Menjadi Dewan Idaman
Oleh: Farhan Effendy
--Pernah mendengar istri ato suami idaman?
Menjadi menantu kesayangan? Atau pacar idaman, sebagaimana celoteh dan nyanyian
Rita Sugiarto di tahun 80an. Sungguh, menjadi seseorang yang diidamkan adalah
sebuah kebanggaan dan keberhasilan tersendiri. Prestasi diri sebagai yang bisa
dipercaya, dicintai dan diharapkan bisa dimilikinya. Ibarat gadis yang ditimang
pangeran karna keistimewaanya. Walhasil menjadi idaman adalah sesuatu yang
mewah dalam batin dan pikiran kita. Lalu bagimana dengan Dewan kita? Adakah
satu diantara mereka yang bisa kita idam-idamkan perjuangan dan keberhasilanya?
Siapakah Dewan yang di idamkan rakyat kita?
Adalah sial memang, keberadaan rakyat
Indonesia hari ini karena memiliki dewan atau wakil rakyat yang banyak membuat
nafas kita sesak karena begitu seringnya korupsi dan menambah istri. Dewan saat
ini juga kerap membuat sakit mata karena suka pamer kemewahan ditengah
kemiskinan dan kepanikan rakyat mengais harta. Belum lagi sikap aroganya jika
berkata serta tidak memiliki andhap-ashor (kerendahan hati) serta solah bawah
dalam bergaul dengan rakyat kecil. Kebanyakan mereka suka menasehati rakyat
ketimbang mendengar keluh kesah kebutuhan-kebutuhan rakyat.
Jika kita perhatikan tingkahlaku anggota
Dewan, dari informasi diberbagai media massa yang memberitakan, berbagai
kejahatan ringan, sedang sampai berat, banyak yang melibatkan anggota terhormat
tersebut. Di samping gaya hidup bermewah-mewah, mereka kerap melaksanakan rapat
yang setengah hati (ketidakhadiran rapat, rapat sambil tidur dan bahkan sampai
sempat menonton film porno), melaksanakan rapat/sidang tidak profesional
(sidang sambil gontok-gontokan/ribut seperti taman kanak-kanak), membuat
kebijakan yang tidak pro rakyat kecil (lapisan bawah), menghambur-hamburkan
anggaran negara (bagi-bagi proyek) untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya
(seperti yang terjadi di Banggar), dan prilaku koruptif masih merajalela
di sana. Kondisi demikian sungguh sangat memprihatinkan bagi semua rakyat.
Ternyata orang-orang pilihan dan mulia tersebut berprilaku demikian
kontradiktif, tidak sesuai harapan rakyat. Lebih tepatnya menyeleweng dari pengamalan
Pancasila khususnya sila ke 4. Mereka jauh dari hidup yang penuh hikmah dan
kebijaksanaan. Gagal menjadi suri tauladan dalam bersikap, berbicara dan
bertindakan.
Di hadapan rakyat Indonesia,
sesungguhnya menjadi anggota merupakan prestasi tersendiri. Ia laiknya
mahluk seksi yang banyak dicermati, di dengar dan diharapkan kehadiranya,
ibarat artis yang ditunggu dalam pesta jamuan rakyat. Hal ini perlu dimengerti,
diingat dan perlu disadari bahwa anggota Dewan merupakan fasilitator
(penghubung) antara rakyat dengan pemimpinnya yang mengemban tugas, amanah, dan
harapan dari rakyat yang harus diperjuangkan diparlemen. Berkat perjuangan
anggota Dewanlah suara rakyat (aspirasi) dapat didengar oleh pemimpin negeri
ini. Jadi, jabatan anggota Dewan sungguh merupakan tugas yang sangat
mulia.
Menilik begitu penting posisi Dewan, dan
begitu besarnya harapan rakyat untuk bisa terus melangsungkan hidup dengan baik
di negri ini. Ada pantasnya jika para anggota Dewan yang terpilih kali ini
(2014-2019) menyudahi praktek buruk Dewan masa lalu. Sahabat-sahabat yang
dipilih oleh rakyat kemarin itu harus segera refleksi dan melalukan standing
posisi untuk bekerja ke depan sekaligus berusaha keras merubah wajah bopeng
mereka. Setidaknya 560 anggota Dewan yang dipilih- entah karena uang atau
kecintaan rakyat terhadapnya, perlu menjadi bintang baru yang menyinari dan
menghangati kelesuan karena merosotnya kepercayaan rakyat terhadapnya. Anggota
Dewan perlu berlomba menjadi kekasih baru yang di idamkan oleh rakyat.
Melalui artikel pendek ini, penulis memberi
sumbangan pikiran dan advise terhadap teman-teman yang kini menduduki kursi
kehoramatan majlis rakyat itu. Ada beberapa sifat dan karakter Dewan yang yang
sangat di sukai dan diminati oleh rakyat, berdasarkan survei dibeberapa lembaga
dan media nasional. Diantara sifat tersebut adalah pertama Jujur.
Rakyat Indonesai mayoritas menghendaki anggota Dewan yang jujur dalam segala
hal baik perbuatan, perkataan, hati, dan jiwa.
Untuk memperoleh kriteria jujur seorang Dewan
maka indikatornya yaitu perhatikan prilaku sehari-hari yang menerapkan sifat
kejujuran. Sifat jujur sangat erat kaitannya dengan latar belakang pendidikan
dan wawasan keagamaan yang dijalaninya. Orang yang jujur tidak pernah takut
resiko dengan siapapun (termasuk pimpinan atau organisasi yang mendukungnya)
demi memperjuangkan sebuah kebenaran dan keadilan demi rakyatnya. Orang yang
jujur hanya takut pada sang Pencipta (Allah SWT / Tuhan) akan
pertanggungjawabannya dikehidupan akhirat kelak.
Kedua adalah memiliki kepekaan sosial (jiwa
sosial). Sebagai anggota Dewan, ketika muncul permasalahan-permasalahan yang
akan merugikan rakyat hendaknya bisa memutuskan kebijakan-kebijakan yang
membantu dan membela rakyatnya (terutama rakyat kecil yang lemah dan miskin).
Selain itu, bahkan bisa memutuskan dan membuat kebijakan-kebijakan yang berpihak
ke rakyat pada umumnya. Anggota Dewan yang memiliki kriteria ini biasanya
sangat dekat dengan rakyat lapisan bawah dan beliau pernah merasakan hidup
susah (himpitan ekonomi) karena berasal dari keluarga berekonomi pas-pasan.
Ketiga, rendah hati dan sederhana. Rendah
hati merupakan cerminan dari prilaku pemimpin yang tak akan menyalahgunakan
kekuasaannya. Seseorang yang rendah hati cenderung berprilaku baik dalam
melaksanakan amanahnya. Sikap rendah hati kontradiktif dengan sikap
sombong-angkuh. Juga kesederhanaan gaya hidup sangat penting untuk sosok wakil
rakyat. Kesederhanaan harta benda yang dimilikinya dan kesederhanaan dalam
berprilaku (bahasa sederhana, sopan dan santun).
Dewan adalah manusia pilihan harapan rakyat.
Dewan merupakan pemimpin politik yang mengabdi untuk rakyat. Jalan hidup paling
ideal bagi seorang pemimpin politik adalah hidup seperti kehidupan mayoritas
rakyatnya. Tidak sepantasnya seorang pemimpin politik yang notabene pelayan
bagi rakyatnya menggeluti jalan hidup bermewah-mewahan dan elitis. Pemimpin
semestinya hidup sederhana dan peka terhadap persoalan di sekitar. Tak banyak
para pemimpin di dunia ini yang bersedia memilih bergaya hidup sederhana.
Selamat bertugas untuk para anggota Dewan 2014-2019, semoga kalian mampu mencinta
dan dicintai rakyat Indonesia. Wassalam. []
Farhan Effendy, Sekretaris DPP PD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar