Mengenal KH. Usman Abdurrahman Mranggen
KH Usman adalah putra pertama KH.
Abdurrahman Mranggen Demak, yang pada awalnya dididik langsung oleh
orangtuanya sebelum disuruh mondok ke Brumbung Mranggen Demak yang di asuh oleh
KH Ibrohim.
Selepas dari Brumbung, ia meneruskan belajar
di pondok pesantren Lasem yang diasuh oleh KH Kholil dan KH. Ma'shum.
Sekembalinya dari pesantren Lasem, pada tahun 1926 beliau berusaha
mengembangkan pesantren Futuhiyyah dan pada tahun 1927 diserahi tanggung jawab
mengelola pesantren di bawah pengawasan KH. Abdurrohman.
Usaha da'wah yang dilaksanakan oleh beliau
lebih banyak yang berorientasi keluar, dalam arti lebih sering melakukan
dak'wah keliling. Da'wah keliling yang beliau lakukan berbentuk masrokhiyah
(seni teater, sandiwara) dengan musik rebana yang dipandu dengan tarian zipin
dan pencak silat yang disisipi ceramah agama.
Beliau lebih terkenal sebagai sosok seorang
pendekar yang alim, karena pada saat itu wilayah Mranggen lebih dikenal dengan
kaum abangan, jadi da'wah dengan teater lebih menguntungkan.
Pada tahun 1927 ia dibantu oleh adiknya, KH
Muslih, berusaha mendirikan madrasah yang kemudian diberi nama Futuhiyyah atas
usulan adiknya. Namun madrasah yang baru berjalan satu tahun ini diminta NU
untuk merealisasikan progam pendidikannya, tetapi perkembangan tersendat sendat
dan akhirnya hilang. Selanjutnya tahun1929 beliau mendirikan madrasah lagi,
namun tidak lama dibedol lagi oleh NU cabang Mranggen, dan nasibnya pun sama.
Sekitar tahun 1931, pimpinan diserahakan
kepada KH. Muslih dan berhasil mendirikan madrasah tidak boleh dipindah atau
dibedol. Setelah itu KH. Muslih pergi mondok lagi dan kepemimpinan pondok diserahkan
lagi kepada KH. Usman dan madrasah diserahkan kepada KH Murodi beserta para
guru.
Setelah KH Muslih pulang dari Termas sekitar
tahun 1935 kepemimpinan pondok diserahkan kepadanya. Hal ini karena ia lebih
memusatkan perhatiannya da’wah keliling dan NU cabang Mranggen, sedangkan KH.
Murodi melanjutkan belajar di Makkah.
Disamping itu ia juga membuka pesatren khusus
putri yang diberi nama An Nuriyyah, sampai akhir hayat beliau tetap membantu
pengajaran di pondok Futuhiyyah meski ia sudah memiliki pesantren sendiri.
Beliau wafat pada tahun 1967 dengan menorehkan berbagai kemajuan selama masa
kepemimpinan beliau di Futuhiyyah. Kemajuan selama masa kepemimpinan KH Usman
diantaranya penataan manajemen pesantren, penataan manajeman madrasah, dan
pendidikan seni dan keterampilan.
Selain itu masih banyak kemajuan kemajuan dan
peran sertanya dalam pendidikan pesantren atau dalam perjuangan meraih
kemerdekaan. []
Abdus Shomad-Ahmad Dliya’uddin, Pondok
Pesantren Futuhiyyah Suburan Mranggen Demak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar