dan juga
pada Allah SWT. Al-Qur’an mengabadikan hal itu:
قَالَ
إِنَّ فِيهَا لُوطًا قَالُوا نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَنْ فِيهَا لَنُنَجِّيَنَّهُ
وَأَهْلَهُ إِلا امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ (٣٢
Berkata Ibrahim: "Sesungguhnya di kota itu
ada Luth". Para Malaikat berkata: "Kami lebih mengetahui siapa yang
ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan menyelamatkan dia dan
pengikut-pengikutnya kecuali isterinya. Dia adalah termasuk orang-orang yang
tertinggal (dibinasakan).” (Q.S Al-Ankabut :32).
Keempat, tipe Nabi Muhammad SAW dan Khadijah
bintu Khuwailid (Khadijah Al-Kubra). Ini adalah pasutri pujaan, dambaan dan
dirindukan oleh semua pasutri, termasuk saya. Sosok pasangan yang full dalam
memperjuangkan agama Allah SWT, saling dukung, saling membantu.
Maka pantas sepeninggal Khadijah, Nabi Muhammad
SAW merasa sangat kehilangan. Tak heran, tahun kejadian wafatnya dicatat dalam
sejarah Islam sebagai ‘Amul Huzni (tahun dukacita).
Siti Khadijah mendapat tempat yang istimewa di
sisi Rasulullah SAW, sampai-sampai Ummul Mukminin, Siti ‘Aisyah pun merasa
cemburu akan hal itu.
Begitu mengharukan, 40 hari sebelum wafat Siti
Khadijah, Rasulullah SAW tidur rebahan di pangkuan Siti Khadijah. Saat itu, ada
tetesan air mata yang terjatuh di pipi Nabi. Lalu Nabi pun terbangun,
terjadilah percakapan seperti ini:
Nabi : “Wahai istriku, apa yang membuatmu menangis?”
Khadijah :
“Aku sedih ya Rasul, hartaku habis dipakai untuk berjuang di jalan Allah
bersamamu.”
Nabi : “Apakah engkau menyesal?”
Khadijah :
“Tidak, wahai suamiku. Justru aku sedih karena aku sudah tidak berjuang lagi
dengan harta bersamamu. Bila nanti aku meninggal, tolong jasadku jangan
kaukubur, barangkali tulang-belulangku berguna kaujadikan tongkat dalam
berdakwah."
Sontak Nabi SAW pun bergetar hatinya dan
menangis.
Bercerminlah dari Nabi Muhammad SAW dan sang
istri Siti Khadijah. Seorang suami yang melangkahkan kaki untuk menafkahi dan
memperjuangkan sang istri merupakan ibadah yang mulia. Sebaliknya seorang istri
menengadahkan tangannya berdoa pada Allah SWT. akan suaminya menjadi kekuatan
dahsyat bagi kesuksesan suaminya. []
Usep Rusmana, Pengurus NU di Kecamatan Pacet,
Kabupaten Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar