Tanggal 24 April 1934 ditetapkan sebagai Hari Lahir (Harlah) Gerakan Pemuda Ansor. Sebagaimana yang ditegaskan dalam Peraturan Dasar GP Ansor pasal I ayat 1 (yang berlaku hingga saat ini) yang berbunyi: “Organisasi ini pada awalnya bernama Gerakan Pemuda Ansor, disingkat GP Ansor, sebagai kelanjutan dari Ansoru Nahdlatil Oelama (ANO)... didirikan pada 10 Muharram 1353 H atau bertepatan dengan 24 April 1934 di Banyuwangi Jawa Timur...”
Di usianya yang ke-86 tahun, GP Ansor, sebagai organisasi kepemudaan yang menjadi bagian penting dari sejarah Nahdlatul Ulama (NU) maupun bangsa Indonesia, mengalami perkembangan yang semakin pesat, baik dilihat dari segi jumlah anggota, persebaran cabang hingga ke Luar Negeri, maupun kiprahnya yang kini semakin dikenal oleh masyarakat luas.
Tentu, perkembangan yang demikian, tidak lepas pula dari peran para pendahulu yang telah merintis GP Ansor mulai dari periode awal hingga mengalami berbagai fase perjuangan.
Termasuk di Kota Surakarta atau yang juga dikenal dengan Kota Solo, GP Ansor didirikan di tengah suasana usai masa berperang, dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Seperti yang diungkapkan Ketua GP Ansor Kota Solo periode pertama, Moh. Saleh Anwar, pada buku Risalah Kenang-kenangan Ulang Tahun ke-V Gerakan Pemuda dan Kepanduan Ansor (1954):
“Tepat pada tg. 2 Des. 1949 di kala Kota Solo sedang mengalami tiupan angin taufannja api Revolusi jang mengamuk membakar sukma djaja djiwanja segenap pemuda Indonesia untuk mempertahankan tanah airnja.. Pada hari tersebut, adalah hari jang bersedjarah bagi GP/Pandu Ansor Solo, hari jang keramat, hari mula berkibarnja bendera Ansor melambai-lambai dengan megahnja di udara Kota Bengawan.”
Moh. Saleh Anwar, yang kala itu juga menjadi Kepala Sekolah Madrosah Tsanawiyyah “Darussalam” Jayengan Solo, dalam kepengurusan GP Ansor Solo periode pertama dibantu oleh Umar Ahmad (Wakil Ketua), Husni Minwari (Sekretaris), dan Ichsan Nur Josotaruno (Penasehat). Kehadiran GP Ansor Cabang di Kota Solo ini kemudian memantik semangat para pemuda di Karesidenan Surakarta, untuk ikut bergabung. Anggotanya kala itu bahkan mencapai 5.000 orang.
Kepengurusan periode pertama ini berjalan 3 tahun, dan kemudian baru berganti ketua setelah M. Saleh Anwar (MSA) diangkat menjadi Instruktur Kepanduan Ansor Wilayah Jawa Tengah, sebagai hasil keputusan dari Konferensi Comissaris Daerah (kini disebut Konferwil) di seluruh Jawa Tengah pada tanggal 27-28 Februari 1952 di Pekalongan.
Meskipun sempat terjadi tarik ulur soal naiknya MSA ke tingkat Jawa Tengah, sebab dikhawatirkan dapat berpengaruh langsung terhadap GP Ansor Cabang Solo yang tengah berkembang, namun akhirnya pucuk pimpinan GP Ansor Solo tetap berganti jua. Umar Ahmad, yang sebelumnya menjadi wakil ketua di periode pertama kepengurusan GP Ansor Solo, ditunjuk untuk menjadi ketua menggantikan MSA.
Naiknya Umar Ahmad sebagai ketua baru ini tidak berlangsung lama. Hanya kurang dari 5 bulan, ia kemudian diganti Moh. Ni’am Zuhri. Ni’am Zuhri, yang merupakan cucu dari Kiai Asnawi Kudus, memimpin GP Ansor Cabang Solo sejak tahun 1952, hingga akhirnya digantikan oleh H. Mustahal Ahmad di tahun 1958. []
(Ajie Najmuddin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar