Rabu, 01 Juli 2020

(Hikmah of the Day) Saat Malaikat Jibril Menjejali Mulut Fir’aun dengan Tanah

Saat Malaikat Jibril Menjejali Mulut Fir’aun dengan Tanah


Panjang lebar Al-Qur’an mengisahkan sosok Fir‘aun, sikap berlebihan, kekejaman, tirani, dan penentangannya terhadap kebenaran. Al-Qur’an juga mengabarkan bagaimana Allah menurunkan adzab pedih kepadanya dan bala tentaranya. Adzab itu berupa penenggelaman dan pembinasaan.

 

Saat Allah menurunkan adzab itu, rupanya malaikat Jibril hadir menyaksikan. Karenanya, penghulu para malaikat itu mengisahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa sewaktu Fir‘aun ditenggelamkan dan mengucapkan, “Aku beriman bahwa tiada tuhan selain yang diimani oleh kaum Bani Israil,” dirinya langsung memasukkan tanah dari dasar lautan ke dalam mulut Fir‘aun. Tujuannya agar raja kejam itu tidak mengucapkan kalimat tauhid, Lâilâhaillallâh. Sebab, jika mengucapnya, Fir‘aun takut diliputi rahmat Allah dan taubatnya diterima. Hal itu sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi dari Ibnu ‘Abbas. Dalam riwayat tersebut, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menuturkan:

 

لَمَّا أَغْرَقَ اللهُ فِرْعَوْنَ قَالَ: ﴿آمَنْتُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ﴾ فَقَالَ جِبْرِيلُ: يَا مُحَمَّدُ فَلَوْ رَأَيْتَنِي وَأَنَا آخُذُ مِنْ حَالِ البَحْرِ فَأَدُسُّهُ فِي فِيهِ مَخَافَةَ أَنْ تُدْرِكَهُ الرَّحْمَةُ

 

Sewaktu Allah menenggelamkan Fir‘aun, ia mengucapkan, “Aku beriman bahwa tiada tuhan kecuali yang diimani kaum Bani Israil,” (Q.S. Yunus [10]: 90).”

 

Kemudian, malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah saw., “Wahai Muhammad, seandainya engkau melihatku, kala itu aku mengambil tanah hitam dari dasar lautan. Lalu memasukkannya ke dalam mulut Fir‘aun karena takut ia diliputi oleh rahmat.”

 

Dalam riwayat lain disebutkan:

 

أَنَّ جِبْرِيلَ جَعَلَ يَدُسُّ فِي فِي فِرْعَوْنَ الطِّينَ خَشْيَةَ أَنْ يَقُولَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، فَيَرْحَمَهُ اللَّهُ «، أَوْ» خَشْيَةَ أَنْ يَرْحَمَهُ اللَّهُ

 

Sesungguhnya malaikat Jibril memasukkan tanah ke dalam mulut Fir‘aun karena takut Fir‘aun mengucapkan Lâilâhaillâh, atau Jibril takut Allah merahmatinya.

 

Hadits di atas diriwayatkan oleh al-Tirmidzi dalam “Kitâb al-Tafsîr, Bâb Min Sûrah Yûnus,” jilid 4, hal. 287. Lihat pula: Shahîh Sunan al-Tirmidzî, jilid 3, hal. 61, nomor hadits 3320 dan 3321. Oleh pentahqiq kitab Jâmi‘ al-Ushûl, jilid 2, hal. 192, hadits ini disandarkan kepada riwayat al-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Jarir, dan Abu Dawud al-Thayalisi.

 

Berdasarkan riwayat di atas, apa yang dilakukan malaikat Jibril sejatinya ekspresi kekesalannya terhadap sosok yang melampaui batas dalam berbuat kekufuran dan kerusakan, memerangi ajaran tauhid, dan memfitnah orang-orang beriman.

 

Mengapa malaikat Jibril tak menginginkan Allah merahmati dan mengampuni Fir‘aun? Jawabannya, karena Fira‘un adalah sosok yang melampaui batas hingga Nabi Musa ‘alaihissalam habis kesabaran dan pernah berdoa agar hatinya dan hati bala tentaranya dikunci mati, hartanya dibinasakan, dan mereka tidak beriman hingga melihat siksaan yang pedih, sebagaimana dilansir Al-Qur’an, “Musa berkata, ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami—akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih’,” (Q.S. Yunus [10]: 88). (Lihat: Syekh ‘Umar Sulaiman, Shahih al-Qashash al-Nabawi, [Oman: Darun Nafa’is], 1997, cet. Pertama, hal. 359).

 

Beberapa pelajaran penting yang dapat dipetik dari hadits di atas adalah:

 

1.     Betapa besarnya rahmat Allah, sampai-sampai malaikat Jibril, sebagai makhluk yang paling mengetahui Dzat-Nya, merasa takut jika rahmat-Nya meliputi Fir‘aun dan mengucap kalimat tauhid, Lâilâhaillâh, sewaktu ditenggelamkan.

 

2.     Betapa besarnya keutamaan kalimat tauhid. Sehingga malaikat Jibril pun takut Allah merahmati Fir‘aun yang kufur berkat kalimat tersebut. Bagaimana jika diucapkan oleh seorang hamba yang sehat imannya dan percaya kepada kalimat tersebut. Tak diragukan lagi, mengucapkannya melahirkan pahala dan balasan yang besar.

3.     Betapa besarnya murka malaikat terhadap orang-orang yang kejam dan kufur. Tak heran jika malaikat Jibril sampai memasukkan tanah ke dalam mulut Fir‘aun sewaktu azab penenggelaman diturunkan kepadanya.

4.     Kesabaran seorang hamba terbatas. Begitu pula kesabaran Nabi Musa ‘alaihissalam. Ia sempat berdoa agar harta Fir‘aun dan para pengikutnya dibinasakan dan hati mereka dikunci mati.

5.     Tanpa didasari keimanan, amanah kekuasaan dan kekayaan potensial melahirkan kesombongan, kesesatan, dan kebinasaan.

6.     Kisah ini juga menguatkan bahwa keimanan adalah sia-sia dan pintu taubat akan ditutup saat adzab diturunkan, sakaratul maut, atau hari Kiamat, kecuali Allah menghendaki lain.

 

Wallahu ‘alam. []

 

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar