Selasa, 07 Oktober 2014

(Ngaji of the Day) Menjadi Dewan Idaman



Menjadi Dewan Idaman
Oleh: Farhan Effendy

--Pernah mendengar istri ato suami idaman? Menjadi menantu kesayangan? Atau pacar idaman, sebagaimana celoteh dan nyanyian Rita Sugiarto di tahun 80an. Sungguh, menjadi seseorang yang diidamkan adalah sebuah kebanggaan dan keberhasilan tersendiri. Prestasi diri sebagai yang bisa dipercaya, dicintai dan diharapkan bisa dimilikinya. Ibarat gadis yang ditimang pangeran karna keistimewaanya. Walhasil menjadi idaman adalah sesuatu yang mewah dalam batin dan pikiran kita. Lalu bagimana dengan Dewan kita? Adakah satu diantara mereka yang bisa kita idam-idamkan perjuangan dan keberhasilanya? Siapakah Dewan yang di idamkan rakyat kita?

Adalah sial memang, keberadaan rakyat Indonesia hari ini karena memiliki dewan atau wakil rakyat yang banyak membuat nafas kita sesak karena begitu seringnya korupsi dan menambah istri. Dewan saat ini juga kerap membuat sakit mata karena suka pamer kemewahan ditengah kemiskinan dan kepanikan rakyat mengais harta. Belum lagi sikap aroganya jika berkata serta tidak memiliki andhap-ashor (kerendahan hati) serta solah bawah dalam bergaul dengan rakyat kecil. Kebanyakan mereka suka menasehati rakyat ketimbang mendengar keluh kesah kebutuhan-kebutuhan rakyat.

Jika kita perhatikan tingkahlaku anggota Dewan, dari informasi diberbagai media massa yang memberitakan, berbagai kejahatan ringan, sedang sampai berat, banyak yang melibatkan anggota terhormat tersebut. Di samping gaya hidup bermewah-mewah, mereka kerap melaksanakan rapat yang setengah hati (ketidakhadiran rapat, rapat sambil tidur dan bahkan sampai sempat menonton film porno), melaksanakan rapat/sidang tidak profesional (sidang sambil gontok-gontokan/ribut seperti taman kanak-kanak), membuat kebijakan yang tidak pro rakyat kecil (lapisan bawah), menghambur-hamburkan anggaran negara (bagi-bagi proyek) untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya (seperti yang terjadi di Banggar), dan prilaku koruptif  masih merajalela di sana. Kondisi demikian sungguh sangat memprihatinkan bagi semua rakyat. Ternyata orang-orang pilihan dan mulia tersebut berprilaku demikian kontradiktif, tidak sesuai harapan rakyat. Lebih tepatnya menyeleweng dari pengamalan Pancasila khususnya sila ke 4. Mereka jauh dari hidup yang penuh hikmah dan kebijaksanaan. Gagal menjadi suri tauladan dalam bersikap, berbicara dan bertindakan.

Di hadapan  rakyat Indonesia, sesungguhnya menjadi anggota  merupakan prestasi tersendiri. Ia laiknya mahluk seksi yang banyak dicermati, di dengar dan diharapkan kehadiranya, ibarat artis yang ditunggu dalam pesta jamuan rakyat. Hal ini perlu dimengerti, diingat dan perlu disadari bahwa anggota Dewan merupakan fasilitator (penghubung) antara rakyat dengan pemimpinnya yang mengemban tugas, amanah, dan harapan dari rakyat yang harus diperjuangkan diparlemen. Berkat perjuangan anggota Dewanlah suara rakyat (aspirasi) dapat didengar oleh pemimpin negeri ini. Jadi,  jabatan anggota Dewan sungguh merupakan tugas yang sangat mulia.

Menilik begitu penting posisi Dewan,  dan begitu besarnya harapan rakyat untuk bisa terus melangsungkan hidup dengan baik di negri ini. Ada pantasnya jika para anggota Dewan yang terpilih kali ini (2014-2019) menyudahi praktek buruk Dewan masa lalu. Sahabat-sahabat yang dipilih oleh rakyat kemarin itu harus segera refleksi dan melalukan standing posisi untuk bekerja ke depan sekaligus berusaha keras merubah wajah bopeng mereka. Setidaknya 560 anggota Dewan yang dipilih- entah karena uang atau kecintaan rakyat terhadapnya, perlu menjadi bintang baru yang menyinari dan menghangati kelesuan karena merosotnya kepercayaan rakyat terhadapnya. Anggota Dewan perlu berlomba menjadi kekasih baru yang di idamkan oleh rakyat.

Melalui artikel pendek ini, penulis memberi sumbangan pikiran dan advise terhadap teman-teman yang kini menduduki kursi kehoramatan majlis rakyat itu. Ada beberapa sifat dan karakter Dewan yang yang sangat di sukai dan diminati oleh rakyat, berdasarkan survei dibeberapa lembaga dan media nasional. Diantara sifat tersebut adalah  pertama Jujur.  Rakyat Indonesai mayoritas menghendaki anggota Dewan yang jujur dalam segala hal baik perbuatan, perkataan, hati, dan jiwa.

Untuk memperoleh kriteria jujur seorang Dewan maka indikatornya yaitu perhatikan prilaku sehari-hari yang menerapkan sifat kejujuran. Sifat jujur sangat erat kaitannya dengan latar belakang pendidikan dan wawasan keagamaan yang dijalaninya. Orang yang jujur tidak pernah takut resiko dengan siapapun (termasuk pimpinan atau organisasi yang mendukungnya) demi memperjuangkan sebuah kebenaran dan keadilan demi rakyatnya. Orang yang jujur hanya takut pada sang Pencipta (Allah SWT / Tuhan) akan pertanggungjawabannya dikehidupan akhirat kelak.

Kedua adalah memiliki kepekaan sosial (jiwa sosial). Sebagai anggota Dewan, ketika muncul permasalahan-permasalahan yang akan merugikan rakyat hendaknya bisa memutuskan kebijakan-kebijakan yang membantu dan membela rakyatnya (terutama rakyat kecil yang lemah dan miskin). Selain itu, bahkan bisa memutuskan dan membuat kebijakan-kebijakan yang berpihak ke rakyat pada umumnya. Anggota Dewan yang memiliki kriteria ini biasanya sangat dekat dengan rakyat lapisan bawah dan beliau pernah merasakan hidup susah (himpitan ekonomi) karena berasal dari keluarga berekonomi pas-pasan.
Ketiga, rendah hati dan sederhana. Rendah hati merupakan cerminan dari prilaku pemimpin yang tak akan menyalahgunakan kekuasaannya. Seseorang yang rendah hati cenderung berprilaku baik dalam melaksanakan amanahnya. Sikap rendah hati kontradiktif dengan sikap sombong-angkuh. Juga kesederhanaan gaya hidup sangat penting untuk sosok wakil rakyat. Kesederhanaan harta benda yang dimilikinya dan kesederhanaan dalam berprilaku (bahasa sederhana, sopan dan santun).

Dewan adalah manusia pilihan harapan rakyat. Dewan merupakan pemimpin politik yang mengabdi untuk rakyat. Jalan hidup paling ideal bagi seorang pemimpin politik adalah hidup seperti kehidupan mayoritas rakyatnya. Tidak sepantasnya seorang pemimpin politik yang notabene pelayan bagi rakyatnya menggeluti jalan hidup bermewah-mewahan dan elitis. Pemimpin semestinya hidup sederhana dan peka terhadap persoalan di sekitar. Tak banyak para pemimpin di dunia ini yang bersedia memilih bergaya hidup sederhana. Selamat bertugas untuk para anggota Dewan 2014-2019, semoga kalian mampu mencinta dan dicintai rakyat Indonesia. Wassalam. []

Farhan Effendy, Sekretaris DPP PD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar