Rabu, 08 Oktober 2014

Kesetiakawanan Kiai Hasyim Asy'ari



Kesetiakawanan Kiai Hasyim Asy'ari

Kiai Hasyim Asy’ari  dikenal sebagai kiai besar yang mampu menjalin jaringan keulamaan secara internasional, dan berpengaruh kuat di kalangan para ulama itu. Kapasitas yang dimiliki itu tidak tercipta begitu saja karena beliau adalah orang yang alim atau pandai, itu hanya salah satu faktor. Faktor yang lain adalah ternyata ia sangat peduli dan setiakawan pada siapapun.

Tidak ada kawan dekatnya yang dibiarkan terlantar, kalau sampai dia tahu ada teman atau saudaranya yang kekuarangan atau ada masalah pasti akan segera dibantu sebisanya. Hal itu dilakukan baik semasa belajar di tanah Jawa, maupun di Tanah Suci dan ketika kembali lagi ke tanah air. Tujuannya satu yaitu untuk mencari ridlo Allah di tempuh dengan mengasihi sesama manusia. Pemberian pengajaran juga diarahkan untuk mencapai ridlo Alloh.

Tradisi yang terus dikembangkan hingga menjadi kiai di Tebuireng adalah mengajar mengaji berbagai kitab babon, seperti kitab hadits Bukhori Muslim, termasuk juga Abu Dawud, juga mengajarkan Ihya’ Ulumiddin dan Fathul Wahab. Sebagaimana dimaklumi kita-kitab tersebut tidak hanya besar dari segi isi, tetapi tergolong kitab yang sangat besar halamannya, sehingga harganya tentu sangat mahal. Sementara pada umumnya santri sangat miskin.

Untuk mengatasi mahalnya harga kitab itu kiai Hasyim memberikan kredit dengan cara membeli kitab dan mengangsur pembayarannya kepada siapa saja yang ingin memilki kitab. Tentu saja para kiai dan santri banyak yang berminat  dengan tawran itu, termasuk di antaranya seorang santri Tebuireng yang bernama Muchid Muzadi.

Kiai Muchid berminat memiliki beberpa kitab besar terutama Ihya Ulmumiddin, tetapi tidak memiliki cukup uang. Ia lalu menemui Kiai Hasyim memohon pertolongan. Tanpa banyak tanya diberilah pinjaman sebesar Rp 10 (sepuluh rupiah) untuk membeli Kitab Ihya. Kemudian pinjaman itu dicicil setiap bulan minimal seringgit, tidak sampai satu tahun hutang sudah dilunasi, sementara kitab langsung bisa dimiliki dan dikaji. []

(Abdul Mun'im DZ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar