Perjalanan Rombongan Penghuni Surga dalam Al-Qurân
Allah SWT telah menjanjikan surga kepada hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh. Surga banyak digambarkan sebagai tempat yang indah tiada tara. Dalam kitab tauhid banyak dijelaskan mengenai keindahan surga ini sebagai:
ما لا عين رأت ولا أذن سمعت
Artinya, “Tempat yang tiada mata pernah memandangnya dan telinga mendengarnya.”
Para penghuni surga juga terdiri atas orang-orang yang disucikan. Bagaimana
hal-ihwal masuknya para makhluk Allah SWT ini ke dalam surga? Siapa yang
pertama kali kelak memasukinya? Mari kita simak penafsiran dari para mufassir
terhadap Surat Al-Zumar ayat 73. Allah SWT telah berfirman:
وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ
Artinya, “Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan (mereka dengan
menauhidkanNya dan mengamalkan perintah-Nya) akan digiring ke surga dengan
berkelompok-kelompok, hingga ketika mereka tiba di depannya, (Nabi meminta
kepada Allah agar pintu-pintu surga dibuka) maka ia pun dibuka, para malaikat
penjaga surga menyambutnya (memberikan penghormatan kepada mereka dengan penuh
kebahagiaan dan suka cita karena kesucian mereka dari noda-noda kemaksiatan)
seraya berkata kepada mereka, 'Selamat untuk kalian, kalian selamat dari segala
cacat (kehidupan kalian adalah baik). Masuklah kalian kedalam surga dan kalian
kelak kekal di dalamnya,'” (Surat Az-Zumar ayat 73).
At-Thabary, di dalam kitab tafsirnya menjelaskan perihal pihak yang dimaksud
sebagai al-ladzinat taqaw rabbahum (orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhannya):
وَحُشِرَ الَّذِينَ اِتَّقَوْا رَبّهمْ
بِأَدَاءِ فَرَائِضه , وَاجْتِنَاب مَعَاصِيه فِي الدُّنْيَا , وَأَخْلَصُوا لَهُ فِيهَا الْأُلُوهَة ,
وَأَفْرَدُوا لَهُ الْعِبَادَة , فَلَمْ يُشْرِكُوا فِي عِبَادَتهمْ إِيَّاهُ
شَيْئًا { إِلَى الْجَنَّة زُمَرًا } يَعْنِي جَمَاعَات
Artinya, “Orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhannya dengan menjalankan
kewajiban-kewajiban yang dibebankan atasnya, menjauhi perbuatan makshiat selama
hidup di dunia, memurnikan keyakinan dari adanya tuhan selain Allah, dan
bersungguh-sungguh dalam melakukan penghambaan, tiada menyekutukan Allah dengan
sesuatu apapun dalam ibadah, kelak mereka akan dikumpulkan di dalam surga Allah
secara berombongan, yakni dalam bentuk kumpulan demi kumpulan,” (At-Thabary,
Jami’ul Bayan ‘an Ta’wili ayil Qur’an, Damaskus, [Beirut, Dâr al-Fikr: tt], juz
XXXXIV, halaman 24).
Kondisi rombongan ini secara lebih jelas digambarkan oleh Ibnu Katsir dalam
kitab tafsirnya sebagai berikut:
جماعة بعد جماعة، المقربون ثم الأبرار، ثم الذين يلونهم، ثم الذين يلونهم، كل طائفة مع من يناسبهم: الأنبياء مع الأنبياء، والصديقون مع أشكالهم، والعلماء مع أقرانهم، وكل صنف مع صنف، وكل زمرة تناسب بعضها بعضاً
Artinya, “Jamaah demi jamaah, ahli taqarrub kepada Allah, kemudian kaum abrar,
kemudian orang-orang yang mengiringinya, lalu rombongan berikutnya yang
mengirinya. Semua kelompok bersama dengan orang yang memiliki derajat setara
dengannya. Para nabi bersama para nabi, ahli shiddiqin bersama dengan sesama
mereka. Para ulama bersama dengan yang segolongan dengan mereka. Semua kelompok
bersama dengan kelompoknya. Setiap kelompok satu sama lain berada dalam satu
nasab (derajat),” (Abul Fida’ Ibnu Katsir, Tafsirul Qur’ânil Adhîm, [Kairo,
Muassisah Qurthubah: 2000 M], juz XII, halaman 155).
Di dalam sebuah hadits, digambarkan mengenai keadaan dari rombongan-rombongan
ini, sebagai berikut:
عن أبي هريرة رضي اللّه عنه قال، قال رسول
اللّه صلى اللّه عليه وسلم: (من أنفق زوجين من ماله في سبيل اللّه تعالى دعي من
أبواب الجنة وللجنة أبواب، فمن كان من أهل الصلاة دعي من باب الصلاة، ومن كان من
أهل الصدقة دعي من باب الصدقة، ومن كان من أهل الجهاد دعي من باب الجهاد، ومن كان
من أهل الصيام دعي من باب الريّان، فقال أبو بكر رضي اللّه تعالى عنه: يا رسول
اللّه: ما على أحد من ضرورة دعي من أيها دعي، فهل يدعى منها كلها أحد يا رسول
اللّه؟ قال صلى اللّه عليه وسلم: نعم وأرجو أن تكون منهم) "أخرجه أحمد ورواه
البخاري ومسلم من حديث الزهري بنحوه
Artinya, “Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa menafkahi istri-istrinya dengan hartanya yang diperoleh di jalan Allah Ta’ala, maka kelak dia akan dipanggil dari beberapa pintu surga. [Ketahuilah] bahwa surga memiliki beberapa pintu. Barang siapa termasuk dari kalangan ahli shalat, maka dia akan diundang dari pintu shalat. Barang siapa ahli sedekah, ia akan diundang dari pintu sedekah. Barang siapa ahli jihad, ia akan diundang dari pintu jihad. Barang siapa ahli puasa, maka dia akan diundang dari pintu Ar-Rayyan.’ Sahabat Abu Bakar RA bertanya, ‘Wahai Rasulullah! Apakah tiap-tiap orang kelak akan dipanggil sesuai amal keahliannya? Apakah panggilan itu pasti ya Rasulallah?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Benar. Aku berharap bahwa kamu adalah satu di antara mereka.’ Hadits ini ditakhrij oleh Imam Ahmad dan diriwayatkan oleh Bukhari. Imam Muslim memiliki hadits yang sama dari jalur sanad Az-Zuhry.”
Dalam sebuah hadits yang termaktub dalam Shahih Muslim, dijelaskan secara
tsabit, bahwa kelak, ketika kaum beriman sudah berada di depan pintu surga,
mereka merasa tidak pantas untuk mengetuk pintu surga tersebut. Sampai kemudian
datanglah Rasulillah SAW mengetuk pintunya. Selanjutnya baru kemudian para
calon penghuni surga ini masuk ke dalamnya.
عن أنس رضي اللّه عنه قال، قال رسول اللّه
صلى اللّه عليه وسلم: (أنا أول شفيع في الجنة(
Artinya, “Dari Sahabat Anas RA, Rasulullah SAW bersabda, ‘Aku adalah orang
pertama yang memberi syafaat di dalam surga,’” HR Muslim.
Lafal lain menyebutkan:
وأنا أول من يقرع باب
Artinya, “Aku adalah awal orang yang mengetuk pintu surga,” (HR Muslim).
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad dijelaskan lebih lengkap lagi:
عن أنَس بن مالك رضي اللّه عنه قال: قال
رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم: آتي باب الجنة يوم القيامة، فأستفتح، فيقول
الخازن: من أنت؟ فأقول: محمد - قال - فيقول: بك أمرت أن لا أفتح لأحد قبلك" "أخرجه أحمد ورواه مسلم
Artinya, “Diriwayatkan dari shahabat Anas bin Mâlik RA, ia berkata, Rasulullah
SAW bersabda, ‘Aku kelak akan mendatangi pintu surga di hari kiamat, kemudian
aku mengetuknya. Lalu bertanyalah penjaga surga itu, ‘Siapa Anda?’ Aku menjawab,
‘Muhammad.’ Lalu berkatalah ia, ‘Demi Tuan, aku diperintahkan untuk tidak
membuka pintu surga kepada seorang pun sebelum Tuan membukanya,’” (Hadits
ditakhrij oleh Imam Ahmad dan diriwayatkan oleh Imam Muslim).
Dengan mendasarkan diri pada riwayat hadits di atas, maka dapat dipahami bahwa
ketika rombongan-rombongan kaum yang bertakwa ini telah sampai di depan pintu
surga, mereka tidak bisa masuk, sebelum Rasulullah SAW memasukinya terlebih
dahulu.
Setelah pintu dibuka oleh Rasulullah SAW, para malaikat penjaga surga
(khazanah) lalu mengucap salam penghormatan kepada rombongan ini. Tetapi, masih
ada proses yang harus dilalui oleh kaum beriman ini sebagaimana tertuang dari
maksud ayat salâmun ‘alaikum thibtum (Salam sejahtera buat kalian dan kondisi
kalian adalah yang baik).
Karena manusia tidak luput dari salah dan dosa, maka untuk menuju kondisi
salâmun dan thibtum dibutuhkan proses ala surgawi. Ibnu Katsir dan At-Thabary
menyampaikan takwil dari ayat salâmun ‘alaikum thibtum sebagai berikut:
طابت أعمالكم وأقوالكم وطاب سعيكم وجزاؤكم
Artinya, “Amal, perkataan dan usaha kalian bagus, maka balasan kalian juga
bagus.”
Lebih lanjut At-Thabary dan Ibnu Katsir menyampaikan sebuah hadits berikut:
حَتَّى إِذَا اِنْتَهَوْا إِلَى بَابهَا , إِذَا هُمْ بِشَجَرَةٍ يَخْرُج مِنْ أَصْلهَا
عَيْنَانِ , فَعَمَدُوا إِلَى إِحْدَاهُمَا , فَشَرِبُوا مِنْهَا كَأَنَّمَا
أُمِرُوا بِهَا , فَخَرَجَ مَا فِي بُطُونهمْ مِنْ قَذِر أَوْ أَذًى أَوْ قَذًى ,
ثُمَّ عَمَدُوا إِلَى الْأُخْرَى , فَتَوَضَّئُوا مِنْهَا كَأَنَّمَا أُمِرُوا
بِهِ , فَجَرَتْ عَلَيْهِمْ
نَضْرَة النَّعِيم , فَلَنْ تَشْعَث رُءُوسهمْ بَعْدهَا أَبَدًا وَلَنْ تَبْلَى
ثِيَابهمْ بَعْدهَا , ثُمَّ دَخَلُوا الْجَنَّة , فَتَلَقَّتْهُمْ الْوِلْدَان
كَأَنَّهُمْ اللُّؤْلُؤ الْمَكْنُون
Artinya, “Ketika kaum yang bertakwa telah sampai di depan pintu surga, mereka
berjumpa dengan sebuah pohon yang keluar dari pangkalnya dua mata air. Mereka
lalu bersegera menuju salah satunya. Mereka bergegas meminumnya seolah
diperintahkan. Dari itulah kemudian keluar semua kotoran dari perutnya.
Kemudian mereka bergegas menuju ke mata air yang lain, lalu mereka berwudhu
dengannya seperti diperintahkan. Mendadak wajah mereka berseri-seri. Tiada
pernah mereka mengurai kepalanya selamanya setelahnya, dan tiada mereka
mengalami kerusakan. Lalu mereka bergegas masuk surga dan dipapah oleh para
wildan yang bagaikan mutiara berkilauan,” (HR Imam Muslim).
Masih berkaitan dengan rombongan yang masuk ke dalam surga ini, dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, kondisi kelompok yang memasuki surga
Allah SWT dijelaskan sebagai berikut:
قال رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم: (أول
زمرة تلج الجنة صورهم على صورة القمر ليلة البدر لا يبصقون فيها ولا يمتخطون فيها
ولا يتفلون فيها، آنيتهم وأمشاطهم الذهب والفضة ومجامرهم الأُلُوَّة، ورشحهم
المسك، ولكل واحد منهم زوجتان يرى مخ ساقهما من وراء اللحم من الحسن، لا اختلاف
بينهم ولا تباغض، قلوبهم على قلب واحد يسبِّحون اللّه تعالى بكرة وعشياً)
"أخرجه مسلم والإمام أحمد
Artinya, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Permulaan rombongan yang memasuki surga,
gambaran mereka adalah menyerupai rembulan di malam purnama. Mereka tiada
meludah di dalamnya, tiada beringus, tiada kotoran mata. Wadah dan sisir mereka
terbuat dari emas dan perak, tiada pernah buang air besar atau kecil, peluh
mereka misik, dan tiap-tiap dari mereka dua istri (bidadari) yang seolah tampak
urat betis di balik kulit mereka karena cantiknya. Tiada perselisihan di antara
mereka dan tiada saling membenci. Hati-hati mereka satu, senantiasa bertasbih
kepada Allah di pagi dan sore hari,’” (HR Imam Ahmad dan Imam Muslim).
Mencermati tafsir Surat Az-Zumar ayat 73 ini, maka dapat dipetik kandungan ayat
sebagai berikut:
1. Bahwa, kelak orang-orang yang bertakwa kepada Allah SWT akan masuk ke dalam
surga secara berombongan mengikuti derajat rombongannya.
2. Surga adalah tempat yang dijanjikan oleh Allah. Di dalamnya tidak ada lagi
hajat duniawi. Bahkan digambarkan bahwa hajat buang air besar dan lain
sebagainya semuanya ditiadakan oleh Allah SWT.
3. Awal manusia yang masuk ke dalam surga adalah Nabi Muhammad SAW.
4. Kelak di dalam surga, para penghuninya kekal (abadan abadan).
Wallahu a‘lam bis shawab. []
Muhammad Syamsudin, Wakil Sekretaris Bidang Maudluiyah, PW LBMNU Jawa Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar